KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Kementan terus tingkatkan sumber devisa ekspor nasional dari sektor non migas

Diposting     Kamis, 16 Februari 2023 03:02 pm    Oleh    ditjenbun



Yogyakarta –Untuk mengakselerasi program Ditjen Perkebunan terutama dalam mendorong nilai tambah dan daya saing komoditas perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan laksanakan rapat koordinasi teknis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2023 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pertemuan ini sebagai penyamaan persepsi dan mencari strategi untuk pelaksanaan dan percepatan kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun Anggaran 2023,

Dirjen Perkebunan Andi Nur Alam Syah menyampaikan,“Saya mengharapkan dari target-target tersebut harus dioperasionalkan melalui rencana aksi yang nyata di daerah dalam bentuk strategi-strategi jitu dalam pengelolaan kegiatan dan mengeksekusi anggaran pada kegiatan Direktorat PPH Perkebunan yang banyak erat kaitannya dengan pencapaian peningkatan ekspor 3 kali lipat atau Gratieks terutama dari sisi nilai ekspor dan tentu saja bagaimana mendorong nilai tambah dan daya saing produk perkebunan. Dari sisi ekspor ini pun, Ditjen Perkebunan terus berupaya menyumbang dan berkontribusi terhadap sumber devisa ekspor nasional dari sektor non migas yang menjadi target besar dari Bapak Menteri Pertanian. Komoditas-komoditas unggulan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, rempah-rempah dan lainnya tetap difokuskan untuk pencapaian target nilai ekspor hingga 1.200 triliun tahun 2024, dari kondisi saat ini devisa negeri dari ekspor perkebunan baru mencapai 400-500 triliun per tahun,” (15/02).

Selanjutnya tahun 2022 ini, nilai ekspor komoditas perkebunan mencapai Rp. 600,5 triliun atau berkontribusi sebesar 88,11% dari total nilai ekspor komoditas Pertanian sebesar Rp. 681,5 triliun, meningkat hampir Rp. 22 Triliun dibandingkan tahun 2021. Walaupun didominasi oleh CPO dan turunan nya, tetapi komoditas unggulan lainnya seperti kopi, kelapa, rempah-rempah dan kakao sudah menunjukkan peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan. Potensi-potensi komoditas spesifik daerah lainnya seperti pinang, gambir, aren, stevia, kelor dan tanaman atsiri perlu terus didorong karena semakin meningkatnya kebutuhan dunia khususnya di bidang farmasi, kecantikan dan kesehatan, food and beverages serta bahan baku industry lainnya.

“Kita ketahui Bersama bahwa tantangan pembangunan perkebunan Nasional yang saya garisbawahi ada 6 hal yang mendasar yaitu tantangan budidaya yang memang diarahkan bagaimana peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan; tantangan pascapanen & pengolahan nya yang kedua hal ini juga erat kaitan dengan aspek mutu dan standarisasinya; tantangan penguatan kelembagaan pekebun & bagaimana memunculkan peran para generasi muda untuk mau membangun perkebunan di daerahnya masing-masing; tantangan akses pasar, promosi dan diplomasi serta terakhir adalah tantangan dalam menciptakan iklim investasi yang baik dan sehat untuk membangun dan memperkuat usaha agribisnis perkebunan,” ujar Andi.

Resesi global dapat memicu penurunan harga komoditas energi, terutama mineral serta batu bara dan CPO karena penurunan permintaan global akibat resesi. Hal ini akan menekan ekspor dan neraca dagang Indonesia. Pasalnya, dalam setahun terakhir Indonesia tengah menikmati windfall dari harga komoditas tersebut. Dampak dari kondisi tersebut juga perlu diwaspadai pada kalangan petani yang saat ini masih merasakan harga jual yang rendah di tingkat petani.

Andi menjelaskan ,” Menghadapi hal tersebut, tentunya kita tidak boleh tinggal diam. Masing-masing diantara kita harus terus bekerja dengan FOKUS, RESPONSIF dan KOLABORATIF. Kita harus fokus pada komoditas yang diunggulkan dan yang dibutuhkan pasar, tentunya didukung oleh strategi-strategi pemasaran yang tepat. Responsif, untuk selalu bertindak cepat, tepat dan baik dalam menghadapi segala dinamika dunia terutama pada aspek perdagangan dunia yang banyak sekali dipengaruhi oleh kondisi geopolitik dan dinamika iklim. Kolaboratif terutama bagaimana mendorong pendekatan kebersamaan multistakeholder untuk memajukan perkebunan dan mengembalikan kejayaan perkebunan kembali. Kolaboratif juga melalui pendekatan kemitraan di dunia usaha dengan asas saling menguntungkan dan Bersama-sama meraih visi misi pembangunan perkebunan yang berkelanjutan.

Andi mengapresiasi kinerja semua pihak yang telah turut serta membangun sektor perkebunan. Andi berharap agar kerja sama yang baik dari semua pihak terkait dapat terus dilanjutkan demi pertanian maju mandiri dan modern.

“Diharapkan semoga kedepannya kinerja perkebunan dapat berjalan dengan baik dan sesuai target serta tepat guna bermanfaat bagi petani maupun masyarakat sekitar,” pungkasnya.


Bagikan Artikel Ini