KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Potensi Tanaman ‘Ruku-Ruku’ Sebagai Pestisida Nabati

Diposting     Kamis, 02 Juni 2022 10:06 am    Oleh    perlindungan



Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan seperti akar, daun, bunga, dan batang yang mempunyai kelompok metabolit sekunder atau senyawa bioaktif (Kardinan, 2005). Penggunaan bahan nabati merupakan alternatif untuk mengatasi masalah hama. Pestisida nabati dibuat dari bahan alami yang mudah terurai dan tidak mencemari lingkungan, juga relatif aman bagi manusia dan ternak (Supriyatin dan Marwoto, 2000). Pemanfaatan pestisida nabati merupakan salah satu komponen pengelolaan hama terpadu (PHT) yang telah teruji efektif, efisien, dan ramah lingkungan.

Tanaman diketahui mengandung bahan kimia yang dapat membunuh, menarik, atau menolak serangga, salah satunya tanaman ruku-ruku atau dikenal juga sebagai kemangi / selasih ungu (Ocimum sanctum L.). Ruku-ruku merupakan tanaman semak yang tumbuh semusim. Tingginya 30-150 cm, batangnya bercabang, beralur, berbulu, berkayu, berbentuk segi empat, dan berwarna hijau (Patil, 2011).

Menurut pendapat Wijayani (2014) dalam Ramayanti (2017), menyebutkan bahwa daun ruku-ruku memiliki aroma wangi yang khas atau manis. Aroma khasnya berasal dari daunnya. Tanaman ini dapat tumbuh baik di daerah tropis dan tingginya dapat mencapai 1,5 cm, daun berwarna hijau dan bunganya tersusun dalam tandan tegak. Ruku-ruku hidup liar di tempat kering yang mendapat sinar matahari.

Bagian-bagian dari tanaman ruku-ruku mulai dari akar hingga bunga memiliki khasiat masing-masing, terutama pada bagian daun (Parag et al., 2010). Daun dan biji O. sanctum memproduksi minyak esensial yang mengandung eugenol, carvacrol, metil eugenol, dan caryophyllene. Minyak ini memiliki bahan antibakteri dan insektisida (Sharma (2003) dalam Parag et al., 2010). Menurut Sudarsono (2002) dalam Putri & Jana (2018), kandungan daun ruku-ruku yang bermanfaat sebagai pestisida nabati yaitu senyawa flavonoid, tannin, saponin, dan eugenol. Flavonoid berfungsi sebagai racun pernapasan, saponin sebagai racun perut dan racun kontak, tanin menyebabkan menurunnya konsumsi makan dan mengganggu proses pertumbuhan, serta eugenol yang berperan sebagai racun perut, denaturasi protein sitoplasmatik, dan nekrosis jaringan.

Pemanfaatan bagian daun tanaman ruku-ruku dalam pengendalian tikus Rattus argentiventer menyebabkan penurunan bobot tubuh tikus, menurunnya laju pertumbuhan, kehilangan berat dan gejala gangguan nutrisi pengaruh akibat kandungan tanin dan eugenol yang menyebabkan kerusakan pada hepar dan organ pencernaan (Sinaga, et. al., 2017). Lapenris (2011), menyatakan bahwa pemberian eugenol sebesar 400-600 mg/kg BB mengakibatkan terjadinya kerusakan pada sel hepatosit tikus. Tanin berperan sebagai pertahanan tanaman terhadap hewan dengan cara menghalangi hewab dalam mencerna makanan, karena tanin akan mengikat protein dalam sistem pencernaan yang diperlukan hewan untuk pertumbuhan sehingga proses pernyerapan protein dalam sistem cerna menjadi terganggu (Elena, et.al., 2009).

