KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Gerakan Pengendalian Ulat Api pada Tanaman Kelapa Sawit di Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat

Diposting     Kamis, 02 November 2023 09:11 am    Oleh    perlindungan



Provinsi Sulawesi Barat merupakan penghasil kelapa sawit terbesar di wilayah Indonesia Bagian Timur, Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Barat mencatat di tahun 2021 produksi kelapa sawitnya mencapai 242.733 ton. Terdapat tiga kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat penghasil kelapa sawit yaitu Kabupaten Pasangkayu, Mamuju Tengah dan Mamuju. Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu program strategis ekonomi pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Penyebaran perkebunan kelapa sawit rakyat ditemukan di semua kecamatan di Mamuju Tengah. Kelapa sawit menjadi primadona warga masyarakat, mereka menilai budidaya perkebunan sawit lebih mudah dan memberikan keuntungan yang lebih besar, sehingga sebagian warga kabupaten Mamuju Tengah mengganti tanaman pohon kakao dan tanaman pertanian lainnya menjadi tanaman kelapa sawit.

Populasi Ulat Api di Kabupaten Mamuju Tengah

Serangan hama ulat api pada tanaman kelapa sawit di Kabupaten Mamuju Tengah, telah dilaporkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat pada tanggal 11 September 2023 ke Direktorat Jenderal Perkebunan. Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Mamuju Tengah mencatat sebanyak 334 hektar lahan perkebunan sawit di wilayah Kabupaten Mamuju Tengah diserang hama ulat api. Serangan ulat api tersebar di Kecamatan Pangale, Budong-Budong dan Topoyo. Direktorat Perlindungan Perkebunan, pada tanggal 13 September 2023 bersama-sama stakeholder melakukan ground check ke lokasi serangan ulat api di beberapa desa yang ada di Kabupaten Mamuju Tengah. Ground check lokasi pertama di lokasi Desa Tinali, Kecamatan Budong-Budong, kondisi serangan berada pada fase kepompong dan sebagian besar sudah menjadi imago (ngengat). Intensitas serangan berat diperlihatkan dengan gejala dan populasi imago serta populasi larva lebih dari 50 larva/pelepah. Ground check lokasi kedua di Desa Kabubu, Kecamatan Topoyo, kondisi serangan berada pada fase kepompong. Ground check lokasi ketiga di Kecamatan Pangale, untuk kondisi serangan berada pada fase larva. Larva ditemukan populasinya lebih dari 100 larva/pelepah dan berbagai instar. Berdasarkan hasil pengamatan lapangan baik di Desa Tinali, Desa Kabubu dan Desa Pangale, ciri-ciri morfologi ulat api yang ditemukan di lapang yaitu larva pada instar awal berwarna kehijauan, selanjutnya terdapat garis hitam di punggung dan titik-titik putih serta dilengkapi dengan bulu-bulu di sekitar tubuh dan seragam, warna putih dengan garis/jalur hitam lebih dominan pada instar akhir. Kokon agak bulat, berwarna cokelat muda, kepompong melekat di bagian bawah daun, disepanjang tulang daun atau di pangkal pelepah. Ngengat berwarna perak kekuningan pucat dengan sayap belakang berwarna kelabu gelap. Berdasarkaan morfologi tersebut diduga jenis Darna catenatus. Menurut Simanjuntak et al (2011), jenis ulat api Darna catenatus banyak dijumpai di Sulawesi dengan ciri-ciri yaitu larva instar awal berwarna kehijauan, pada proses instar selanjutnya bagian tengah larva mengecil dengan Panjang 14-15 mm, lebarnya 5-7 mm. Kepompong agak bulat, berwarna cokelat muda, berukuran 7 x 5 mm, melekat di bagian bawah daun dan disepanjang tulang daun.

Gambar 1. Larva ulat api Darna capptenatus
Gambar 2. Kepompong ulat api Darna capptenatus
Gambar 3. Imago (ngengat) ulat api Darna capptenatus

Gerakan Pengendalian Ulat Api

Direktorat Perlindungan Perkebunan bersama-sama stakeholder telah melakukan suatu aksi nyata berupa gerakan pengendalian ulat api diantaranya:

  1. Melakukan edukasi ke pekebun dan masyarakat mengenai gejala, serangan dan siklus hidup hama serta rekomendasi pengendalian atau penanganan yang tepat.
  2. Melakukan aksi pengendalian ulat api bersama RPO (regu pengendali OPT) yang telah dibentuk oleh Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat dengan cara pengasapan insektisida dengan alat fogging yang dilakukan pada malam hari untuk target larva dan imago (ngengat)
  3. Upaya yang sudah dilakukan pekebun secara swadaya dengan pendampingan dari PPL Kecamatan Budong-Budong yaitu pengendalian ulat api dengan menggunakan perangkap lampu (light trap) dan yellow trap untuk target imago (ngengat).
  4. Mencari dan mengumpulkan kepompong ulat api yang selanjutnya dimusnahkan dengan cara dibakar.
Gambar 4. Pengasapan insektisida dengan alat fogging
Gambar 5. Perangkap lampu (light trap) dan yellow trap

