KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Analisa Produksi Kelapa Kopyor dengan Menggunakan Benih yang Diperoleh Melalui Kebun Sumber Benih dan Benih yang Berasal dari Kultur Jaringan

Diposting     Jumat, 30 Desember 2022 03:12 pm    Oleh    Dirat Perbenihan



Kelapa kopyor adalah tanaman kelapa yang mengalami mutase genetik secara alamiah dan merupakan buah abnormal. Dalam kelapa kopyor, daging buah tidak melekat pada cangkang buah kelapa tetapi tercampur dengan air kelapa. Apabila kelapa kopyor diguncang suara yang dihasilkannya sangat khas tidak seperti kelapa biasa. Dari segi keuntungan, kelapa kopyor memiliki nilai jual lebih mahal dibanding dengan kelapa biasa. Penyediaan benih kelapa kopyor masih sangat terbatas sehingga masih jarang dibudidayakan, namun demikian hal ini menjadi sebuah peluang karena nilai ekonomis yang besar.

Benih yang selama ini digunakan dalam pengembangan kelapa kopyor adalah benih yang berasal dari kebun sumber benih yang telah dilepas dan benih yang dihasilkan melalui teknik kultur jaringan.  Benih unggul kelapa kopyor yang berasal dari kebun sumber benih dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian sebagai berikut:

  1. Kelapa Genjah Coklat Kopyor (SK Mentan Nomor: 3995/Kpts/SR.120/12/2010) yang dapat menghasilkan buah kopyor  per tandan sebanyak 4 buah.
  2. Kelapa Genjah Hijau Kopyor (SK Mentan Nomor: 3996/Kpts/SR.120/12/2010) yang dapat menghasilkan buah kopyor  per tandan sebanyak 4 buah.
  3. Kelapa Genjah Kuning Kopyor (SK Mentan Nomor: 3997/Kpts/SR.120/12/2010) yang dapat menghasilkan buah kopyor  per tandan sebanyak 3 buah.
  4. Kelapa Dalam Kopyor Puan Kalianda (SK Mentan Nomor: 96/Kpts/KB.010/2/2017) yang dapat menghasilkan buah kopyor  per tandan sebanyak 3 buah.

Jika dilihat dari potensi produksi kelapa kopyor dari masing-masing benih kelapa yang telah dilepas oleh Menteri Pertanian maka produksi buah kelapa kopyor masih sangat sedikit pertandannya. Untuk harga benih kelapa kopyor siap tanam yang berasal dari kebun sumber benih berkisar Rp. 50.000,-.

Benih kelapa kopyor juga dapat dihasilkan melalui teknik kultur jaringan. Teknik kultur jaringan dilakukan dengan cara menyeleksi buah kelapa kopyor yang unggul, lalu mengambil embrio zigotik dan menumbuhkannya dalam media kultur in vitro. Secara fisik, tekstur dan morfologi kelapa kopyor hasil kultur jaringan dan kelapa kopyor bukan hasil kultur jaringan tidak berbeda. Selain itu, produksi buah kelapa kopyor yang berasal dari kultur jaringan disetiap tandannya dapat menghasilkan 99% buah kopyor. Tingkat kekopyoran buah pada hasil kultur jaringan juga lebih merata di seluruh buah. Buah kelapa kopyor konvensional masih bercampur antara daging buah yang kopyor dengan daging yang agak keras sehingga tingkat kekopyoran yang rendah (kurang dari 70%). Harga benih kelapa kopyor yang berasal dari teknik kultur jaringan berkisar Rp. 1.000.000,- s.d. 2.000.000,-.

Analisa produksi kelapa kopyor dengan menggunakan kelapa yang berasal dari kebun sumber benih dan benih yang berasal dari teknis kultur jaringan seperti pada tabel dan barchart berikut:

Berdasarkan Tabel dan Barchat tersebut maka dapat diperoleh informasi sebagai berikut:

  1. Pada tahun ke-4 kelapa kopyor telah menghasilkan kecuali kepala Dalam Puan Kalianda karena kelapa tesebut baru beruah pada umur 7 tahun. Sedangkan produksi kelapa kopyor terbanyak adalah kelapa kopyor yang berasal dari kultur jaringan sejumlah 60 butir pertahun. Namun demikian perbedaan produksi di tahun ke-4 belum terlalu signikan antara semua kelapa genjah kopyor dengan kelapa genjah hasil kultur jaringan.
  2. Pada tahun ke-5 terlihat bahwa kelapa kopyor yang berasal dari kultur jaringan telah menghasilkan 120 butir kelapa kopyor per tahun dibandingkan dengan semua kelapa kopyor yang berasal dari kebun sumber benih yang menghasilkan sekitar 48 butir per tahun atau sekitar 150% lebih tinggi. Sedangkan untuk kelapa Dalam Puan Kalianda masih belum menghasilkan.
  3. Pada tahun ke-6 produksi benih kelapa kopyor masih sama dengan tahun ke-5 dengan produksi kelapa genjah hasil kultur jaringan tertinggi sebanyak 120 butir per tahun.
  4. Pada tahun-ke7 produksi benih kelapa kopyor masih sama dengan tahun ke-6 dengan produksi kelapa genjah hasil kultur jaringan tetap tertinggi sebanyak 120 butir per tahun. Namun demikian kelapa Dalam puan Kalianda mulai menghasilkan dengan produksi 36 butir per tahun.
  5. Pada tahun ke-8 produksi benih kelapa kopyor masih sama dengan tahun ke-7 dan menghasilkan sebanyak 120 butir pertahun.
  6. Berdasarkan Analisa produksi kelapa kopyor selama 5 tahun maka diperoleh data bahwa kelapa kopyor yang berasal dari kultur jaringan menghasilkan buah terbanyak yaitu 540 butir per tahun dan kelapa Dalam Puan Kalianda yang menghasilkan kelapa kopyor paling sedikit yaitu 72 butir per tahun.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan benih kelapa kopyor yang berasal dari kultur jaringan akan menghasilkan produksi kelapa kopyor 150% lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan benih yang berasal dari kebun sumber benih kelapa kopyor konvensional.

Berdasarkan kondisi yang ada saat ini yaitu benih kelapa kopyor yang berasal dari kultur jaringan masih sulit diperoleh dan harga benih menurut petani sangat mahal. Namun demikian jika dihitung dari hasil yang diperoleh maka pada tahun pertama tanaman kelapa kopyor kultur jaringan berproduksi walaupun belum maksimal telah dapat mengembalikan modal awal dari harga benih yang dibeli.

