KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Harta Terpendam Komoditas Perkebunan yang Dimiliki Indonesia

Diposting     Selasa, 20 Desember 2022 09:12 am    Oleh    perlindungan



Tahukah anda bahwa Indonesia memiliki harta karun yang disebut sebagai emas hijau? Emas hijau ini adalah salah satu komoditas unggulan perkebunan, yaitu Vanili (Vanilla planifolia). Vanili dijuluki sebagai emas hijau karena harganya yang terbilang cukup fantastis, pada November 2022 tiap kilogram vanili (kering) dihargai 1,5 juta rupiah. Bandingkan dengan komoditas perkebunan lainnya seperti kopi arabika (green bean), kakao (fermentasi), dan pala (biji kupas kering) yang masing-masing harganya adalah Rp 64.160, Rp. 30.000, dan Rp. 65.000 (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2022).

Vanili merupakan salah satu tanaman rempah bernilai ekonomi tinggi yang berasal dari tanaman kerabat anggrek dengan nama ilmiah Vanilla planifolia Andrews (Kartikawati & Rosman, 2018). Vanili umum digunakan sebagai salah satu bahan baku pada berbagai industri seperti makanan, minuman, farmasi, parfum, serta kerajinan tradisional (FAO, 2009). Vanili berasal dari wilayah Amerika Tengah dan Amerika Selatan seperti yang ditunjukkan oleh warna hijau pada peta. Namun, saat ini vanili telah banyak dibudidayakan di beberapa negara seperti Indonesia, Madagaskar, dan beberapa negara-negara tropis lainnya seperti yang terlihat pada peta yang ditunjukkan oleh warna ungu.

Gambar 1. Peta distribusi Vanilla planifolia
[POWO, 2022]

Vanili mulai diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1819, sebagai salah satu tanaman koleksi di Kebun Raya Bogor. Kemudian, pada tahun 1864 menyebar ke wilayah lain di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, hingga Papua. Sepanjang dekade 60-an, vanili berkembang pesat di Jawa sehingga dunia menyebut vanili dari Indonesia sebagai “Java Vanilla Beans”. Sebagian besar perkebunan vanili di Indonesia dikelola oleh rakyat. Sentra pertanaman vanili dahulu hanya ada di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, saat ini wilayah penanaman vanili sudah meluas ke berbagai provinsi lainnya,  contohnya seperti Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Papua. Pada tahun 2020, luas area pertanaman vanili rakyat seluas 9.291 hektar dengan produksi mencapai 1.412 ton (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2021a).

Meskipun harga jual vanili tergolong tinggi untuk suatu komoditas, jumlah pekebun yang membudidayakan vanili masih kurang dari 30.000 orang (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2021a). Hal tersebut disebabkan oleh masih banyaknya pekebun yang masih awam mengenai teknik budi daya vanili seperti persiapan tanam, pengolahan lahan, pemilihan benih, dan lain sebagainya. Selain itu, hal yang menjadi kendala dalam upaya budi daya vanili adalah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Salah satu OPT utama yang menyerang komoditas vanili adalah Busuk Batang Vanili (BBV).

Busuk Batang Vanili merupakan penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae. Patogen ini dapat menyerang seluruh bagian tanaman pada semua tahap pertumbuhan tanaman namun, serangan umumnya terdapat pada batang.  Penyakit ini umumnya muncul saat curah hujan dan kelembapan tinggi. Penyebaran penyakit BBV dapat melalui udara dan infeksi akibat luka pada tanaman vanili. Dampak yang ditimbulkan oleh penyakit BBV meliputi mempersingkat umur produksi, menurunkan produktivitas, menurunkan mutu polong, dan meningkatkan tingkat kematian pada tanaman dewasa (Sudantha 2009; Tombe, dkk, 2012).

Selain bersifat tular tanah dan tular udara, patogen penyebab BBV juga bertipe spora berlendir yang dapat mudah melekat dan terbawa ke tempat lain, sehingga potensi penyebaran patogen menjadi sangat tinggi apabila petani tidak memperhatikan kebersihan lingkungan kebun dan peralatan pertanian serta pakaian yang digunakan saat berkebun. Upaya yang dapat dilakukan petani sebagai pencegahan penularan penyakit BBV diantaranya seperti: melakukan sterilisasi pada tiap peralatan pertanian yang digunakan di kebun, menyediakan keset yang diletakkan pada pintu masuk kebun, dan menyediakan tempat untuk membersihkan dan mensterilisasi peralatan pertanian dan sepatu yang digunakan di kebun (Daniati, 2022a).