Metil eugenol yang dihasilkan oleh tanaman ruku-ruku bermanfaat sebagai atraktan yang memicu terbentuknya feromon untuk hubungan seksual lalat buah. Atraktan dapat digunakan untuk pengendalian hama lalat buah dengan 3 cara, yaitu: mendeteksi atau memonitor populasi lalat buah, menarik lalat buah untuk kemudian dibunuh dengan perangkap, dan mengacaukan lalat buah dalam melakukan perkawinan, berkumpul, ataupun tingkah laku makan (Weinzzier dan Kohler, 2000). Metil eugenol merupakan zat pemikat yang spesifik terhadap lalat buah Bactrocera dorsalis yang berkelamin jantan. Pestisida nabati tanaman ruku-ruku bersifat tidak membunuh langsung hama lalat buah, tetapi mengundurkan masa kawin lalat buah. Metil eugenol berperan memikat lalat buah agar masuk perangkap dan memakan minyak yang mengandung metil eugenol. Di dasar perangkap, botol air mineral ditambahkan air sehingga lalat buah tidak dapat terbang, dan lalat buah akan lengket lalu tenggelam ke dalam air di dasar botol dan mati. Penggunaan cara pengendalian hama lalat buah dengan metil eugenol bersifat ramah lingkungan, karena komoditas yang dilindungi maupun lingkungan tidak terkontaminasi dengan atraktan dari tanaman ruku-ruku tersebut. Metil eugenol hasil destilasi dari tanaman ruku-ruku, dilaporkan dapat memerangkap 376 ekor lalat buah, sedangkan pestisida komersial yang mengandung bahan aktif yang sama hanya mampu memerangkap 105 ekor lalat buah (Tamim, 2009).

Insektida nabati dengan bahan aktif eugenol, sudah banyak dimanfaatkan untuk pengendalian hama penggerek buah kakao (Conopomorpha cramerella), Penggerek Buah Kopi (Hypotenemus hampei), dan Penggerek Pucuk pada tanaman tebu  (Scirpophaga nivella) (Wibawanti, et al., 2021). Namun, metil eugenol yang dihasilkan tanaman ruku-ruku masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai keefektifannya.

 

Penulis : Aidha Utami, Yani Maryani, Eva Lizarmi

 

Referensi      :

Elena, AY., Nanik, HS., dan Jafron, WH. 2009. Pengaruh ekstrak daun teklan (Eupatorium riparium) terhadap mortalitas dan perkembangan larva Aedes aegypti. Biologi FMIPA. Universitas Diponegoro. BIOMA. 11(1): 11-17.

Kardinan, A 2005. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya.

Lapenris, EH. 2011. Isolasi dan analisis komponen kimia dari minyak atsiri daun ruku-ruku (Ocimum sanctum L.) dengan metode gc-ms. Departemen Kimia FMIPA. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Sinaga, CNL., Tobing, MC., dan Pinem, MI. Uji efikasi rodentisida nabati daun ruku-ruku (Ocimum sanctum L.) terhadap Mortalitas Tikus Sawah (Rattus argentiventer Robb & Kloss) di Laboratorium. J. Agroekoteknologi PP USU, Vol. 5 Np. 2, April 2017 (53): 434-443. E-ISSN 2337-6597.

Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S, Donatus IA, Purnomo.2002, Tumbuhan obat II (hasil penelitian, sifat-sifat, dan penggunaannya), Pusat Studi Obat Tradisional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Supriyatin dan Marwoto. 2000. Efektivitas Beberapa Bahan Nabati terhadap Hama Perusak Daun Kedelai. Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Hayati Pada Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. PPTP. Malang.458p.

Parag, S., Vijyayshree, N., Ranu, B., dan Patil, BR. 2010. Antibacterial Activity of Ocimum sanctum Linn. and its Application in Water Purification. Res. J. Chem. Environ., 14(3): 46-50.

Patil, D., Mhaske, DK., Wadhawa, GC. 2011. Antibacterial and Antioxidant study of Ocimum basilicum Labiatae (sweet basil). Journal of Advanced Pharmacy Education & Research. 2 : 104-112. ISSN 2249-3379.

Ramayanti,  I., Layal, K., dan Utami, PP. Efektivitas ekstrak daun kemangi (Ocimum basilicum) sebagai bioinsektisida sediaan anti nyamuk bakar terhadap kematian nyamuk Aedes aegypti, Journal of Agromedicine and Medical Sciences, Vol: 3 No: 2, 2017.

Tamim, DM. 2009. Pemanfaatan tanaman selasih ungu (Ocimum sanctum Linn) sebagai atraktan lalat buah (Bactrocera dorsalis) pada tanaman jambu (Psidium guajava) dalam rangka pengenmbangan pestisida nabati ramah lingkungan. Tesis: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Weizierl, RT., Henn, and Kohler PG. 2000. Insect Attractans and Traps. Agric Entomology, Univ. Of Linois-USA. 17 pp.

Wibawanti, R., Asjayani, A., dan Bakoh, B. 2021. Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan Dengan Pestisida Nabati. https://ditjenbun.pertanian.go.id/pengendalian-opt-tanaman-perkebunan-dengan-pestisida-nabati/

 


Bagikan Artikel Ini