Terkait hal tersebut maka perlu dilakukan upaya-upaya agar teknik produksi benih melalui kultur jaringan dapat dilakukan di instansi-instansi pemerintah maupun swasta yang mempunyai tugas memproduksi benih agar semakin banyak dihasilkan benih kelapa kopyor kultur jaringan untuk memenuhi kebutuhan pengembangan bagi petani maupun untuk perusahaan swasta  di Indonesia.

Namun demikian dengan adanya benih kelapa kopyor hasil kultur jaringan diharapkan pengawasan dan peredaran benih tersebut semakin diperketat karena saat ini sangat marak beredar benih-benih yang menyatakan bahwa benih yang dijual adalah benih hasil kultur jaringan yang belum dapat diketahui kebenarannya.

Diharapkan dukungan pemerintah daerah dan semua pihak  baik melalui anggaran APBD maupun sumber anggaran lainnya agar semakin banyak kebun sumber benih varietas kelapa kopyor yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan pengembangan di seluruh wilayah Indonesia sehingga petani dapat memperoleh benih kelapa kopyor dengan mudah baik benih yang berasal dari kebun sumber benih yang telah ditetapkan maupun benih yang berasal dari kultur jaringan. Kelapa kopyor  diharapkan menjadi salah satu tanaman perkebunan yang dapat menghasilkan dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. (Santi FS)

(Sumber: Direktorat Perbenihan, Direktorat Jenderal Perkebunan dan berbagai sumber)


Bagikan Artikel Ini  

Penerapan Standarisasi Mutu Benih Perkebunan

Diposting        Oleh    Dirat Perbenihan



Keberadaan produsen benih unggul yang mempunyai kompetensi yang memadai (bersertifikat) dalam produksi dan peredaran benih unggul bermutu sangat penting dalam mendukung Pembangunan Industri perbenihan menuju Kemandirian Industri Perbenihan Perkebunan Nasional. Kondisi saat ini kompetensi produsen benih perkebunan sangat beragam dan tidak terstandar, sehingga mutu benih yang dihasilkan juga masih sangat beragam, maka dibutuhkan upaya-upaya perbaikan salah satunya melalui penerapan standarisasi mutu benih perkebunan. Standarisasi mutu perbenihan perkebunan dapat ditempuh melalui uji kompetensi produsen benih dan penerapan sertifikasi mandiri bagi produsen benih perkebunan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2015 tentang Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman Perkebunan.

Penerapan uji kompetensi produsen benih komoditas kelapa sawit perdana telah diinisiasi oleh Lembaga Sertifikasi Perkebunan dan Hortikultura (LSP-PHI) pada awal Desember 2022 melalui kegiatan witness uji kompetensi Penambahan Ruang Lingkup LSP-PHI. Ke depan kebijakan tersebut secara bertahap akan diterapkan pada komoditas lainnya. Untuk langkah awal penerapan uji kompetensi dibutuhkan skema perbenihan yang menjadi dasar pelaksanaan uji kompetensi. Salah satunya yaitu komoditas kopi yang pada tahun 2021 telah dimulai penyusunan skema perbenihan oleh LSP Pertanian Kementerian Pertanian dengan 5 (lima) skema okupasi perbenihan kopi yaitu Pelaksana Produksi Benih Kopi; Mandor Pembibitan; Pelaksana Pembibitan; Pengawas Produksi Benih Kopi; dan Pelaksana Produksi Benih Kopi. Diharapkan dengan adanya skema khusus perbenihan dapat meningkatkan akselerasi upaya penerapan kompetensi produsen benih perkebunan.

Upaya peningkatan standarisasi perbenihan lainnya yaitu melalui penerapan sertifikasi mandiri. Kebijakan pelaksanaan sertifikasi mandiri  berupa Keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor: 184/Kpts/HK.540/10/2022 tentang Pedoman Teknis Penerapan dan Pengawasan Sertifikasi Benih Mandiri Tanaman Perkebunan. Dalam penerapannya, dibutuhkan keseriusan produsen benih untuk menata manajemen produksi benih sesuai dengan standar produksi benih yang berlaku. Dalam hal ini terutama system dokumentasi dan pencatatan manajemen produksi benih secara detail menjadi modal utama untuk mendapatkan lisensi sertifikasi mandiri. Pada awal bulan Desember PT. Bina Tani Nusantara telah resmi menerapkan ISO 9001 yang menjadi syarat utama suatu produsen dapat menerapkan sertifikasi mandiri pada produksi benihnya.

Dua langkah awal di atas yang merupakan terobosan dan upaya bersama dalam memperbaiki iklim perbenihan di Indonesia sangat membutuhkan komitmen yang kuat baik dari eleman pemeritahan maupun pelaku perkebunan khususnya produsen benih. Keselarasan antara pemberi aturan/kebijakan dan pelaksanaannya dapat membawa perbenihan perkebunan menuju arah yang lebih baik. (Dwi YA)

Sumber:

Anonim, 2022, Kepdirjen Nomor 184/Kpts/HK.540/10/2022 Pedoman Teknis Penerapan dan Pengawasan Sertifikasi Mandiri Tanaman Perkebunan, Kementerian Pertanian.

Hendra, A.S., 2022, Uji Kompetensi Produsen Benih Kelapa Sawit Resmi Diterapkan, Ditjenbun.pertanian.go.id.


Bagikan Artikel Ini  

Pola Kemitraan Dalam Mendukung Kemandirian Industri Perbenihan

Diposting     Kamis, 29 Desember 2022 08:12 am    Oleh    Dirat Perbenihan



Benih merupakan komponen yang tidak dapat digantikan dalam sistem budidaya tanaman. Penggunaan benih bermutu memberikan kontribusi sekitar 40% terhadap keberhasilan pertanaman. Saat ini penggunaan benih bermutu di tingkat petani relatif rendah akibat terbatasnya ketersediaan dan aksesibilitas terhadap benih unggul bermutu di lokasi-lokasi pengembangan. Sementara benih yang beredar di masyarakat pada umumnya bermutu rendah, tidak bersertifikat dan tidak jelas asal usulnya.