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2014 pada pasal 33 tentang perkebunan dijelaskan yaitu pelaksanaan pelindungan tanaman perkebunan menjadi tangggung jawab Pelaku Usaha Perkebunan, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat. Berdasarkan amanat pasal tersebut, Direktorat Perlindungan Perkebunan telah melakukan koordinasi dengan perusahan kelapa sawit di daerah sekitar Kabupaten Mamuju Tengah salah satunya dengan PT. Surya Raya Lestari untuk mendapatkan dukungan peralatan serta tenaga teknis dalam melaksanakan pengendalian ulat api wilayah binaan.

Gambar 6. Ground check serangan ulat api

Dampak Serangan Ulat Api

Tahun 2023 beberapa daerah di Indonesia terkena dampak akibat fenomena iklim El nino. El Nino masih menjadi tantangan besar bagi produksi pertanian maupun perkebunan karena berdampak signifikan terhadap persebaran berbagai penyakit dan hama, yang dapat merusak tanaman dan mengurangi hasil panen, serta kesejahteraan pekebun. Dampak dari El Nino berupa cuaca ekstrem menyebabkan kekeringan dan munculnya berbagai serangan hama pada kebun tanaman perkebunan. Hal ini terlihat dari munculnya hama ulat api pada tanaman kelapa sawit di Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. Dampak kerugian yang ditimbulkan akibat serangan ulat api yaitu terganggunya fotosintesis dan terjadinya defoliasi yang mengakibatkan turunnya produksi Tandan Buah Segar (TBS). Berdasarkan analisa taksasi kehilangan hasil yang dilakukan oleh Ditjenbun (2021), serangan ulat api bisa menurunkan 12% hingga 30% produksi tanaman kelapa sawit baik pada fase TBM maupun TM. Selain menurunnya produksi akibat serangan ulat api, biaya yang membengkak untuk mencegah gagal produksi juga menjadi kerugian dari serangan hama ini (Efendi, Febriani and Yusniwati, 2020).

Beberapa langkah yang dapat dilakukan sebagai strategi gerakan pengelolaan hama ulat api antara lain melalui kegiatan monitoring, konservasi musuh alami sebagai tindakan preventif ledakan hama, serta aplikasi insektisida sistemik untuk menurunkan populasi hama di bawah ambang ekonomi secara cepat.

Penulis: Dedy Aminata, Ratri Wibawanti dan Bibit Bakoh

Daftar Pustaka

CABI CPC (2015). Datasheet on Darna catenatus. URL: www.cabi.org/cpc/

Ditjenbun. 2021. Prediksi luas serangan berat dan kerugian hasil akibat hama ulat api pada triwulan II tahun 2021 pada tanaman kelapa sawit. Kementerian Pertanian.

Efendi S, Febriani F, Yusniwati Y. 2020 Inventarisasi hama kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) pada daerah endemik serangan di Kabupaten Dharmasraya. Agrifor. 19(1): 1. DOI: 10.31293/af.v19i1.4476.

Simanjuntak D, Sudharto, A. Sipayung, R. Desmier de Chenon, A.E. Prasetyo, Agus S. 2011. Ulat Api Darna trima Moore. Informasi Organisme Pengganggu Tanaman. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan


Bagikan Artikel Ini  

Uji Kompetensi Produsen Benih Kelapa Sawit Resmi Diterapkan

Diposting     Kamis, 08 Desember 2022 12:12 pm    Oleh    Dirat Perbenihan



Dengan adanya kebutuhan untuk peningkatan mutu perbenihan maka perlu diterapkan uji kompetensi untuk memastikan bahwa yang menghasilkan bibit tanaman perkebunan harus memiliki keahlian yang memadai. Sesuai dengan ketentuan di Permentan 50 Tahun 2015, untuk mendapatkan izin usaha produksi benih wajib memiliki tenaga yang berkompeten.

Pada 6 Desember 2022 yang lalu telah dilaksanakan di Kampus Politeknik Kelapa Sawit, Citra Widya Edukasi, Bekasi, Jawa Barat, kegiatan Witness atau Penyaksian Uji Kompetensi Penambahan Ruang Lingkup Lembaga Sertifikasi Perkebunan dan Hortikultura (LSP-PHI). Aktivitas tersebut mencakup pengujian perdana skema perbenihan kelapa sawit.

Direktur Utama LSP-PHI, Darmasyah Basyarudin menyebutkan bahwa kegiatan witness dan uji kompetensi yang dilakukan untuk 9 skema dan 3 diantaranya terkait perbenihan kelapa sawit yakni Skema Sertifikasi Okupasi Pelaksana Penangkaran Benih Kelapa Sawit, Skema Sertifikasi Okupasi Manajer Penangkar Benih Kelapa Sawit dan Skema Sertifikasi Okupasi Pengawas Penangkar Benih Kelapa Sawit. Setidaknya 6 pelaku usaha perbenihan kelapa sawit mengikuti kegiatan tersebut.

