KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Produksi Benih Kelapa Hibrida Secara Alami dan Buatan

Diposting     Jumat, 16 Desember 2022 11:12 am    Oleh    Dirat Perbenihan



Kelapa merupakan tanaman socio tropical crops (semua bagian tanaman dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat) dan tree of life (menjadi sumber kehidupan bagi manusia).  Salah satu kelapa yang saat ini diminati adalah kelapa hibrida. Kelapa hibrida merupakan persilangan antara dua tipe kelapa yang berbeda secara genotipe atau antarvarietas/kultivar kelapa berbeda secara genetis dari tipe kelapa yang sama (Novarianto, 2021). Tujuan perakitan kelapa hibrida adalah untuk mendapatkan kelapa yang cepat berbuah, berproduksi tinggi, tahan terhadap hama penyakit tertentu, spesifik lokasi, dan sesuai dengan kebutuhan konsumen (pabrikan).

Kelebihan kelapa hibrida adalah:

  • Berbuah cepat (berbunga lebih awal)
  • Potensi berbuah lebih tinggi dari kelapa dalam
  • Ketinggian pohon sedang (lebih pendek dari kelapa dalam)
  • Daging buah tebal dan kandungan minyak tinggi

Saat ini luas kelapa hibrida di Indonesia mencapai 91.974 ha dengan produksi 93.914 ton, yang didominasi oleh perkebunan rakyat (87 %). Hampir di setiap daerah di Indonesia terdapat kelapa hibrida, dengan provinsi terluas areal kelapa hibridanya adalah Provinsi Riau (Ditjenbun 2021).

Untuk menghasilkan benih Kelapa Hibrida dapat diperoleh melalui dua cara, yaitu:

  1. Hibridisasi alamiah (natural pollination)

Pada hibridisasi alamiah, buah kelapa hibrida yang diperoleh karena terjadinya penyerbukan silang secara alami tanpa bantuan manusia. Cara ini dilaksanakan dengan membangun kebun – kebun  induk penghasil kelapa hibrida. Pola penanaman kelapa hibrida dapat ditanam dengan tiga macam pola tanam (Kepmentan, 2022), yaitu:

  • Pola tanam I dengan penanaman menggunakan blok terpisah, tetapi berdampingan antara blok kelapa genjah dengan blok kelapa dalam. Untuk mengurangi kontaminasi polen kelapa dari luar kebun, di sekeliling kebun induk kelapa dapat ditanam pohon bambu yang agak rapat, sekaligus berfungsi sebagai pagar hidup untuk gangguan dari luar terhadap kebun induk.
  • Pola tanam II ditanam kelapa genjah di bagian tengah dan di sekelilingnya ditanam kelapa dalam.
  • Pola tanam III adalah pola tanam campuran, yaitu penanaman 4 baris Kelapa Genjah sebagai tetua betina, diselingi dengan 1 baris Kelapa Dalam sebagai tetua jantan (sesuai dengan jenis hibrida yang akan dihasilkan).

Bunga jantan pada pohon induk diemaskulasi untuk mencegah penyerbukan silang yang liar, kemudian penyerbukan yang terjadi dibiarkan secara alami, dimana putik yang terdapat pada pohon induk diserbuki dengan tepung sari dari salah satu pohon bapak. Hasil akhirnya nanti, pada pohon induk akan diperoleh buah yang kemudian dapat ditanam sebagai benih kelapa hibrida.

  1. Hibridisasi buatan (artificial pollination)

Pada hibridisasi buatan, buah Kelapa Hibrida diperoleh karena sengaja dilakukan penyerbukan silang oleh manusia. Dibutuhkan teknis pemrosesan polen dari tetua kelapa jantan, yang dilakukan dengan baik agar diperoleh polen dengan viabilitas minimal di atas 40 %. Selain itu polen disimpan dalam lemari pendingin agar mutu tetap terjamin sampai tiba saatnya hibridisasi dilaksanakan. Proses hibridisasi buatan dilakukan dengan:

  • Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk melakukan emaskulasi dan polinasi berupa pisau emaskulasi, gunting stek, alat persilangan, kerodong, tangga, plastik kemasan,  termos es, freezer,  kuas ukuran sedang,  kuas lukis, kertas sampul, talkum dan polen.
  • Dilakukan emaskulasi pada pohon tetua betinanya. Pohon – pohon ini diberi pelabelan/penomeran. Kemudian diaamati tandan yang sudah siap diemaskulasi (terlihat seludang baru pecah dan jumlah bunga betina minimal 6).
  • Pembersihan bunga betina yang akan diemaskulasi (dengan membuang seludang bunga dan kotoran di sekitar tandan, bagian pangkal tandan dibersihkan untuk pemasangan kerodong).
  • Selanjutnya dilakukan pemotongan bunga jantan (spikelet jantan dipotong/digunting menyisakan sekitar 4 cm dari bunga betina).
  • Pemipilan bunga jantan yang tersisa.
  • Pemasangan kerodong dan pelabelan tanda emaskulasi.
  • Kegiatan Pollinasi dilakukan setelah ada tanda bunga betina reseptif (rata – rata 4 – 10 hari setelah emaskulasi), yang ditandai dengan bunga betina telah membuka dan berlendir.
  • Pencampuran polen dan talk.
  • Penyemprotkan polen ke bunga betina yang sudah reseptif.
  • Buah yang diperoleh dari hasil hibridisasi ini digunakan sebagai benih kelapa hibrida. (Yoviana EA)

Daftar Pustaka:

Ditjenbun, 2021. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020 – 2022. Jakarta : Ditjenbun Kementan.

Menteri Pertanian RI. 2022. Keptusan Menteri Pertanian RI Nomor 57/Kpts/KB.020/07/2022 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran, dan Pengawasan Benih Tanaman Kelapa.

Novarianto, H. 2021. Pembangunan Perkebunan Kelapa Hibrida Berkelanjutan. Yogyakarta : Lily Publisher.

Tenda, E. 2004. Perakitan Kelapa Hibrida Intervarietas dan Pengembangannya di Indonesia.  Perspektif– Volume 3 Nomor 2, Desember 2004 : 35 – 45.


Bagikan Artikel Ini