Benih berkualitas dihasilkan dari industri benih yang dapat memproduksi benih varietas unggul dengan teknologi dan pengelolaan yang tepat sehingga dapat ditanam petani. Perkembangan industri perbenihan tanaman perkebunan saat ini masih belum merata. Untuk komoditi tertentu seperti kelapa sawit, kopi, kelapa dan kakao, industri perbenihan sudah mengalami perkembangan yang cukup pesat dan melibatkan swasta dengan produksi benih yang tinggi. Namun disisi lain, industri perbenihan untuk sebagian komoditi perkebunan masih perlu pendampingan dalam menghasilkan benih bermutu dan berkualitas.

Industri perbenihan perkebunan tidak lepas dari peranan produsen benih. Produsen merupakan komponen yang paling menentukan dalam produksi benih, yang secara keseluruhan harus mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama. Beberapa kendala yang dialami produsen benih dalam usaha produksi benih diantaranya adalah permodalan dan kurangnya akses pemasaran. Sistem produksi benih berbasis komunitas perlu dikembangkan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan benih perkebunan yang tepat varietas, tepat jumlah, tepat mutu, tepat tempat dan tepat waktu.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan dalam membangun kemandirian industri perbenihan adalah dengan sistem kemitraan.  Seperti yang telah dikembangkan oleh Heru Ferdiansyah, produsen benih aren dari Lubuk Linggau, Sumatera Selatan. Sistem kemitraan melalui kerjasama antara produsen benih dengan petani mitra. Bentuk kerja samanya adalah produsen benih memberikan benih, peralatan, polibeg dan pupuk kepada petani mitra dan hasil panen dibeli sesuai dengan harga yang disepakati. Produsen sekaligus pendamping teknologi dan pengawasan usahatani bersama dengan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih dalam proses sertifikasi. Kerja sama ini dirasakan menguntungkan oleh petani mitra karena adanya bantuan benih sehingga biaya produksi lebih rendah, dan pemasaran terjamin. Pola kemitraan serupa juga dikembangkan oleh Opi, produsen benih vanili.

Pembangunan industri perbenihan menuju kemandirian industri perbenihan perkebunan nasional harus selaras dengan regulasi dan kebijakan perbenihan perkebunan. Kebijakan tersebut ditujukan agar para produsen benih menghasilkan benih dengan kualitas baik. Produsen benih mampu memproduksi benih lebih banyak jika iklim usaha menguntungkan. Jaminan pasar merupakan pertimbangan utama bagi produsen untuk menentukan volume dan varietas benih yang akan diproduksi. Insentif perlu diberikan kepada produsen benih, misalnya akses modal yang lebih mudah dan bunga bank lebih murah, serta bantuan promosi produk atau pembelian benih langsung oleh pemerintah. (Dina F)


Bagikan Artikel Ini  

Penetapan Kebun Sumber Benih Tanaman Lada Varietas Malonan 1 di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur

Diposting        Oleh    Dirat Perbenihan



Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting diantara rempah-rempah lainnya (King of Spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan devisa negara maupun dari segi kegunaannya yang sangat khas dan tidak dapat digantikan dengan rempah lainnya. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil utama lada dan mempunyai peranan penting dalam perdagangan lada dunia.

Pada era tahun 1970 indonesia pernah mengalami kejayaan lada. Untuk mengembalikan kejayaan lada perlu penyiapan benih lada unggul bermutu harus disiapkan dengan baik, karena penggunaan benih yang unggul bermutu merupakan awal/dasar dalam peningkatan produksi dan produktivitas tanaman, didukung dengan penggunaan sarana produksi yang tepat sesuai rekomendasi serta penerapan sistem manajemen usaha tani yang benar. Selain untuk mengembalikan kejayaan rempah nusantara, keberadaan kebun sumber benih atau kebun induk sangat diperlukan sehingga benih yang dihasilkan benar-benar benih unggul dengan produktivitas tinggi.

Berdasarkan data statistik Perkebunan tahun 2019 luas lahan tanaman lada seluas 189.703 hektar dengan rincian perkebunan rakyat seluas 182.617 hektar dan perkebunan besar swasta seluas 7.086 hektar. Di Provinsi Kalimantan Timur untuk luas areal tanaman lada seluas 8.921 hektar. Di Provinsi Kalimantan Timur, lada (Piper nigrum L.) atau sahang merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peran strategis dalam perekonomian masyarakat di wilayah ini. Sejak zaman Hindia Belanda lada sudah menyebar di Kalimantan Timur dan merupakan salah satu daerah sentra pembudidayaan lada di Asia Tenggara. Tanaman lada varietas  malonan 1 digemari oleh masyarakat setempat, yang mempunyai ciri khas dapat berbuah hampir sepanjang tahun. Lada varietas Malonan 1 memiliki sejumlah keunggulan diantaranya mengandung minyak atsiri sebesar 2,35%, oleoserin 11,23% dan piperin 3,82 lebih tinggi dari oleoserin dan piperin lada putih varietas Petaling 1 yang hanya 10,66% dan 3,03% juga toleran terhadap penakit busuk pangkal batang dan mampu berproduksi sepanjang tahun dengan produksi rata-rata sekitar 2,17 ton per hektar.

(Sumber foto: Milik pribadi)

Di Provinsi Kalimantan Timur untuk kegiatan pengembangan lada tahun 2022 seluas 100 hektar dan rencana tahun 2023 seluas 100 hektar anggaran dari APBD. Kebutuhan benih per 1 (satu) hektar sebanyak 1.600 dengan jarak tanam 2,5 m x 2,5 m. Jadi kebutuhan untuk pengembangan seluas 200 hektar sebanyak 320.000 batang. Untuk itu untuk mencukupi kebutuhan benih lada di Provinsi Kalimantan Timur dan provinsi lain telah dilakukan penilaian dan penetapan kebun sumber benih lada varietas Malonan 1 milik Bapak H. Abbas seluas 0,5 hektar yang berlokasi di Desa Batuah, Kecamatan Loa janan Kabupaten Kutai Kartanegara. Dari hasil penilaian dan penetapan administrasi dan lapangan bahwa kebun layak sebagai sumber benih lada dengan jumlah pohon sebanyak 1.050 pohon dengan hasil taksasi produksi benih sebanyak 70.350 setek satu ruas berdaun tunggal atau 10.050 setek lima sampai tujuh (5-7) ruas.  Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Penetapan Kebun Sumber Benih Lada Varietas Malonan 1 di Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur sudah keluar dengan Nomor 90/Kpts/KB.020/11/2022 tanggal 01 November 2022. (Iswandi M)

Sumber:

Laporan Hasil Pemeriksaan Lapangan Penetapan Kebun Benih Sumber Tanaman Lada Varietas Malonan 1 di kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur.