Kegiatan tersebut menjadi uji kompetensi spesifik komoditas pertama di lingkup Kementerian Pertanian sehingga ini menjadi langkah maju. Sementara uji kompetensi yang sudah dilaksanakan adalah untuk produsen benih secara umum.

Direktur Perbenihan Perkebunan, Saleh Mokhtar, menyebutkan bahwa kegiatan hari ini merupakan aktualisasi dari kebijakan pemerintah untuk mendorong perbaikan mutu sawit dari sisi SDM dan sistem. Adapun penyusunan skema uji kompetensi kelapa sawit dilakukan sejak 2 tahun lalu dengan target agar dapat segera diterapkan. Sehingga kegiatan witness dan uji kompentensi yang dilakukan LSP-PHI menjadi langkah implementasi nyata dari kebijakan pemerintah.

“Selain mendorong penerapan uji kompetensi, pemerintah akan mendorong penerapan ISO 9001 pada produsen benih, bahkan akan bersifat mandatori untuk komoditas tertentu. Sehingga standarisasi mutu benih diharapkan dapat terwujud melalui kegiatan ini”, jelas Saleh Mokhtar.

Terkait dengan uji kompetensi kelapa sawit, ke depan akan diakselerasi pada penyedia bibit kelapa sawit baik melalui pembiayaan pemerintah atau secara swadaya. Sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk meningkatkan mutu bibit kelapa sawit yang beredar di masyarakat. (Hendra AS)


Bagikan Artikel Ini  

Potensi Predasi Eucanthecona furcellata sebagai Pengendali Hayati UPDKS di Perkebunan Kelapa Sawit

Diposting     Kamis, 18 Agustus 2022 02:08 pm    Oleh    perlindungan



Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperan penting dalam peningkatan perekonomian Indonesia karena permintaan pasar dunia yang semakin tinggi. Saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-1 sebagai produsen kelapa sawit dunia dengan luas areal pada tahun 2019 mencapai 14.456.611 ha. Sebagian besar kelapa sawit di Indonesia diusahakan oleh perusahaan besar swasta (PBS) yaitu sebesar 54,94 % atau seluas 7.942.335 ha dan perusahaan besar negara (PBN) sebesar 4,27 % atau 617.501 ha. Perkebunan rakyat (PR) menempati posisi ke-2 dalam kontribusinya terhadap total luas areal perkebunan kelapa sawit Indonesia yaitu seluas 5.896.755 ha atau 40,79 %. Perkebunan kelapa sawit tersebar di 26 provinsi di Indonesia dimana Pulau Sumatera memiliki luas lahan perkebunan kelapa sawit terbesar hingga mencapai 7.944.520 ha disusul oleh Pulau Kalimantan dengan luasan sebesar 5.820.406 ha.

Ekspor minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan produk turunannya sepanjang tahun 2019 mencapai 36,17 juta ton disusul dengan negara-negara Timur Tengah, seperti: India dan Pakistan. Nilai ekspor kelapa sawit Indonesia dalam wujud CPO dan turunannya cenderung fluktuatif dari tahun ke tahun selama tahun 2010-2019 dengan laju penurunan rata-rata sebesar 1,57% per tahun. Rata-rata harga CPO sepanjang tahun 2019 sebesar Rp 6.500 per kg. Hal ini dikarenakan banyak hambatan dalam budidaya kelapa sawit, yaitu serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), salah satunya adalah hama. Serangan hama menyebabkan kerusakan pada tanaman hingga berdampak pada penurunan produksi kelapa sawit. Serangan ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS), seperti: ulat api Setothosea asigna Eecke dan ulat kantung Mahasena corbetti Tams menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan (Cendramadi, 2011). Serangan ulat api S. asigna dan ulat kantung M. corbetti tersebut menurunkan produksi sebesar 69 % pada tahun pertama dan bertambah hingga 96 % setelah tahun kedua (Simanjuntak et al., 2011). Serangan hama kelapa sawit dimulai dari pembenihan hingga tanaman menghasilkan dan pada serangan lebih lanjut menyebabkan kematian tanaman (Corley dan Tinker, 2003).

Gambar 1. (a) Ulat api S. asigna dan (b) ulat kantung M. corbetti

Teknik pengendalian yang umum dilakukan dalam mengatasi permasalahan tersebut dengan menggunakan insektisida kimia sintetik. Namun biaya untuk pengendalian ulat api S. asigna dan ulat kantung M. corbetti dapat mencapai Rp 20,67 juta per ha. Selain secara ekonomi berbiaya tinggi, pemanfaatan pestisida dapat menurunkan daya saing produk olahan kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh semakin meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan, selain itu dari aspek ekologi, pestisida menimbulkan efek samping yang merugikan, antara lain: resurgensi, resistensi organisme bukan sasaran dan pencemaran terhadap lingkungan (Perangin-angin, 2009). Berkaitan dengan hal tersebut, maka diperlukan teknik pengendalian hayati yang ramah lingkungan dan berkesinambungan, salah satunya dengan memaksimalkan peran predator atau pemangsa (Kiswanto et al., 2008). Predator tersebut dapat mengurangi populasi hama yang menyerang tanaman kelapa sawit. Pada perkebunan kelapa sawit keberadaan predator sangat rendah, salah satunya akibat terbunuh oleh pestisida kimiawi.

