KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pengendalian Penyakit Gugur Daun Karet Demi Menjaga Produktivitas Karet

Diposting     Jumat, 29 September 2023 10:09 am    Oleh    perlindungan



Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan andalan dalam perdagangan dan merupakan sumber penerimaan devisa negara yang cukup penting selama dekade terakhir ini. Indonesia memiliki luas areal perkebunan karet nomor 1 di seluruh dunia, yaitu 3.776.485 ha yang dikelola oleh rakyat sebesar 90,91 %. Dibandingkan dengan negara-negara kompetitor penghasil karet yang lain, Indonesia memiliki produksi yang masih rendah, yaitu 3.045.314 ton atau produktivitas karet sebesar 1.015 kg/ha pada tahun 2021. Produktivitas karet sangat dipengaruhi oleh teknik budi daya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman karet merupakan salah satu kegiatan budi daya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman karet. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budi daya karet adalah pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang terdiri dari hama, penyakit dan gulma. Salah satu penyakit utama pada budi daya tanaman karet selama 5 tahun terakhir ini yang belum tuntas penanganannya adalah penyakit Gugur Daun Karet (GDK). Berdasarkan laporan data serangan OPT pada aplikasi Sistem Pelaporan dan Rekapitulasi Data OPT Berbasis Daring (online)/Sipereda, data serangan 5 tahun terakhir tampak pada Grafik 1.

Grafik 1. Luas serangan penyakit GDK Pestalotiopsis sp. di Indonesia tahun 2019-2023

Penyakit GDK yang sering menyerang tanaman karet disebabkan oleh beberapa jenis jamur, yaitu: jamur Colletotrichum gloeosporioides, Corynespora cassiicola, Oidium heveae, Fusicoccum sp., dan Pestalotiopsis sp. Tanaman karet yang terkena penyakit GDK akan mengalami kerusakan pada daun, yang kemudian rontok secara bersamaan. Jika tidak ditangani, tanaman akan meranggas dan dapat menyebabkan penurunan produksi getah hingga 40%.Tingginya serangan penyakit GDK terutama yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp. dan minimnya tindakan pengendalian yang dilakukan oleh pekebun/kelompok tani menyebabkan produksi karet makin menurun dan pendapatan pekebun berkurang. Penyakit GDK akibat jamur Pestalotiopsis sp. tersebar di Provinsi Aceh, Bengkulu, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.

Kegiatan dalam upaya menurunkan serangan OPT antara lain penanganan OPT dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penanganan OPT tersebut harus didukung dengan peran aktif, kesadaran, dan kemauan masyarakat. Konsep PHT menggunakan pendekatan komprehensif dan menekankan pada ekosistem yang ada dalam lingkungan tertentu, serta mengintegrasikan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel. Untuk mengendalikan OPT, pekebun masih memerlukan bantuan sehingga pemerintah memberikan bantuan pengendalian OPT sebagai trigger yang dapat ditiru oleh pekebun, sehingga pengendalian dapat dilakukan secara masif. Salah satu upaya untuk mengurangi kehilangan hasil karet pekebun akibat serangan OPT tersebut, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan telah mengalokasikan anggaran pada tahun 2020 hingga 2023 melalui Tugas Pembantuan (TP Provinsi) untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman karet. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu dan mendorong petani dalam melakukan pengendalian OPT secara mandiri pada pusat – pusat serangan agar serangan OPT terkendali dan tidak meluas pada areal tanaman lainnya.

Grafik 2. Luas pengendalian OPT utama karet pada tahun 2020-2023

Kegiatan pengendalian OPT ini dilakukan dengan pola padat karya yang melibatkan petani, petugas pengamat OPT, pegawai Dinas Perkebunan, dan petugas Brigade Proteksi Tanaman (BPT). Pada kegiatan pengendalian OPT tanaman karet, pekebun didampingi oleh petugas lapangan melakukan pengamatan di kebun sehingga dapat mengetahui jenis OPT yang menyerang tanaman karet dan cara pengendaliannya. Teknologi pengendalian penyakit GDK yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp. yang dapat diterapkan oleh pekebun adalah sebagai berikut:

1. Melakukan sanitasi kebun dengan mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman sakit yang dapat menjadi sumber serangan.