Bagikan Artikel Ini  

Kebun Sumber Benih Vanili Varietas Alor di Kabupaten Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara Timur

Diposting        Oleh    Dirat Perbenihan



Vanili merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi dengan fluktuasi harga yang relatif stabil dibandingkan dengan tanaman perkebunan yang lain. Vanili memiliki nilai ekonomi cukup tinggi karena ekstrak buahnya yang dikenal sebagai sumber bahan pengharum pada bahan makanan dan minuman. Vanili Indonesia banyak digemari oleh banyak konsumen, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Hal ini disebabkan karena kualitas vanili Indonesia yang lebih unggul disbanding vanili Mexico dan Madagaskar yang juga terkenal sebagai penghasil vanili yang cukup berkualitas. Untuk memenuhi permintaan serta menjaga kualitas vanili, perlu dikembangkan suatu metode budidaya vanili yang mampu menghasilkan benih vanili dalam jumlah banyak, cepat dalam waktu singkat dan berkualitas.

Salah satu faktor penentu keberhasilan pengembangan vanili di Indonesia adalah adanya dukungan ketersediaan bahan tanam unggul dan bermutu. Bahan tanam vanili kebun sumber benih vanili yang telah ditetapkan untuk benih unggul yaitu di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat, sedangkan untuk unggul lokal ada di Provinsi Sulawesi Utara, Jawa Barat, Maluku Utara dan Sumatera Utara.

Hamparan kebun sumber benih vanili varietas Alor di Desa Jawapogo Kecamatan Mauponggo Kabupaten Nagekeo
(Sumber foto: Milik pribadi)

Berdasarkan data statistik perkebunan luas lahan tanaman lada pada tahun 2020 seluas 9.291 hektar yang merupakan perkebunan rakyat, sedangkan untuk luas lahan tanaman vanili di Provinsi Nusa Tenggara Timur seluas 2.404 hektar. Untuk mencukupi kebutuhan pengembangan tanaman vanili di Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun 2022 melalui anggaran APBD sebanyak 8.800 batang sedangkan rencana kegiatan pembangunan kebun induk vanili melalui anggaran APBN tahun 2023 kebutuhan benih sebanyak 3.800 batang. Oleh karena itu telah dilakukan Penilaian dan Penetapan Kebun Sumber Benih vanili varietas Alor di Desa Jawapogo, Kecamatan Maupogo Kabupaten Nagekeo milik Bapak Yohanes Debrito Kowe dengan luas kebun 0,5 Ha. Berdasarkan hasil Penilaian dan Penetapan Kebun Sumber Benih varietas Alor telah layak sebagai kebun sumber benih dengan jumlah populasi yang layak berjumlah 1.800 tanaman, dengan hasil taksasi produksi benih sebanyak 149.400 setek pendek satu ruas berdaun tunggal/tahun. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 83/Kpts/KB.020/11/2022 tentang Penetapan Kebun Sumber Benih Vanili Varietas Alor di Kabupaten Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara Barat. (Iswandi M)

Sumber:

Laporan Hasil Pemeriksaan Lapangan Penetapan Kebun Benih Sumber Tanaman Vanili Varietas Alor di kabupaten Nagekeo Provinsi Nusa Tenggara Timur.


Bagikan Artikel Ini  

Potensi Benih Tanaman Stevia di Kabupaten Minahasa untuk Pengembangan Tanaman Stevia di Provinsi Sulawesi Utara

Diposting        Oleh    Dirat Perbenihan



Tanaman stevia yang memiliki nama ilmiah Stevia rebaudiana termasuk ke dalam suku Asteraceae (Compositae). Tanaman stevia berasal dari daerah perbatasan negara Paraguay-Brasil-Argentina di Amerika Selatan dengan nama lokal Caa-he-he, Caa-enhem atau Kaa-he-e. Di tempat asalnya tanaman ini tumbuh liar atau untuk tujuan tertentu dibudidayakan oleh penduduk yang dimanfaatkan sebagai bahan pemanis dan obat. Di Indonesia stevia banyak dijumpai di daerah Ngargoyoso, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah pada tahun 1980-an. Mulai tahun 2010 dicoba dikembangkan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat untuk keperluan pemanis produk jamu dan obat-obatan. Tanaman ini dapat diusahakan sepanjang tahun dan dipanen beberapa kali, sehingga jumlah gula stevia setahun akan dapat mengungguli gula stevia dari daerah sub tropis yang hanya dipanen satu atau dua kali dalam setahun.

Daun stevia mengandung senyawa glikosida steviol dengan tingkat kemanisan antara 200-300 kali gula tebu dengan indeks glikemat sangat rendah. Senyawa glikosida steviol yang paling penting adalah Steviosida dan Rebaudiosida-A. Hal ini memungkinkan dapat digunakan sebagai bahan baku produk olahan makanan maupun minuman kesehatan. Gula stevia dapat dijadikan alternatif yang tepat untuk menggantikan kedudukan pemanis buatan atau pemanis sintetis (Siklamat, Aspartam, Sakarin). Walaupun kontroversial tetapi masih sering digunakan. Dengan kata lain, tingkat kemanisan gula stevia jauh lebih unggul apabila dibandingkan dengan siklamat atau aspartam yang selama ini masih banyak dipakai. Gula stevia juga sangat sesuai untuk penderita diabetes dan bagi yang sedang diet.

Pada saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah untuk memenuhi kebutuhan gula konsumsi asal tebu yang belum pernah tercapai. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilaksanakan usaha-usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi. Dalam rangka diversifikasi, diusahakan pemanfaatan tanaman penghasil gula non tebu yang dapat dijadikan bahan alternatif pengganti gula, diantaranya adalah stevia. Salah satu kendala yang dihadapi dalam pengembangan tanaman stevia di Indonesia adalah belum adanya benih varietas unggul yang bermutu dan dalam jumlah yang cukup. Dalam rangka mempercepat pengembangan stevia pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perbenihan Perkebunan berupaya untuk melakukan terobosan untuk mempercepat penyediaan benih unggul stevia  melalui penilaian dan pemurnian kebun benih stevia yang ada di Minahasa Sulawesi. Upaya ini dilakukan dengan memperhatikan koridor aturan yang ada. Untuk itu pada tanggal 15 s.d 18 Maret 2022, tim yang beranggotakan pemulia, 2 petugas PBT dari Direktorat Perbenihan Perkebunan, PBT dari UPT Provinsi dan Kabupaten melakukan penilaian Kebun Benih Stevia yang berlokasi di Minahasa, Minahasa, Sulawesi Utara.