Salah satu predator hama ulat api S. asigna dan ulat kantung Mahasena corbetti adalah kepik predator Eucanthecona furcellata Wolff. dari famili Limacodidae (Susanto, 2012). Kepik Eucanthecona furcellata merupakan predator yang baik untuk dikembangkan menjadi sarana pengendalian hayati terhadap UPDKS khususnya ulat api S. nitens dan ulat kantung M. corbetti. Kemampuan Eucanthecona furcellata dalam memangsa ulat api di lapangan dengan siklus hidupnya yang pendek dan kemampuan reproduksi yang tinggi membuat predator Eucanthecona furcellata sangat potensial untuk diaplikasikan dalam pengendalian hama ulat api. Eucanthecona furcellata memangsa ulat api S. nitens dan ulat kantung M. corbetti dengan cara menusuk dan menghisap cairan ulat api. Pelepasan imago Eucanthecona furcellata di lapangan sebanyak 3-4 ekor per tanaman kelapa sawit dalam keadaan padat populasi ulat api S. asigna, yaitu 3-6 ekor per pelepah akan menjaga populasi hama berada di bawah ambang populasi ekonomi (Sipayung dkk., 1991).

Gambar 2. E. furcellata memangsa ulat api

Biologi Eucanthecona furcellata

Eucanthecona furcellata merupakan predator yang baik untuk dikembangkan menjadi sarana pengendalian hayati ulat perusak daun kelapa sawit khususnya ulat api. Hal ini mengingat siklus hidup Eucanthecona furcellata yang pendek, kemampuan berbiaknya tinggi, lama hidup imago yang Panjang (sekitar 2 bulan) serta kemampuan meletakkan telur pada helaian daun kelapa sawit, sehingga memungkinkan baik nimfa maupun imagonya hidup pada tajuk daun kelapa sawit dan aktif memangsa ulat api (Desmeis de Chenon, 1989; Sipayung dkk., 1991).

Fase Telur

Eucanthecona furcellata meletakkan telur dalam kelompok sebanyak 9 – 74 butir telur dan jumlah telur per kelompok berbeda tergantung kepada spesiesnya. Eucanthecona furcellata merupakan spesies yang paling tinggi kemampuan reproduksinya. Betina bertelur rata-rata 2-4 kali dalam waktu 23 hari. Bagian samping telur berwarna hitam dengan bagian atasnya lebih bersih dan bercahaya, kecuali pada bagian tengahnya. Ukuran tinggi telur 1,02 mm dan lebar 0,88 mm (Sipayung dkk., 1991).

Gambar 3. Telur E. furcellata

Fase Nimfa

Nimfa Eucanthecona furcellata berwarna hitam pada bagian kepala dan kaki, abdomen jingga sampai kemerahan dengan garis putus-putus pada tepi dan tengah dari abdomennya. Dari stadia nimfa hingga dewasa mengalami 5 kali pergantian kulit. Perkembangan Eucanthecona furcellata dengan menggunakan ulat api S. nitens sebagai mangsa memerlukan waktu sekitar 4 minggu dari telur sampai imago dan jika diberi makan dengan S. asigna maka siklus hidup berkisar antara 44 – 76 hari (Desmier de Chenon, 1989). Nimfa instar satu yang baru menetas belum mau makan, nimfa instar dua mulai memakan hama ulat api pada daun kelapa sawit begitu juga instar tiga, empat, lima sampai imago (Sipayung dkk., 1991).

Gambar 4. Nimfa E. furcellata

Fase Imago

Imago Eucanthecona furcellata memiliki tiga pasang tungkai, tungkai berwarna hitam coklat, dan terdapat warna putih pada ruas femur. Warna tubuh didominasi coklat tua. Pada bagian dorsal terdapat totol berwarna putih yang membentuk pola segitiga. Bentuk tubuh pipih membulat, bagian bawah tubuh berwarna coklat muda dan terdapat garis memanjang bagian anterior dan posterior. Imago Eucanthecona furcellata jantan memiliki panjang 11,30 mm dan lebar 5,36 mm. Sedangkan imago betina sedikit lebih besar dengan panjang 14,65 mm dan lebar 6,86 mm.

