KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Gerakan Pengendalian Ulat Api pada Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat

Diposting     Kamis, 02 November 2023 09:11 am    Oleh    perlindungan



Provinsi Sulawesi Barat merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di wilayah Indonesia Bagian Timur, Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat mencatat di tahun 2021 produksi kelapa sawitnya mencapai 242.733 ton. Terdapat tiga kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat penghasil kelapa sawit yaitu Kabupaten Pasangkayu, Mamuju Tengah dan Mamuju. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu program strategis ekonomi pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Penyebaran perkebunan kelapa sawit rakyat ditemukan di semua kecamatan di Mamuju Tengah. Kelapa sawit menjadi primadona warga masyarakat, mereka menilai budidaya perkebunan sawit lebih mudah dan memberikan keuntungan yang lebih besar, sehingga sebagian warga kabupaten Mamuju Tengah mengganti tanaman pohon kakao dan tanaman pertanian lainnya menjadi tanaman kelapa sawit.

Populasi Ulat Api di Kabupaten Mamuju Tengah

Serangan hama ulat api pada tanaman kelapa sawit di Kabupaten Mamuju Tengah, telah dilaporkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat pada tanggal 11 September 2023 ke Direktorat Jenderal Perkebunan. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Mamuju Tengah mencatat sebanyak 334 hektar lahan perkebunan sawit di wilayah Kabupaten Mamuju Tengah diserang hama ulat api. Serangan ulat api tersebar di Kecamatan Pangale, Budong-Budong dan Topoyo. Direktorat Perlindungan Perkebunan, pada tanggal 13 September 2023 bersama-sama stakeholder melakukan ground check ke lokasi serangan ulat api di beberapa desa yang ada di Kabupaten Mamuju Tengah. Ground check lokasi pertama di lokasi Desa Tinali, Kecamatan Budong-Budong, kondisi serangan berada pada fase kepompong dan sebagian besar sudah menjadi imago (ngengat). Intensitas serangan berat diperlihatkan dengan gejala dan populasi imago serta populasi larva lebih dari 50 larva/pelepah. Ground check lokasi kedua di Desa Kabubu, Kecamatan Topoyo, kondisi serangan berada pada fase kepompong. Ground check lokasi ketiga di Kecamatan Pangale, untuk kondisi serangan berada pada fase larva. Larva ditemukan populasinya lebih dari 100 larva/pelepah dan berbagai instar. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan baik di Desa Tinali, Desa Kabubu dan Desa Pangale, ciri-ciri morfologi ulat api yang ditemukan di lapang yaitu larva pada instar awal berwarna kehijauan, selanjutnya terdapat garis hitam di punggung dan titik-titik putih serta dilengkapi dengan bulu-bulu di sekitar tubuh dan seragam, warna putih dengan garis/jalur hitam lebih dominan pada instar akhir. Kokon agak bulat, berwarna cokelat muda, kepompong melekat di bagian bawah daun, disepanjang tulang daun atau di pangkal pelepah. Ngengat berwarna perak kekuningan pucat dengan sayap belakang berwarna kelabu gelap. Berdasarkaan morfologi tersebut diduga jenis Darna catenatus. Menurut Simanjuntak et al (2011), jenis ulat api Darna catenatus banyak dijumpai di Sulawesi dengan ciri-ciri yaitu larva instar awal berwarna kehijauan, pada proses instar selanjutnya bagian tengah larva mengecil dengan Panjang 14-15 mm, lebarnya 5-7 mm. Kepompong agak bulat, berwarna cokelat muda, berukuran 7 x 5 mm, melekat di bagian bawah daun dan disepanjang tulang daun.