Gambar jenis tipe stevia di Kabupaten Minahasa
(Sumber foto: milik pribadi)

Berdasarkan hasil penilaian dan penetapan kebun sumber benih stevia unggul lokal di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara diperoleh sebagai berikut:

  1. Kebun Benih stevia yang berlokasi di Minahasa belum bisa langsung ditetapkan sebagai kebun sumber benih stevia melalui SK Dirjenbun karena belum murni dan masih berstatus benih introduksi.
  2. Untuk itu, disarankan agar dilakukan upaya pemurnian tanaman stevia di kebun sumber benih stevia.
  3. Perlu dilakukan uji multilokasi klon stevia hasil pemurnian di beberapa lokasi dalam rangka untuk mengkaji daya hasil dan adaptasinya.
  4. Perlu dilakukan evaluasi yang intensif terkait deskripsi klon stevia hasil pemurnian, termasuk potensi produksi, kandungan kimiawinya dan respon hama penyakit.
  5. Kebun Benih stevia di Minahasa berpeluang utuk ditetapkan sebagai Kebun Benih Sumber apabila syarat-syarat tersebut diatas dipenuhi. Alternatifnya, bisa dilakukan upaya pelepasan varietas dan sekaligus pendaftaran perlindungan varietas tanaman (PVT), melalui jalur pelepasan varietas tanaman perkebunan.
  6. Perlu koordinasi intensif dengan UPT terkait. (Iswandi M)

Sumber:

Laporan Hasil Pemeriksaan Lapangan Penetapan Kebun Sumber Benih Tanaman Stevia Varietas Unggul Lokal di kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara.


Bagikan Artikel Ini  

Produksi Benih Kelapa Hibrida Secara Alami dan Buatan

Diposting     Jumat, 16 Desember 2022 11:12 am    Oleh    Dirat Perbenihan



Kelapa merupakan tanaman socio tropical crops (semua bagian tanaman dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat) dan tree of life (menjadi sumber kehidupan bagi manusia).  Salah satu kelapa yang saat ini diminati adalah kelapa hibrida. Kelapa hibrida merupakan persilangan antara dua tipe kelapa yang berbeda secara genotipe atau antarvarietas/kultivar kelapa berbeda secara genetis dari tipe kelapa yang sama (Novarianto, 2021). Tujuan perakitan kelapa hibrida adalah untuk mendapatkan kelapa yang cepat berbuah, berproduksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit tertentu, spesifik lokasi, dan sesuai dengan kebutuhan konsumen (pabrikan).

Kelebihan kelapa hibrida adalah:

  • Berbuah cepat (berbunga lebih awal)
  • Potensi berbuah lebih tinggi dari kelapa dalam
  • Ketinggian pohon sedang (lebih pendek dari kelapa dalam)
  • Daging buah tebal dan kandungan minyak tinggi

Saat ini luas kelapa hibrida di Indonesia mencapai 91.974 ha dengan produksi 93.914 ton, yang didominasi oleh perkebunan rakyat (87 %). Hampir di setiap daerah di Indonesia terdapat kelapa hibrida, dengan provinsi terluas areal kelapa hibridanya adalah Provinsi Riau (Ditjenbun 2021).

Untuk menghasilkan benih Kelapa Hibrida dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu:

  1. Hibridisasi alamiah (natural pollination)

Pada hibridisasi alamiah, buah kelapa hibrida yang diperoleh karena terjadinya penyerbukan silang secara alami tanpa bantuan manusia. Cara ini dilaksanakan dengan membangun kebun – kebun  induk penghasil kelapa hibrida. Pola penanaman kelapa hibrida dapat ditanam dengan tiga macam pola tanam (Kepmentan, 2022), yaitu:

  • Pola tanam I dengan penanaman menggunakan blok terpisah, tetapi berdampingan antara blok kelapa genjah dengan blok kelapa dalam. Untuk mengurangi kontaminasi polen kelapa dari luar kebun, di sekeliling kebun induk kelapa dapat ditanam pohon bambu yang agak rapat, sekaligus berfungsi sebagai pagar hidup untuk gangguan dari luar terhadap kebun induk.
  • Pola tanam II ditanam kelapa genjah di bagian tengah dan di sekelilingnya ditanam kelapa dalam.
  • Pola tanam III adalah pola tanam campuran, yaitu penanaman 4 baris Kelapa Genjah sebagai tetua betina, diselingi dengan 1 baris Kelapa Dalam sebagai tetua jantan (sesuai dengan jenis hibrida yang akan dihasilkan).

Bunga jantan pada pohon induk diemaskulasi untuk mencegah penyerbukan silang yang liar, kemudian penyerbukan yang terjadi dibiarkan secara alami, dimana putik yang terdapat pada pohon induk diserbuki dengan tepung sari dari salah satu pohon bapak. Hasil akhirnya nanti, pada pohon induk akan diperoleh buah yang kemudian dapat ditanam sebagai benih kelapa hibrida.

  1. Hibridisasi buatan (artificial pollination)

Pada hibridisasi buatan, buah Kelapa Hibrida diperoleh karena sengaja dilakukan penyerbukan silang oleh manusia. Dibutuhkan teknis pemrosesan polen dari tetua kelapa jantan, yang dilakukan dengan baik agar diperoleh polen dengan viabilitas minimal di atas 40 %. Selain itu polen disimpan dalam lemari pendingin agar mutu tetap terjamin sampai tiba saatnya hibridisasi dilaksanakan. Proses hibridisasi buatan dilakukan dengan:

  • Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan emaskulasi dan polinasi berupa pisau emaskulasi, gunting stek, alat persilangan, kerodong, tangga, plastik kemasan,  termos es, freezer,  kuas ukuran sedang,  kuas lukis, kertas sampul, talkum dan polen.
  • Dilakukan emaskulasi pada pohon tetua betinanya. Pohon – pohon ini diberi pelabelan/penomeran. Kemudian diaamati tandan yang sudah siap diemaskulasi (terlihat seludang baru pecah dan jumlah bunga betina minimal 6).
  • Pembersihan bunga betina yang akan diemaskulasi (dengan membuang seludang bunga dan kotoran di sekitar tandan, bagian pangkal tandan dibersihkan untuk pemasangan kerodong).
  • Selanjutnya dilakukan pemotongan bunga jantan (spikelet jantan dipotong/digunting menyisakan sekitar 4 cm dari bunga betina).
  • Pemipilan bunga jantan yang tersisa.
  • Pemasangan kerodong dan pelabelan tanda emaskulasi.
  • Kegiatan Pollinasi dilakukan setelah ada tanda bunga betina reseptif (rata – rata 4 – 10 hari setelah emaskulasi), yang ditandai dengan bunga betina telah membuka dan berlendir.
  • Pencampuran polen dan talk.
  • Penyemprotkan polen ke bunga betina yang sudah reseptif.
  • Buah yang diperoleh dari hasil hibridisasi ini digunakan sebagai benih kelapa hibrida. (Yoviana EA)

Daftar Pustaka:

Ditjenbun, 2021. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020 – 2022. Jakarta : Ditjenbun Kementan.

Menteri Pertanian RI. 2022. Keptusan Menteri Pertanian RI Nomor 57/Kpts/KB.020/07/2022 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Kelapa.

Novarianto, H. 2021. Pembangunan Perkebunan Kelapa Hibrida Berkelanjutan. Yogyakarta : Lily Publisher.

Tenda, E. 2004. Perakitan Kelapa Hibrida Intervarietas dan Pengembangannya di Indonesia.  Perspektif– Volume 3 Nomor 2, Desember 2004 : 35 – 45.


Bagikan Artikel Ini  

Mengenal Pala Varietas Unggul Nasional

Diposting     Senin, 12 Desember 2022 09:12 am    Oleh    Dirat Perbenihan



Tanaman pala (Myristica fragrans) merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari Kepulauan Maluku. Hasil produk pala yang diperdagangkan di pasaran dunia adalah biji, fuli dan minyak atsiri. Indonesia merupakan produsen pala terbesar di dunia (70%), dimana sebagian besar perkebunan pala di Indonesia diusahakan oleh perkebunan rakyat (98%) dan sisanya (2%) oleh perkebunan besar. Menurut statistik pembangunan perkebunan Indonesia, produksi pala di Indonesia tahun 2021 mencapai 39.577 ton.

Benih Unggul merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman dan perannya tidak dapat di gantikan oleh faktor lain, karena benih sebagai bahan tanaman dan sebagai pembawa potensi genetik terutama untuk varietas-varietas unggul. Varietas Unggul adalah Varietas yang telah dilepas oleh Pemerintah yang mempunyai kelebihan dalam potensi hasil dan/atau sifat-sifat lainnya. Komoditas Pala sampai dengan tahun 2022, mempunyai 9 (sembilan) varietas unggul yang telah dilepas melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia, antara lain:

  1. Varietas Banda

Pala Varietas Banda dilepas dengan SK Nomor: 4059/Kpts/SR.120/12/2009 tanggal 28 Desember 2009. Asal usul pala Banda dari Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Beberapa ciri dari pala varietas Banda diantaranya mempunyai bentuk daun obovat berwarna hijau tua. Warna kulit buah kecoklatan dengan bentuk buah bulat agak oval, daging buah berwarna putih susu, warna batok tempurung biji hitam kecoklatan mengkilap dan warna fuli merah darah. Aroma buah dan fuli pala banda tajam dan menjadi khas dari pala banda. Pala milik Pemerintah Daerah Provinsi Maluku ini mempunyai produktivitas 5.120 ± 167,37 butir per pohon/tahun dengan bobot basah buah per butir adalah 59,50 ± 9,83 gram dan tebal daging 1,0 ± 0,18 cm. Kadar minyak atsiri pala banda mencapai 21,71%.

2. Varietas Ternate 1

Pala Ternate 1 milik Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) Sukabumi dilepas dengan SK Menteri Pertanian Nomor: 4061/Kpts/SR.120/12/2009 tanggal 28 Desember 2009. Pala Ternate 1 berasal dari Pala Marikrubu Ternate, mempunyai bentuk daun obovat berwarna hijau tua. Warna kulit buah pala Ternate 1 kecoklatan dengan bentuk buah bulat, daging buah berwarna putih susu, warna batok tempurung biji hitam kecoklatan mengkilap dan warna fuli merah darah mengkilat. Aroma buah dan fuli pala banda tajam khas pala. Pala Ternate 1 mempunyai produktivitas sampai dengan 7.595 butir per pohon/tahun dengan bobot basah buah per butir adalah 87 ± 0,52 gram dan tebal daging mencapai 1,12 cm. Kadar minyak atsiri biji tua pala ternate 1 antara 6,84% s.d. 7,92%.

3. Varietas Tidore I

Selain Pala Ternate 1, Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) Sukabumi juga melepas Pala Varietas Tidore 1 yang ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian Nomor: 4062/Kpts/SR.120/12/2009 tanggal 28 Desember 2009. Pala Tidore 1 berasal dari Jaya Tidore, mempunyai bentuk daun obovat berwarna hijau tua coklat keunguan. Warna kulit buah pala Tidore 1 merah kecoklatan dengan bentuk buah bulat, daging buah berwarna kuning muda, warna batok tempurung biji hitam kecoklatan mengkilap dan warna fuli merah darah. Aroma buah dan fuli pala banda tajam khas pala. Pala Tidore 1 mempunyai produktivitas sampai dengan 7.652 butir per pohon/tahun dengan bobot basah buah per butir adalah 75,2 ± 1,06 gram dan tebal daging mencapai 1,56 cm. Kadar minyak atsiri biji tua pala Tidore 1 mencapai 12,35%.

4. Varietas Tobelo 1

ersamaan dengan pelepasan varietas Pala Ternate 1 dan Tidore 1, Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara dan Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri (Balittri) Sukabumi juga melepas Pala Varietas Tobelo 1 yang ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian Nomor: 4063/Kpts/SR.120/12/2009 tanggal 28 Desember 2009. Pala Tobelo 1 berasal dari Wari Tobelo, Kabupaten Halmahera Utara. Varietas ini mempunyai bentuk daun obovat berwarna hijau. Warna kulit buah pala Tobelo 1 merah kecoklatan dengan bentuk agak lonjong, daging buah berwarna putih susu, warna batok tempurung biji hitam kecoklatan mengkilap dan warna fuli merah darah. Aroma buah dan fuli pala banda tajam khas pala. Pala Tobelo 1 mempunyai produktivitas sampai dengan 7.650 butir per pohon/tahun dengan bobot basah buah per butir adalah 79,62 ± 1,23 gram dan tebal daging 1,37 ± 0,17 cm. Kadar minyak atsiri biji tua pala Tobelo 1 mencapai 12,70%.