Direktorat Perlindungan Perkebunan menghimpun data luas serangan dan luas pengendalian OPT BBV pada tahun 2021 yang diperoleh dari laporan serangan OPT dari seluruh provinsi di Indonesia melalui aplikasi Sipereda OPT. Berikut adalah luas serangan dan luas pengendalian OPT BBV pada tahun 2021 yang telah dilaporkan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan. Pada gambar 2 terlihat luas serangan BBV sepanjang triwulan I-IV tahun 2021 berkisar antara 180-220 Ha yang sebagian besar tergolong dalam serangan ringan. Luas pengendalian yang telah dilakukan oleh gabungan beberapa elemen publik (pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat) berkisar antara 80,6%-87,75% dari total luas serangan yang dilaporkan.

Gambar 2. Grafik Luas Serangan dan Luas Pengendalian OPT
Busuk Batang Vanili Tahun 2021

Upaya yang dapat dilakukan dalam pengendalian OPT BBV, apabila kebun yang terserang dalam kategori ringan sebagai berikut: melakukan sanitasi pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala sakit, memotong bagian tanaman yang sakit kemudian bekas luka potongan dioles dengan fungisida berbahan aktif eugenol, serta mengaplikasikan pupuk hayati dan/atau biopestisida. Sedangkan apabila kebun yang terserang sudah dalam kategori berat, upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain: Melakukan sanitasi dan eradikasi pada tanaman yang terserang berat, serta melakukan rotasi dengan tanaman jahe, bawang-bawangan, temulawak, dan sayur-sayuran selama 2-3 tahun (Daniati, 2022b).

Penulis: Reno Agassi, Herly Kurniawan, Eva Lizarmi

DAFTAR REFERENSI

Daniati, C. 2022a. Mencegah Penyebaran Penyakit Busuk Batang Vanili. https://ditjenbun.pertanian.go.id/mencegah-penyebaran-penyakit-busuk-batang-vanili/. Diakses pada 14 Desember 2022 pk. 11.09 WIB.

Daniati, C. 2022b. Penyakit Busuk Batang pada Tanaman Vanili. https://ditjenbun.pertanian.go.id/penyakit-busuk-batang-pada-tanaman-vanili/. Diakses pada 14 Desember 2022 pk. 15.33 WIB.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2021a. Statistik Perkebunan Non Unggulan Nasional. Kementerian Pertanian. Jakarta: xxx + 538 hlm.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2021b. Sistem Pelaporan dan Rekapitulasi Data OPT (Sipereda OPT). https://sipereda.ditjenbun.pertanian.go.id/. Diakses pada 14 Desember 2022 pk. 14.17 WIB.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2022. Sistem Informasi Pasar Produk Perkebunan Unggulan (SIPASBUN). https://12ap.pertanian.go.id/sipasbun2020/index.php. Diakses pada 13 Desember 2022 pk. 14.23 WIB.

Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO). 2009. Vanilla: Post-harvest Operations. https://www.fao.org/3/ax447e/ax447e.pdf. Diakses pada 13 Desember 2022 pk. 08.23 WIB.

Kartikawati, A.  dan R. Rosman. 2018. Budidaya Vanili. Sirkuler Informasi Tanaman Rempah dan Obat. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Kementerian Pertanian.

POWO (2022). “Plants of the World Online. Facilitated by the Royal Botanic Gardens, Kew. Published on the Internet; https://www.plantsoftheworldonline.org/ Retrieved 14 Desember 2022.”

Ramadan, M. F., Endang. S., Nia. R & Etty. A. 2019. Ayo Berkebun Vanili. Bogor: Pusat

Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian: viii + 104 hlm.

Sudantha, I. M. 2009. Uji Efektivitas beberapa isolat jamur endofit antagonistik dalam meningkatkan ketahanan terinduksi beberapa klon vanili terhadap penyakit busuk batang. Agroteksos 19 (1-2): 18—28.

Tombe, M., D. Pangeran & Tri, S. H. 2012. Keefektifan formula minyak cengkeh dan serai wangi terhadap Fusarium oxysporum f.sp. vanillae penyebab busuk batang vanili. Jurnal Littri 18(4): 143—150.


Bagikan Artikel Ini