Gambar 5. Imago E. furcellata

Dalam upaya mengendalikan UPDKS perlu dilakukan pembiakan secara massal Eucanthecona furcellata dengan mudah, dalam jumlah besar, dalam waktu cepat dan murah biayanya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbanyak Eucanthecona furcellata dalam insektarium, yaitu kotak dari kasa yang di dalamnya diletakkan bibit kelapa sawit yang kemudian dilepaskan satu pasang atau beberapa pasang Eucanthecona furcellata. Setiap hari Eucathecona furcellata diberi makan berupa ulat api yang hidup bahkan yang sudah mati. Sipaung (1990) mengungkapkan 14 ekor ulat S. asigna stadia 6-7 cukup untuk 100 ekor nimfa Eucanthecona furcellata per hari.

Gambar 6. (a) Insektarium dan (b) Antigonon leptopus

Dalam pelepasan predator Eucanthecona furcellata di lapangan lebih baik melepaskan nimfa instar terakhir dan imago. Nimfa dan imago tersebut dapat lebih lama tinggal pada tanaman kelapa sawit. Pelepasan predator lebih efektif ketika populasi larva UPDKS rendah (Desmier de Chenon et al., 1990). Pelepasan sejumlah besar predator secara periodik merupakan salah satu teknik pemanfaatan predator untuk mengendalikan UPDKS. Dalam jangka pendek, tindakan ini diharapkan akan dapat menekan populasi hama sasaran secara langsung. Sedangkan dalam jangka panjang, diharapkan dapat menggeser keseimbangan alami ke arah yang lebih menguntungkan sehingga ledakan populasi hama berikutnya dapat dicegah (Prawirosukarto dkk., 1991). Selain itu, untuk memperbanyak dan mempertahankan populasi predator di perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan insektisida kimia maupun herbisida dalam mengendalikan gulma sebagai sumber makanan bagi imago parasitoid. Media hidup dan tempat berlindung bagi predator Eucanthecona furcellata yaitu tanaman Antigonon leptopus atau yang biasa dikenal dengan bunga air mata pengantin.

Selain itu, untuk memperbanyak dan mempertahankan populasi predator di perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan insektisida kimia maupun herbisida dalam mengendalikan gulma sebagai sumber makanan bagi imago parasitoid. Media hidup dan tempat berlindung bagi predator Eucanthecona furcellata yaitu tanaman Antigonon leptopus atau yang biasa dikenal dengan bunga air mata pengantin.

Penulis: Yuni Astuti dan Ratri Wibawanti

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Predator Ulat Api “Ëucanthecona furcellata”. Dikutip dari: https://membangunperkebunankelapasawit.blogspot.com/2018/05/predator-ulat-api-eocanthecona.html, diakses pada tanggal 9 Agustus 2022.

Diratika M, Yaherwandi dan Siska E. 2020. Kelimpahan Kepik Predator (Hemiptera: Reduviidae) Ulat Api pada Perkebunan Kelapa Sawit Rakyat. Universitas Andalas. Padang. Dikutip dari Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 20 (1): 1-10 (https://www.jurnal.polinela.ac.id/JPPT), diakses pada tanggal 2 Agustus 2022.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2013. Arti Penting OPT dalam Produksi Kelapa Sawit di Indonesia. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Kelompok Peneliti Proteksi Tanaman. 2020. Kunci Sukses Pengendalian Hama UPDKS di Perkebunan Kelapa Sawit. PPKS. Medan. Bahan Tayang disampaikan pada webinar tanggal 25 September 2020. Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019 – 2021. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.


Bagikan Artikel Ini  

Predator Pemangsa Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit

Diposting     Senin, 18 Juli 2022 01:07 pm    Oleh    perlindungan



Gambar 1. Sycanus sp. mempredasi ulat api
Sumber: Pratama, 2021

Predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Predator sering kali memiliki mangsa yang sama saat fase pradewasa dan dewasa. Namun, terdapat beberapa jenis predator yang fase pradewasa dan dewasanya membutuhkan mangsa yang berlainan. Beberapa predator dapat bersifat kanibal, terutama bila terjadi kekurangan makanan. Pada saat keadaan makanan terbatas, individu yang lemah akan dimangsa oleh individu yang kuat. Salah satu contohnya, imago Coccinellidae akan memakan telurnya sendiri yang baru diletakkan bila mangsanya yang berupa kutu-kutu tanaman tidak ditemukan (Borror et al., 1996).

Predator memiliki peranan penting dalam menekan populasi serangga hama karena dapat meningkatkan mortalitas hama. Kelimpahan serangga predator berkaitan dengan kelimpahan mangsa di lapangan, pengaruh hujan, dan pengaruh feromon dari serangga mangsa. Selain itu, vegetasi tanaman yang berada di sekitar lahan pertanaman juga memengaruhi kelimpahan serangga predator di lapangan (Idris et al., 2001). Kelimpahan serangga yang berperan sebagai predator pada perkebunan kelapa sawit didominasi dari ordo Hymenoptera, Hemiptera, dan Diptera (Hindarto, 2015).