5. Varietas Makian

Pala Varietas Makian dilepas dengan SK Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 72/Kpts/KB.020/1/2016 tanggal 26 Januari 2016. Asal usul pala Makian dari Makian, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. Beberapa ciri dari pala varietas Makian diantaranya mempunyai bentuk daun kano berwarna hijau tua. Warna kulit buah kuning gading dengan bentuk buah bulat, warna tempurung biji hitam kecoklatan mengkilap dan warna fuli merah darah. Pala Makian mempunyai aroma fuli khas pala. Pala milik Pemerintah Daerah Provinsi Maluku Utara ini mempunyai potensi produksi 2.500 butir per pohon, potensi produksi biji basah 25 kg/pohon dengan bobot buah per butir adalah 60 – 98 gram dan tebal daging 1,0 – 1,8 cm. Rendemen minyak dalam fuli pala Makian mencapai 12,6%.

6. Varietas Fakfak

Pala Varietas Fakfak dilepas dengan SK Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 95/Kpts/KB.010/2/2017 tanggal 14 Februari 2017. Asal usul pala Fakfak dari populasi pertanaman pala di Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat. Beberapa ciri dari pala varietas Fakfak diantaranya mempunyai bentuk daun obovat – lanset dengan warna permukaan daun atas hijau dan warna permukaan daun bawah hijau keputihan. Warna kulit buah kuning kecoklatan berbintik coklat dengan bentuk buah bulat telur, warna batok biji hitam kecoklatan mengkilap dan warna fuli merah. Pala Fakfak mempunyai aroma fuli kurang tajam. Pala milik Pemerintah Daerah Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat ini mempunyai produksi buah 2.275 ± 340 butir per pohon/tahun dengan bobot buah per butir adalah mencapai 105,6 gram/butir dan tebal daging kurang lebih 1,55 cm. Kadar minyak atsiri fuli mencapai 3,27 %.

7. Varietas Nurpakuan Agribun

Pala Varietas Nurpakuan Agribun dilepas dengan SK Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 22/Kpts/KB.020/2/2019 tanggal 1 Februari 2019. Asal usul pala Nurpakuan Agribun dari seleksi populasi pala di Bogor, Jawa Barat. Pala Nurpakuan Agribun mempunyai bentuk daun obovat-lanset, warna permukaan atas daun hijau dan warna permukaan bawah daun hijau muda. Warna kulit buah tua hijau kekuningan dengan bentuk buah bulat dan bulat-oval, warna tempurung biji tua hitam kecoklatan mengkilap dan fuli segar berwarna merah. Pala Nurpakuan Agribun mempunyai aroma fuli tajam khas pala. Varietas pala milik Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor ini mempunyai produksi buah hingga 8.730 butir per pohon dalam setahun dengan bobot buah per butir adalah dari 51,42 gram 63,89 sampai gram dan tebal daging 1,05 – 2,3 cm. Mutu minyak atsiri dalam fuli tua pala Nurpakuan Agribun mencapai 12,18%.

8. Varietas Patani

Pala Varietas Patani dilepas dengan SK Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 47/Kpts/KB.030/3/2020 tanggal 31 Maret 2020. Asal tanaman pala Patani dari Kabupaten Halmahera Tengah, Maluku Utara yang merupakan tipe varietas komposit hasil penyerbukan silang alami dalam populasi M. succadanea. Pala Patani mempunyai bentuk daun Kano agak memanjang dengan ujung runcing, warna daun tua hijau tua dengan permukaan daun agak licin. Warna buah matang kuning gading dengan bentuk buah agak lonjong, warna tempurung biji hitam kecoklatan mengkilap dan fuli segar berwarna merah darah. Pala Patani mempunyai aroma fuli khas pala. Varietas pala milik Pemerintah Daerah Kabupaten Halmahera Tengah ini mempunyai produksi buah 3.000 – 5.000 butir per pohon per panen dengan bobot buah per butir rata-rata 7,3 gram dan tebal daging 1,0 – 1,7 cm. Potensi fuli kering 3,6 kg/pohon dengan rendemen minyak atsiri dalam fuli pala Patani adalah 8,5%.

9. Varietas Tiangau Agribun

Pala Varietas Tiangau Agribun dilepas dengan SK Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor: 48/Kpts/KB.010/3/2020 tanggal 31 Maret 2020. Asal varietas pala Tiangau Agribun dari hasil seleksi individu dari populasi pala lokal Anambas. Pala Tiangau Agribun mempunyai bentuk daun Lanset – obovat, permukaan atas daun berwarna hijau sedangkan permukaan bawah daun berwarna hijau keabu-abuan. Warna buah matang kuning keemasan dengan bentuk buah bulat-bulat telur terbalik (obovat), warna batok biji tua coklat kehitaman mengkilap dan fuli segar berwarna merah cerah. Pala Tiangau Agribun mempunyai aroma fuli sedang sampai kuat. Varietas pala milik Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Anambas ini mempunyai produksi buah 11.064 ± 3.138 butir per pohon per tahun dengan bobot buah per butir 64,32 ± 8,70 gram dan tebal daging 1,24 ± 0,93 cm. Kadar minyak atsiri pala Tiangau Agribun adalah 13,12 ± 3,10%.

Penggunaan benih pala dari varietas unggul yang telah dilepas dalam pengembangan tanaman pala, diharapkan dapat lebih meningkatkan produksi pala. Selain itu, dari segi penggunaannya, pala varietas unggul dapat diedarkan antar provinsi sehingga dapat memenuhi kebutuhan benih pala secara Nasional. (Dina F)


Bagikan Artikel Ini  

Uji Kompetensi Produsen Benih Kelapa Sawit Resmi Diterapkan

Diposting     Kamis, 08 Desember 2022 12:12 pm    Oleh    Dirat Perbenihan



Dengan adanya kebutuhan untuk peningkatan mutu perbenihan maka perlu diterapkan uji kompetensi untuk memastikan bahwa yang menghasilkan bibit tanaman perkebunan harus memiliki keahlian yang memadai. Sesuai dengan ketentuan di Permentan 50 Tahun 2015, untuk mendapatkan izin usaha produksi benih wajib memiliki tenaga yang berkompeten.

