KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Sepak Terjang Thosea monoloncha Menghabisi Daun Kelapa Indonesia

Diposting     Senin, 03 Juli 2023 12:07 pm    Oleh    perlindungan



Hama ulat api dari famili Limacodidae sudah tidak asing sebagai penghuni tetap ekosistem kelapa di Indonesia. Dengan ciri khas larva berwarna menarik, dan sensasi panas jika terkena kulit manusia, hama ini pernah menjadi outbreak di beberapa sentra perkebunan kelapa di Indonesia dengan hanya menyisakan tulang daunnya saja.  Dari beberapa genus Limacodidae, Thosea memiliki spesies terbanyak dan inang spesifik (Hosang et al. 1992). Sejarah mencatat sepak terjang spesies Thosea monoloncha yang bermula dari status OPT Karantina (OPTK) A1 hingga OPTK A2 saat ini, sebagai berikut (Widyantoro et al., 2021):

1. Pertama kali diidentifikasi sebagai T. monoloncha Meyrick di Papua New Guinea pada tahun 1889, namun sebagai spesies yang berbeda yaitu Autocopa monoloncha kemudian pada tahun 1924, Hulstaert mengidentifikasi kembali sebagai T. axiothea dengan ciri dan struktur tubuh sama dengan T. monoloncha.

2. Pada tahun 1931, ditemukan spesies dengan karakteristik yang sama dengan T. monoloncha di Maluku (Ambon) dan diidentifikasi sebagai T. caliginosa Hering, kemudian pada tahun 1935 ditemukan T. moluccana Roepke di Maluku Utara (Bacan).

3. Dilihat dari segi historis, menurut Holloway et al. (1987) serangga ini termasuk endemis pada sentra produksi kelapa di Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Papua New Guinea. Zhang (1994) menambahkan bahwa T. monoloncha memiliki pola sebaran terbatas di Indonesia dan Papua New Guinea.

Gambar 1. (A) Larva dan (B) Gejala serangan T. monoloncha pada kelapa (Widyantoro et al., 2021)

4. Holloway (1997) telah menetapkan pulau Sulawesi sebagai habitat alami spesies Lepidoptera dengan nilai keanekaragaman cukup tinggi. Merujuk pada tahun sebelumnya pada daerah yang sama, Balai Penelitian Palma melaporkan kejadian serangan T. monoloncha pada kelapa di Kupa- Kupa, Halmahera Utara pada tahun 1999.

5. Tahun 2014 laporan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Halmahera Utara menunjukkan bahwa T. monoloncha menyerang pertanaman kelapa di Pulau Tolonuo dengan intensitas serangan berat, sedang dan ringan dengan luasan berturut-turut 32, 20 dan 35 ha. Larva yang ditemukan dapat menghabiskan epidermis bawah, lamina daun sampai tertinggal lidi. Kehilangan lamina daun kelapa mencapai 95% (Sambiran et al. 2017).

6. Laporan terbaru menunjukkan, T. monoloncha menjadi hama penting pada perkebunan kelapa di Filipina (Barantan, 2020).

Berikut beberapa regulasi terkait dengan keberadaan T. monoloncha di Indonesia:

T. monoloncha menyelesaikan siklus hidupnya yang terdiri dari stadia telur, larva, pupa dan serangga dewasa (ngengat) selama kurang lebih 35 hari (Cock et al., 1987). Ngengat betina mampu meletakkan telur sebanyak 200 butir selama hidupnya. Larva menyukai tanaman kelapa dan kelapa sawit muda dengan tingkat serangan pada tanaman belum menghasilkan mencapai 92,98%, sedangkan kerusakan tanaman menghasilkan 87,82% pada kategori sangat berat (Wagiman et al., 2012). Larva muda merusak bagian bawah lamina daun mulai dari pinggir kearah lidinya. Bagian yang pertama kali diserang adalah anak daun pada bagian ujung pelepah. Akibatnya daun menjadi kering, pelepah menggantung dan buah gugur.