Salah satu predator yang banyak ditemukan di perkebunan kelapa sawit di Indonesia yaitu Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae). Menurut Kalshoven (1981), Sycanus sp. merupakan predator yang mampu menekan populasi ulat api/Setothosea sp. dan juga ulat bulu Darna sp.  Sycanus sp. aktif memangsa larva ulat pemakan daun kelapa sawit, hal ini menjadikan Sycanus sp. berperan sebagai predator penting yang menjaga ekosistem. Menurut Sastrosayono (2008), Sycanus sp. mampu membunuh ulat api dan memangsa hampir semua larva lepidoptera yang ada di perkebunan kelapa sawit.

Berdasarkan penelitian Fitriani (2009), pelepasan imago Sycanus sp. di lapangan sebanyak 3-4 ekor perpohon pada kondisi populasi ulat yang masih sedang (5-8 ekor per pelepah), dapat menjaga populasi hama berada di bawah ambang ekonomi. Sycanus sp. memiliki kemampuan tinggi dalam mencari dan menemukan mangsanya terutama saat populasi mangsa rendah, mempunyai keperidian yang tinggi, lama hidup imago yang panjang (±2 bulan), memiliki kemampuan untuk menempati seluruh relung mangsa, dan rostrum yang panjang memudahkan Sycanus sp. untuk menyerang berbagai larva dibandingkan dengan serangga predator yang lain, membuat predator ini sangat potensial untuk diaplikasikan dalam pengendalian hama ulat api (Zulkefli et al., 2004).

Gambar 2. Imago Sycanus sp.
Sumber: Rustam, et al., 2021

Sycanus sp. meletakkan telur pada helaian daun kelapa sawit, sehingga memungkinkan predator ini hidup pada tajuk kelapa sawit dan aktif memangsa ulat api (Abdul et al., 2016). Selain itu, Sycanus sp. mudah dikembangkan di laboratorium, mempunyai siklus hidup relatif panjang, serta berperan sebagai predator di semua stadia perkembangan mulai dari fase pradewasa sampai dewasa (Cahyadi, 2004). Implementasi pengendalian dengan memanfaatkan Sycanus sp. di tanaman inang lainnya menunjukkan daya predasi atau pemangsaan yang cukup baik.

Penulis : Aidha Utami , Yani Maryani dan Eva Lizarmi

Referensi:

Abdul, S., Wahyu, D.N., Hersanti, Sudarjat,, dan  Entun,  S.  2016. Biologi    dan    Perilaku Kawin Sycanus annulicornis Dohrn (Hemiptera: Reduvidae) yang diberi Pakan Tenebrio molitor L. (Coleoptera:  Tenebrionidae). Proceeding  Biology  Education Conference  (ISSN:2528-5742), Vol 13 (1) : 587-592.

Borror, D.J., Triplehorn, C.A., Johnson, N.F.1996. Pengenalan Pelajaran Serangga Ed. Ke-6. Partosoedjono, S, penerjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Cahyadi, A.T. 2004. Biologi Sycanus annulicornis (Hemiptera: Reduviidae) pada tiga jenis mangga [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fitriani, S. 2009. Tingkat  keefektifan Sycanus annulicornis Dohrn [Hemiptera:  Reduviidae)  untuk mengendalikan Crocidolomia pavonana Zeller [Lepidoptera: Pyralidae]  pada  tanaman  kubis  [Brassicea Linn].

Hindarto, A. 2015. Keanekaragaman serangga pada perkebunan kelapa sawit pada umur tanaman yang berbeda di unit Kebun Rambutan PTPN III [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Idris, A.B., Roff, M.N., Fatimah, S.G. 2001. Effects of chili plant architecture on the population abundance of Aphis gossypii Glover, its coccinellid predator and relationship with virus disease incidence on chili (Capsicum annum). Pakistan J. Bioloical Science, 4 (11): 1356 -1360.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests Crops in Indonesia. Laan PA van der, penerjemah. Jakarta(ID): Ichtiar Baru-van Hoeve.

Pratama, Y. 2021. Pengendalian Hama Pemakan Daun (Setothosea asigna) dengan menggunakan predator (Sycanus annulicornis) pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Medan (ID): Faperta, UMSU. [Skripsi].

Rustam, R., Salbiah, D., dan Polontar. 2021. Biologi Sycanus spp. Pemangsa ulat api (Setora nitens Walker) local Riau menggunakan mangsa larva Helicoverpa armigera Hubner di laboratorium. Riau (ID): Faperta, Univ. Riau.

Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka. Zulkefli, M., Norman, K., Basri, M.W. 2004. Life cycle of Sycanus dichotomus (Hemiptera: Reduviidae) a common predator of bagworm in oil palm. Journal of Oil Palm Research. 16(2): 50-56.