Gambar 1. Larva ulat api Darna capptenatus
Gambar 2. Kepompong ulat api Darna capptenatus
Gambar 3. Imago (ngengat) ulat api Darna capptenatus

Gerakan Pengendalian Ulat Api

Direktorat Perlindungan Perkebunan bersama-sama stakeholder telah melakukan suatu aksi nyata berupa gerakan pengendalian ulat api diantaranya:

  1. Melakukan edukasi ke pekebun dan masyarakat mengenai gejala, serangan dan siklus hidup hama serta rekomendasi pengendalian atau penanganan yang tepat.
  2. Melakukan aksi pengendalian ulat api bersama RPO (regu pengendali OPT) yang telah dibentuk oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat dengan cara pengasapan insektisida dengan alat fogging yang dilakukan pada malam hari untuk target larva dan imago (ngengat)
  3. Upaya yang sudah dilakukan pekebun secara swadaya dengan pendampingan dari PPL Kecamatan Budong-Budong yaitu pengendalian ulat api dengan menggunakan perangkap lampu (light trap) dan yellow trap untuk target imago (ngengat).
  4. Mencari dan mengumpulkan kepompong ulat api yang selanjutnya dimusnahkan dengan cara dibakar.
Gambar 4. Pengasapan insektisida dengan alat fogging
Gambar 5. Perangkap lampu (light trap) dan yellow trap

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2014 pada pasal 33 tentang perkebunan dijelaskan yaitu pelaksanaan pelindungan tanaman perkebunan menjadi tangggung jawab Pelaku Usaha Perkebunan, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Berdasarkan amanat pasal tersebut, Direktorat Perlindungan Perkebunan telah melakukan koordinasi dengan perusahan kelapa sawit di daerah sekitar Kabupaten Mamuju Tengah salah satunya dengan PT. Surya Raya Lestari untuk mendapatkan dukungan peralatan serta tenaga teknis dalam melaksanakan pengendalian ulat api wilayah binaan.

Gambar 6. Ground check serangan ulat api

Dampak Serangan Ulat Api

Tahun 2023 beberapa daerah di Indonesia terkena dampak akibat fenomena iklim El nino. El Nino masih menjadi tantangan besar bagi produksi pertanian maupun perkebunan karena berdampak signifikan terhadap persebaran berbagai penyakit dan hama, yang dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen, serta kesejahteraan pekebun. Dampak dari El Nino berupa cuaca ekstrem menyebabkan kekeringan dan munculnya berbagai serangan hama pada kebun tanaman perkebunan. Hal ini terlihat dari munculnya hama ulat api pada tanaman kelapa sawit di Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. Dampak kerugian yang ditimbulkan akibat serangan ulat api yaitu terganggunya fotosintesis dan terjadinya defoliasi yang mengakibatkan turunnya produksi Tandan Buah Segar (TBS). Berdasarkan analisa taksasi kehilangan hasil yang dilakukan oleh Ditjenbun (2021), serangan ulat api bisa menurunkan 12% hingga 30% produksi tanaman kelapa sawit baik pada fase TBM maupun TM. Selain menurunnya produksi akibat serangan ulat api, biaya yang membengkak untuk mencegah gagal produksi juga menjadi kerugian dari serangan hama ini (Efendi, Febriani and Yusniwati, 2020).

Beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai strategi gerakan pengelolaan hama ulat api antara lain melalui kegiatan monitoring, konservasi musuh alami sebagai tindakan preventif ledakan hama, serta aplikasi insektisida sistemik untuk menurunkan populasi hama di bawah ambang ekonomi secara cepat.

Penulis: Dedy Aminata, Ratri Wibawanti dan Bibit Bakoh

Daftar Pustaka

CABI CPC (2015). Datasheet on Darna catenatus. URL: www.cabi.org/cpc/

Ditjenbun. 2021. Prediksi luas serangan berat dan kerugian hasil akibat hama ulat api pada triwulan II tahun 2021 pada tanaman kelapa sawit. Kementerian Pertanian.

Efendi S, Febriani F, Yusniwati Y. 2020 Inventarisasi hama kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) pada daerah endemik serangan di Kabupaten Dharmasraya. Agrifor. 19(1): 1. DOI: 10.31293/af.v19i1.4476.

Simanjuntak D, Sudharto, A. Sipayung, R. Desmier de Chenon, A.E. Prasetyo, Agus S. 2011. Ulat Api Darna trima Moore. Informasi Organisme Pengganggu Tanaman. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan


Bagikan Artikel Ini