2. Pemupukan tanaman secara teratur sesuai dosis anjuran dan ekstra 25% N.

Tabel 1. Rekomendasi umum pemupukan pada TBM
Tabel 2. Rekomendasi umum pemupukan pada TM

3. Peremajaan kebun yang terserang berat.

4. Kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif metil thiophanat, propiconazol atau heksaconazol berdasarkan rekomendasi dari Pusat Penelitian Karet. Berikut aplikasi fungisida untuk setiap bahan aktif:

  • Aplikasi fungisida berbahan aktif metil thiophanat dengan dosis 2 ml/l air pada daun yang gugur di permukaan tanah untuk mengendalikan spora jamur Pestalotiopsis sp. Aplikasi dengan menggunakan knapsack sprayer atau mist blower denganinterval aplikasi dua kali, yaitu: pada saat setelah gugur akibat penyakit dan setelah gugur daun alami.
  • Aplikasi fungisida berbahan aktif propikonazol atau heksakonazol dengan dosis 5 ml/l air pada tajuk tanaman dengan menggunakan mist blower atau power sprayer dan dibutuhkan suspensi sebanyak 400-500 l/ha.   

Penyemprotan dilakukan pada saat pembentukan daun baru setelah masa gugur daun, yaitu saat terbentuk 10 – 15 % daun muda (berwarna coklat) dan penyemprotan diulang pada 2 – 2,5 bulan setelah penyemprotan pertama.

Gambar 3. Aplikasi fungisida dengan power sprayer pada tanaman karet

Aplikasi fungisida dengan cara fogging dan spraying ke bagian tajuk tanaman. Jika dipilih cara fogging disarankan juga spraying fungisida di bagian bawah gawangan lahan/ groundcover. Pengendalian penyakit GDK dengan fungisida akan efektif apabila dilaksanakan pada saat flush baru akan mekar. 

  • Aplikasi dengan cara fogging menggunakan dosis fungisida yaitu 500 ml bahan aktif + 4 l solar + 1 l air + 100 ml agristik (emulgator).
Gambar 4. Aplikasi fungisida; (a) dengan cara fogging dan (b) pada gawangan dengan knapsack

Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan telah melakukan kebijakan untuk penanganan serangan OPT utama pada tanaman karet, di antaranya:

  1. Sosialisasi dan melakukan gerakan pengendalian penyakit GDK yang terjadi beberapa kali dengan mengaplikasikan fungisida berbahan aktif heksakonazol menggunakan alat power sprayer dan fogger pada Februari 2018.
  2. Berkoordinasi dengan Pusat Penelitian Karet Sembawa terkait penyebab penyakit, data serangan, dan upaya pengendalian.
  3. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) penanganan OPT utama pada tanaman karet di Bogor yang dihadiri oleh Dinas Provinsi sentra karet, Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Karet, dan Perguruan Tinggi.
  4. Kegiatan penerapan PHT seluas 150 ha dan pengendalian OPT pada tanaman karet (penyakit Jamur Akar Putih/JAP dan GDK) seluas 450 ha di Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, dan Kalimantan Selatan.
  5. Pengamatan rutin dan surveilans di Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung.
  6. Memantau data serangan OPT pada sentra karet di Indonesia melalui aplikasi Sistem Pelaporan dan Rekapitulasi Data OPT Berbasis Daring (online)/Sipereda.
  7. Bimbingan teknis penanganan OPT tanaman karet di Puslit Karet Sembawa pada Februari 2020.
  8. Alokasi pestisida kimiawi untuk pengendalian penyakit GDK yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp. pada kegiatan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) di 6 provinsi (Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan).
  9. Mengkoordinasikan ke seluruh dinas provinsi sentra penghasil karet untuk melakukan pengamatan dan pengendalian terhadap penyakit GDK.

Penulis : Yuni Astuti dan Ratri Wibawanti

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Yuni A dan Nur I. 2019. Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Karet (Revisi I). Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2023. Petunjuk Teknis Area Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Perkebunan Tahun 2023 . Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Fairuzah, Z. 2019. Insiden Penyakit Gugur Daun Tanaman Karet di Indonesia. Balai Penelitian Sungai Putih. Pusat Penelitian Karet. Medan.

Pusat Penelitian Karet. 2019. Outbreak Penyakit Gugur Daun Pestalotiopsis. Riset Perkebunan Nusantara. Bogor.

Tim Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2017. Instruksi Kerja Pengamatan dan Pengendalian OPT Penting Tanaman Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.


Bagikan Artikel Ini