Bagikan Artikel Ini  

Kementan Cari Solusi Atasi Harga TBS agar Normal Kembali

Diposting     Kamis, 14 Juli 2022 11:07 am    Oleh    ditjenbun



Jakarta (14/07) – Harga Tandan Buah Segar (TBS) masih bergejolak hingga kini. Pemerintah terus cari solusi mengatasi harga TBS yang kian rendah. 

Andi Nur Alam Syah, Direktur Jenderal Perkebunan, menerima kunjungan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) ke Direktorat Jenderal Perkebunan dalam rangka pembahasan harga Tandan Buah Segar (TBS) dan CPO. “Tentunya pemerintah menerima semua masukan dari berbagai pihak dan terus melakukan upaya yang tepat bagi pelaku usaha perkebunan baik itu petani maupun perusahaan perkebunan. Diharapkan agar segera ada tindak lanjut dan progres serta solusi positif untuk menyelesaikan dan mengatasi masalah harga TBS,” katanya.

Pemerintah harus berperan aktif, memastikan supaya Kementerian/lembaga/dinas/Pabrik Kelapa Sawit (PKS)/Pekebun dan pihak terkait lainnya, dapat memberikan kontribusi yang baik dan berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, tugas dan fungsi dijalankan dengan pertanggungjawaban yang jelas.

Andi Nur menambahkan, Perlunya koordinasi dengan Kementerian/Lembaga/Asosiasi terkait, dalam membuat atau menyusun kebijakan tindaklanjut agar dapat menampung semua masukan dari semua pihak, agar dapat tepat guna, efektif dan efisien dalam menaikkan harga TBS petani dan harga CPO Perusahaan Perkebunan, serta dalam pemenuhan persyaratan petani peserta program peremajaan kelapa sawit baik melalui jalur Dinas maupun kemitraan.

Ketua Umum GAPKI bersama dengan perwakilan GAPKI dari daerah sentra kelapa Sawit, menyampaikan beberapa hal diantaranya bahwa Petani kelapa sawit masih mengeluh harga TBS rendah, begitu juga dengan perusahaan perkebunan. Diinformasikan bahwa stok CPO sampai dengan bulan Mei sejumlah 7.2 juta ton di tangki-tangki perusahaan perkebunan anggota GAPKI.

Menurut Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono, CPO merupakan turunan dari TBS maka perlu menaikkan harga CPO domestik untuk menaikkan harga TBS petani. Untuk menaikan harga CPO domestik perlu meningkatkan kinerja ekspor yang saat ini masih rendah, sehingga terjadi stok CPO dalam negeri yang sangat tinggi. “Perlu dilakukan percepatan ekspor agar stok dalam negeri turun dengan relaksasi perizinan ekspor, dimana dalam waktu minimal 3 (tiga) bulan ini perlu pembebasan ekspor, jadi tidak perlu Persetujuan Ekspor (PE) dan Pungutan Ekspor (levy) juga diturunkan atau dinolkan supaya menjadi insentif bagi eksportir, mengingat harga turun terus untuk menormalkan situasi yang ada,” ujarnya.

Untuk menjamin kepastian stok minyak goreng dalam negeri, Lanjut Joko Supriyono, Pemerintah perlu membeli stok CPO Perusahaan Perkebunan dengan harga saat ini selama 6 (enam) bulan kedepan, sehingga ada kepastian dalam penyediaan atau stok minyak goreng curah untuk 6 (enam) bulan kedepan.


Bagikan Artikel Ini  

Jokowi Tinjau Inovasi dan Teknologi Pengolahan Minyak Makan Merah Sekaligus Berdialog dengan Koperasi Petani Sawit Swadaya

Diposting     Jumat, 08 Juli 2022 12:07 pm    Oleh    ditjenbun



Medan – Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) tiba di Kota Medan disambut Gubernur Sumatera Utara. Gubernur optimis kedatangan Presiden bisa memberikan hal positif bagi masyarakat Sumut. “Kita harapkan dengan kedatangan Presiden dan melihat langsung ke tempat-tempat yang didatangi, bisa langsung dapat penanganan atas Perintah Presiden,” kata Edy Rahmayadi, Gubernur Sumatera Utara (Sumut).

Presiden mengunjungi beberapa wilayah mulai Kepulauan Nias hingga Kota Medan, diantaranya bertemu dengan masyarakat Program Keluarga Harapan di Pasar Petisah Medan, meninjau Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan, Hari Keluarga Nasional, peresmian revitalisasi Lapangan Merdeka Medan, hingga peninjauan rumah apung di Belawan.

Adapun rombongan Presiden RI didampingi Menteri Pertanian meninjau lokasi PPKS Medan. Berdasarkan penetapan tutupan lahan kelapa sawit Kepmentan Nomor 833 Tahun 2019 dan angka sementara statistik perkebunan (BPS dan Ditjen Perkebunan), diketahui bahwa luas Kelapa Sawit di Sumatera Utara hingga Tahun 2022 seluas 2.079.027 Ha, Luas PR 665.088 Ha (31,99%), Luas PBN 462.308 Ha (22,24%) dan Luas PBS 951.630 Ha (45,77%). Sementara hasil produksi TBS mencapai 22.984.379 ton, Produksi CPO sebanyak 5.301.912 ton, dengan Produktivitas TBS sebanyak 21,23 ton/Ha/thn dan Produktivitas CPO sebanyak 4,903 ton/Ha/thn.