Ledakan populasi T. monoloncha diduga kuat terjadi akibat beberapa hal berikut:

  1. Karakteristik hama dengan siklus hidup yang pendek dapat berkembangbiak maksimal dalam waktu 2 bulan.
  2. Kondisi inang berupa tanaman kelapa dengan jarak tanaman yang rapat memudahkan hama mendapatkan makanan berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain.
  3. Lingkungan yang mendukung berupa cuaca yang ekstrim selama 2 bulan, memungkinkan kurang berperannya mikroba antagonis dan musuh alami hama ini secara maksimal.
  4. Keterbatasan petugas pengamat di lapangan sehingga tidak diperoleh data populasi hama yang akurat.

Kasus outbreak T. monoloncha yang terjadi di Maluku Utara cenderung mengelompok, dan cenderung tertahan penyebarannya ke lokasi lain karena adanya barrier alami berupa lautan. Hal ini cukup menguntungkan, namun perlu diperhatikan dengan seksama bahwa alat transportasi dan mobilitas manusia dapat berpotensi sebagai media penyebaran efektif bagi imago T. monoloncha.

Beberapa pendekatan teknik pengendalian yang dapat dilakukan saat spesies ini sudah berada di lapangan yaitu dengan menggunakan Light Trap; pengendalian hayati berupa mikroba antagonis seperti  Bacillus thuringiensis, Cordyceps militaris dan virus Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV); parasitoid yang dapat diperbanyak dan dikonservasi dengan menyediakan makanan bagi imago parasitoid berupa beberapa gulma seperti Antigonon leptopus, Turnera subulate, Turnera ulmifolia Euphorbia heterophylla, Cassia tora, Boreria alata, Elephantopus tomentosus dan tanaman penutup tanah. Dengan kata lain, clean weeding tidak dianjurkan pada areal perkebunan (Tondok, 2012).

Penulis: Farriza Diyasti, Eva Lizarmi, Yani Maryani

Sumber Pustaka         :

[Barantan]. Badan Karantina Pertanian. 2020. Lampiran Jenis Organisme Penggangu Tumbuhan Karantina. Jakarta: Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati.

Cock MWJ, Godfray HCJ, and Holloway JD. 1987. Slug and nettle caterpillars: The biology, taxonomy and control of the Limacodidae of economic importance on palms in South-east. Wallingford: CAB International Publisher.

Holloway JD, Cock MJW, Chenon RD. 1987. Systematic account of South East Asian Pest Limacodidae. Wallingford: CAB International Publisher.

Holloway JD. 1997. Sundaland, Sulawesi and eastwards: a zoogeographic perspective. Malayan Nature Journal 50: 207-227.

Hosang MLA, Lolong AA, Mawikere J. 1992. Kemampuan makan larva Thosea monoloncha Meyrick. Buletin Balitka 16: 53-56.

Sambiran WJ, Lala F, Susanto AN, Soetopo D, Hosang MLA. 2017. Outbreaks of coconut pest Thosea monoloncha Meyrick (Lepidoptera: Limacocidae) at Tolonuo Island, North Maluku. Buletin Palma 17 (2): 127-137.

Tondok ET. 2012. Keragaman Cendawan Endofit pada buah kakao dan potensinya untuk pengendalian busuk buah Phytophthora [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Wagiman, F.X., Hosang, M.L.A., dan Lala. F. 2012. Dampak serangan hama belalang Sexava terhadap kerusakan bunga betina dan buah kelapa. Prosiding Seminar Nasional: Peran Penelitian Bidang Pertanian dan Perikanan dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan untuk Kesejahteraan Petani dan Masyarakat. Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 15 September 2012. p. 347-356.

Widyantoro, A., Arianti, K., Al Qosam, AJ. 2021. Status Sebaran Thosea Monoloncha pada Kelapa dan Potensi Inang terhadap Komoditas Pertanian Di Maluku Utara. Crop Agro Vol. 14 No.1 – Januari 2021.


Bagikan Artikel Ini