KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phytophthora capsici) Pada Lada Dengan Pestisida Nabati di Polewali Mandar, Sulawesi Barat

Diposting     Selasa, 04 Oktober 2022 09:10 am    Oleh    perlindungan



Gambar 1. Koordinasi dengan jajaran Dinas Perkebunan
Provinsi Sulawesi Barat
Sumber, Ditlinbun, 2022

Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya tanaman perkebunan adalah gangguan Organisme Penganggu Tanaman (OPT). Gangguan OPT yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kehilangan hasil produksi dan apabila terjadi eksplosi (ledakan) OPT dapat mengakibatkan gagal panen. Oleh karena itu perlindungan tanaman terhadap OPT merupakan bagian penting dalam sistem budidaya tanaman.

Perlindungan tanaman adalah segala upaya untuk mencegah kerugian pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT. Perlindungan tanaman berazaskan efektivitas, efisiensi, dan keamanan terhadap manusia, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup. Alternatif penggunaan pestisida nabati dalam perlindungan tanaman perkebunan dari serangan penyakit Busuk Pangkal Batang/BPB (Phytophthora capsici) pada lada merupakan cara yang tepat terhadap pengurangan dampak negatif penggunaan pestisida kimiawi.   Hal ini dilakukan karena seiring dengan permintaan konsumen terkait produk-produk perkebunan yang aman bagi kesehatan (bebas residu pestisida kimiawi).  Perlindungan tanaman dengan cara ini merupakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yang aman dan ramah lingkungan.

Konsep PHT tertuang dalam  Undang-Undang No. 22 tahun 2019, tentang Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan, bahwa pengelolaan sumber daya alam hayati dalam memproduksi komoditas pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik dan berkesinambungan dengan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Artinya penerapan pengendalian OPT yang ramah lingkungan dapat meningkatkan produktivitas tanaman, aman konsumsi, kelestarian lingkungan serta meminimalkan biaya produksi karena berkurangnya penggunaan pestisida kimia.

Dalam mendukung konsep PHT, di Kabupaten Polewali Mandar dilaksanakan kegiatan pestisida nabati penanganan penyakit BPB seluas 100 ha. Luas pertanaman lada di Kabupaten Polewali Mandar seluas 413 Ha dari total seluruh pertanaman lada di Sulawesi Barat yaitu 1.078 ha.  Produksi lada di Kabupaten Polewali Mandar sebesar 237 ton sehingga produktivitasnya sebesar 757 kg/ha.  Angka produktivas ini masih tergolong rendah akibat serangan penyakit BPB setiap tahunnya. Kedua OPT tersebut merupakan OPT endemik khususnya di Kabupaten Polewali Mandar.

Tabel 1. Calon Lahan Kegiatan Pengendalian OPT Lada dengan
Pestisida Nabati di Sulawesi Barat TA. 2022

Gambar 2.  Gejala serangan penyakit BPB pada lada
Sumber: Ditlinbun

Penyakit busuk pangkal batang banyak terjadi pada musim hujan. Serangan pada pangkal batang dapat menyebabkan tanaman layu secara cepat atau mendadak. Pangkal batang yang terserang berwarna hitam, pada keadaan lembab akan mengeluarkan lendir berwarna biru muda. Daun-daun yang layu tetap tergantung sampai menjadi kering kemudian gugur. Serangan P. capsici pada akar menyebabkan tanaman layu secara perlahan, warna daun berubah menjadi kuning dan gugur secara bertahap. Serangan pada daun dapat terjadi di bagian ujung/tepi atau tengah daun berupa bercak khas berwarna hitam dengan bagian tepinya bergerigi membentuk seperti renda.

Kegiatan pestisida nabati penanganan penyakit BPB di Kabupaten Polewali Mandar  adalah diberikannya bantuan barang kepada petani lada berupa fungisida nabati berbahan aktif Diallyl sulfide, Allyl methyl disulfide, Diallyl disulfide, Allyl methyl trisulfide dan Diallyl  trisulfide sebanyak 18 kelompok tani.

Tabel 1.  Spesifikasi Teknis Fungisida Nabati yang Diberikan kepada Petani Lada di Kabupaten Polewali Mandar,  Provinsi Sulawesi Barat

Total dosis dari aplikasi ke-1 sampai ke-4 fungisida nabati pada tanaman yang terserang penyakit BPB adalah sebanyak 9 liter/ha. Pengamatan dilakukan 5 kali yaitu P0 (pengamatan awal sebelum aplikasi), P1 (pengamatan setelah aplikasi ke-1), P2 (pengamatan setelah aplikasi ke-2), P3 (pengamatan setelah aplikasi ke-3), dan P4 (pengamatan setelah aplikasi ke-4).  Hasil data pengamatan yang diperoleh nantinya akan dianalisis apakah aplikasi fungisida nabati tersebut efektif mengendaliakan penyakit BPB atau tidak.

Penulis : Alimin. S.P., M.Sc. dan Esther M. Silitonga, S.P., M.Sc.

Sumber Pustaka

Ditjenbun.  2022.  Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022.  Ditjenbun.  Jakarta.

Kisworini, I. 2021. Penyakit Busuk pangkal Batang pada Tanaman Lada. Online: https://www.disbun.jatimprov.go.id.  Disbun Prov. Jatim, Surabaya.  Diakses tanggal 12 September 2022.

Setyaningsih, R.B. dkk. 2013. Buku Saku Pengelolaan OPT Utama Tanaman Lada dengan Sistem PHT. Ditlinbun, Ditjenbun, Jakarta.

          


Bagikan Artikel Ini