Dari hasil tinjauan, Harga TBS Sumut terkini per Juni 2022 sebesar Rp. 2.534,73, sesuai penetapan harga TBS Provinsi Sumatera Utara. Sedangkan untuk kegiatan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Sumatera Utara, untuk rekomendasi teknis seluas 22.777 Ha dengan luas tumbang chipping sebesar 17.271 Ha (75,83%) dan luas tertanam sebesar 15.840 Ha (69,54%). Dimana tahun 2022 target yang dicapai seluas 10.500 Ha untuk 15 kabupaten.

Adapun program Kementerian Pertanian terkait Kelapa Sawit sesuai Permentan Nomor 03 Tahun 2022 antara lain Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), Sarana dan Prasarana, Pengembangan SDM, dan Penelitian dan Pengembangan Kelapa Sawit.

Presiden RI menghimbau agar segera dilakukan percepatan realisasi PSR, mendorong peningkatan sarana maupun prasarana, pengembangan SDM dan Litbang, penguatan kelembagaan pekebun kelapa sawit, dan mendorong kemitraan pekebun kelapa sawit dengan PKS.

Permentan Nomor 03 Tahun 2022 dapat dijadikan acuan bagi para pekebun dan pelaku usaha perkebunan, tentunya harus tergabung dalam kelembagaan pekebun atau kemitraan saat melakukan peremajaan kebun kelapa sawitnya.

Rombongan Presiden didampingi Mentan turut melakukan peninjauan fasilitas Inovasi dan Teknologi Pengolahan Minyak Makan Merah sekaligus berdialog dengan koperasi petani sawit swadaya yang akan menjadi piloting pembangunan pabrik minyak makan merah. 

Pada kesempatan ini, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) memperkenalkan teknologi sederhana untuk produksi minyak makan merah yang masih mempertahankan kandungan senyawa fitonutrien berkadar tinggi meliputi karoten (sebagai pro-vitamin A), tokoferol dan tokotrienol (sebagai vitamin E), dan squalene. 

Menurut PPKS, Minyak makan merah berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional (salah satunya sebagai bahan pangan untuk antistunting) karena selain sebagai sumber lemak (zat gizi dasar) juga mengandung senyawa fitonutrien yang memiliki sifat sebagai antioksidan dan bioaktivitas lainnya. Asam oleat dan asam linoleat yang dikandungnya berfungsi untuk pembentukan dan perkembangan otak, transportasi dan metabolisme pada anak. Minyak makan merah juga sesuai digunakan untuk menumis bahan pangan, salad dressing, bahan baku margarine dan shortening, dan sebagainya. 

Teknologi produksi minyak makan merah ini dapat dikembangkan pada skala UMKM sebagai potensi peningkatan nilai tambah dan peningkatan kesejahteraan pekebun dari pengembangan usaha berbasis produk turunan kelapa sawit melalui pemberdayaan koperasi. Produk inovasi ini dapat menjadi solusi untuk pemenuhan zat gizi bagi masyarakat Indonesia. Edukasi dan sosialisasi tentang manfaat dari minyak makan merah perlu dilakukan agar minyak makan merah dan produk diversifikasinya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.

Selain inovasi tersebut, PPKS yang merupakan center of excellence di bidang penelitian kelapa sawit telah berperan penting dalam perkembangan industri sawit di Indonesia. PPKS merupakan produsen benih kelapa sawit terbesar di Indonesia yang telah menghasilkan berbagai varietas benih kelapa sawit unggul yang digunakan di perkebunan kelapa sawit, baik perkebunan negara, swasta, maupun perkebunan rakyat. 

PPKS juga turut serta dalam Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) dan berperan aktif dalam mengedukasi pekebun kelapa sawit mengenai pentingnya penggunaan bahan tanaman unggul maupun penerapan kultur teknis melalui kegiatan diseminasi secara langsung maupun melalui media sosial PPKS. Saat ini, PPKS tengah mengembangkan pupuk hayati Bioneensis yang bermanfaat untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman, kesehatan dan kesuburan tanah. Pupuk hayati ini menjadi primadona di perkebunan kelapa sawit di tengah tingginya harga pupuk. 

Dengan dukungan pemerintah dan seluruh stakeholder kelapa sawit, PPKS akan terus berupaya menghasilkan berbagai inovasi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing industri minyak sawit Indonesia, baik di sektor hulu, hilir, maupun melalui rekomendasi kebijakan demi kemajuan perkelapasawitan Indonesia, sesuai dengan tagline nya yaitu “PPKS berkarya, sawit Indonesia Berjaya”.


Bagikan Artikel Ini