Pada 6 Desember 2022 yang lalu telah dilaksanakan di Kampus Politeknik Kelapa Sawit, Citra Widya Edukasi, Bekasi, Jawa Barat, kegiatan Witness atau Penyaksian Uji Kompetensi Penambahan Ruang Lingkup Lembaga Sertifikasi Perkebunan dan Hortikultura (LSP-PHI). Aktivitas tersebut mencakup pengujian perdana skema perbenihan kelapa sawit.

Direktur Utama LSP-PHI, Darmasyah Basyarudin menyebutkan bahwa kegiatan witness dan uji kompetensi yang dilakukan untuk 9 skema dan 3 diantaranya terkait perbenihan kelapa sawit yakni Skema Sertifikasi Okupasi Pelaksana Penangkaran Benih Kelapa Sawit, Skema Sertifikasi Okupasi Manajer Penangkar Benih Kelapa Sawit dan Skema Sertifikasi Okupasi Pengawas Penangkar Benih Kelapa Sawit. Setidaknya 6 pelaku usaha perbenihan kelapa sawit mengikuti kegiatan tersebut.

Kegiatan tersebut menjadi uji kompetensi spesifik komoditas pertama di lingkup Kementerian Pertanian sehingga ini menjadi langkah maju. Sementara uji kompetensi yang sudah dilaksanakan adalah untuk produsen benih secara umum.

Direktur Perbenihan Perkebunan, Saleh Mokhtar, menyebutkan bahwa kegiatan hari ini merupakan aktualisasi dari kebijakan pemerintah untuk mendorong perbaikan mutu sawit dari sisi SDM dan sistem. Adapun penyusunan skema uji kompetensi kelapa sawit dilakukan sejak 2 tahun lalu dengan target agar dapat segera diterapkan. Sehingga kegiatan witness dan uji kompentensi yang dilakukan LSP-PHI menjadi langkah implementasi nyata dari kebijakan pemerintah.

“Selain mendorong penerapan uji kompetensi, pemerintah akan mendorong penerapan ISO 9001 pada produsen benih, bahkan akan bersifat mandatori untuk komoditas tertentu. Sehingga standarisasi mutu benih diharapkan dapat terwujud melalui kegiatan ini”, jelas Saleh Mokhtar.

Terkait dengan uji kompetensi kelapa sawit, ke depan akan diakselerasi pada penyedia bibit kelapa sawit baik melalui pembiayaan pemerintah atau secara swadaya. Sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk meningkatkan mutu bibit kelapa sawit yang beredar di masyarakat. (Hendra AS)


Bagikan Artikel Ini  

Mengenal Sumber Benih Nilam di Aceh Barat Daya

Diposting     Selasa, 06 Desember 2022 08:12 am    Oleh    Dirat Perbenihan



Tanaman Nilam (Pogostemon cablin. Benth.) merupakan salah satu tanaman perkebunan unggulan penghasil minyak atsiri di Indonesia. Secara nasional berdasarkan data statistic perkebunan, luas area penanaman maupun produksi minyak nilam mengalami penurunan selama hampir satu dekade terakhir dimana di tahun 2011 luas areal penanaman Nilam mencapai 28.615 Ha dengan total produksi 2.866 ton minyak nilam, di tahun 2020 mengalami penurunan luas areal menjadi 18.273 Ha dengan produksi minyak nilam sebanyak 2.459 ton. Harga minyak nilam yang fluktuatif sampai dengan penggunaan benih yang tidak bermutu dan bersertifikat menjadi kendala menurunnya pengembangan nilam oleh petani dan produksi minyak nilam nasional.

Upaya dalam meningkatkan kualitas benih perkebunan terutama komoditi Nilam terus dilakukan selain peningkatan pengawasan peredaran benih nilam hal lainnya yaitu dengan mendorong penetapan Kebun Sumber Benih (KSB) baru terutama dari varietas unggul yang telah dilepas.
Pada tanggal 10 Oktober 2022 satu lagi KSB Nilam varietas unggul Lhokseumawe resmi ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 66/Kpts/KB.020/10/2022. KSB Nilam yang berlokasi di Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh ditetapkan setelah sebelumnya dilakukan pemeriksaan calon KSB oleh tim penilaian dan penetapan KSB yang terdiri dari unsur Pemulia, Pengawas Benih Tanaman, dan Petugas Teknis Perkebunan Provinsi Aceh dan Kabupaten Aceh Barat Daya. Dengan ditetapkannya KSB Nilam varietas Lhokseumawe tersebut maka menjadi KSB Nilam ketiga dengan varietas sama yang ditetapkan selain di Aceh Utara pada tahun 2020 dan Aceh Selatan pada tahun 2021.

KSB Nilam Lhokseumawe di Kabupaten Aceh Barat Daya termasuk salah satu andalan karena memiliki potensi produksi benih yang tinggi dimana dari luas kebun 0,5 Ha berpotensi menghasilkan benih sebanyak 515.886 setek sekali panen. Potensi tersebut lebih tinggi dibanding pendahulunya KSB Nilam Lhokseumawe di Aceh Utara dimana lahan seluas 1 Ha berpotensi menghasilkan 640.000 setek atau jika dikonversi ke 0,5 Ha hanya berpotensi menghasilkan 320.000 setek sekali panen. Selain itu secara visual memiliki pertumbuhan tanaman yang jagur dan seragam serta tidak ada serangan hama dan penyakit sehingga sangat berpotensi menghasilkan benih nilam dengan kualitas yang baik.

Untuk menjaga kuantitas dan kualitas benih yang dihasilkan dari KSB Nilam tersebut masih dibutuhkan pendampingan secara intensif kepada pemilik kebun dan evaluasi secara berkala dari UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Aceh dan/atau Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan sebagai wilayah kerjanya (Dwi YA).

Sumber pustaka

  1. Direktorat Jenderal Perkebunan, 2021, Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022, www.ditjenbun.pertanian.go.id, Jakarta;
  2. Kementrian Pertanian, 2022, Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 66/Kpts/KB.020/0/2022 tentang Penetapan Kebun Sumber Benih Nilam Varietas Lhokseumawe di Kabupaten Aceh Barat Daya Provinsi Aceh, Jakarta

Bagikan Artikel Ini