KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Mentan : Dewan Komoditas Harus Berperan Aktif Meningkatkan Kesejahteraan Petani.

Diposting     Rabu, 30 Desember 2009 12:12 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA-Menteri Pertanian, Suswono mengharapkan agar Dewan Komoditas  yang ada di bidang pertanian khususnya perkebunan lebih berperan meningkatkan kesejaheraan petani. Tentu upaya peningkatan kesejahteraan petani tersebut dilakukan bersama pemerintah baik di pusat maupun  daerah melalui berbagai program pembangunan pertanian, jelas Mentan pada acara pertemuan dengan Pengurus Dewan Komoditas di bidang pertanian.

Dari perkebunan, semua pengurus dewan komoditas perkebunan yang sudah terbentuk hadir pada  acara ini yaitu Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo), Dewan Rempah Indonesia (DRI), Dewan Teh Indonesia (DTI), Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo), Dewan  Minyak Atsiri Indonesia (DMAI) dan Komisi Karet Indonesia.

Pertemuan yang berlangsung di ruang pola Dep.Pertanian, Selasa, 29/12, Mentan menjelaskan persoalan mendasar sektor pertanian yaitu 1) lemahnya kapasitas dan kelembagaan petani dan penyuluh, 2) masih rawannya ketahanan pangan dan ketahanan energi, 3) belum berjalannya diversifikasi pangan dengan baik, 4) rendahnya nilai tukar petani (NTP), 5) belum padunya antar sektor dalam menunjang pembangunan pertanian, 6) kurang optimalnya kinerja dan pelayanan birokrasi pertanian.

Untuk mengatasi berbagai persoalan mendasar tersebut, Mentan akan melakukan tujuh gema revitalisasi pertanian yaitu 1) revitalisasi lahan, 2) revitalisasi benih dan perbibitan, 3) revitalisasi infrastruktur dan sarana pertanian, 4) revitalisasi SDM, 5) revitalisasi pembiayaan pertanian, 6) revitalisasi kelembagaan petani dan 7) revitalisasi teknologi dan industri hilir. Ketujuh gema ini akan dapat mencapai sasaran yang disebut dengan  empat sukses pertanian. Paling tidak  ke empat sukses tersebut dapat dicapai selama 5 tahun ke depan yaitu 1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, 2) peningkatan diversifikasi pangan, 3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor dan 4) peningkatan kesejahteraan petani.

Sementara itu, berbagai masalah dan usulan disampaikan oleh dewan komoditas. Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) melaporkan tentang upaya-upaya yang telah dilakukan untuk membangun citra pengembangan kelapa sawit berkelanjutan. Upaya tersebut dilakukan di dalam dan luar negeri. Di dalam negeri bekerjasama dengan pemerintah untuk mensosialisasikan RSPO dan penerapan Good Agricultural Practice (GAP) pengembangan kelapa sawit. Di luar negeri, DMSI telah melakukan kunjungan dan seminar di luar negeri yang tujuannya untuk menjelaskan kepada masyarakat dunia terutama LSM  pemerhati lingkungan, bagaimana Indonesia dan pelaku usaha kelapa sawit menerapkan RSPO. Dari Dewan Kelapa Indonesia (Dekindo), menyampaikan permasalahan bibit unggul kelapa untuk peremajaan kelapa rakyat. Sebab, menurut Irawadi Jamaran, Ketua Dekindo, saat ini petani sulit mendapatkan benih kelapa unggul, sedangkan kondisi kebun kelapa  seluas 3,8 juta ha,  sebagain besar sudah tua dan rusak dan ini perlu peremajaan, ujar Guru Besar IPB ini.

Dari Dewan Kakao Indonesia (Dekaindo), mengusulkan kepada menteri agar dapat memfasilitas perbedaan pendapat dari 5 stakeholder besar Dekaindo tentang mengenaan PPN dan Bea Keluar  terhadap ekspor komoditas kakao. Askindo yang merupakan asosiasi tertua bersikukuh untuk tidak mengenakan Bea Keluar. Sementara stakeholder lain berpendapat perlu pengenaan Bea Keluar untuk menghidupkan industri kakao dalam negeri. Dan berbagai program penanggulangan hama dan penyakit kakao yang dilakukan oleh Askindo antara lain program P3S.

Dewan Minyak Atsiri, mengusulkan agar Menteri Pertanian mendukung pengembangan tanaman penghasil minyak atsiri, sebab minyak atsiri dari Indonesia sudah dikenal di perdagangan dunia. Ada tiga jenis minyak atsiri Indonesia yang sangat  dikenal dan menguasai pasar dunia yaitu minyak nilam, minyak cengkeh dan minyak pala. Disamping itu, peserta juga menyampaikan masalah pembiayaan dan indutri pengolahan.

Menjawab berbagai permasalahan tersebut, Mentan menjelaskan bahwa masalah benih perkebunan akan dilakukan revitalisasi perbenihan pertanian, termasuk benih  perkebunan. Masalah PPN dan Bea Keluar, Mentan dalam waktu dekat akan membahas dengan semua stakeholder perkakaoan dan departemen terkait. Kemudian masalah pembiayaan di bidang pertanian, yang merupakan masalah kronis yang selalu menjadi kendala dalam pengembangan sektor pertanian selama ini, Mentan bertekat untuk mewujudkan berdirinya Bank Pertanian, paling tidak ada lembaga keuangan yang betul-betul fokus membiayai sektor pertanian, tegas Mentan. Sementara masalah industry pengolahan, Mentan menjelaskan bahwa sudah ada kesepakatan dengan Menteri Perindustrian bahwa industri primer komoditas pertanian akan ditarik dan akan ditangani oleh Dep.Pertanian.

Mengenai masalah penyediaan lahan untuk sektor pertanian, Mentan menjelaskan bahwa pemerintah sudah selesai menginventarisir seluas 7,13 juta lahan terlantar yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan pertanian dan perkebunan, jelas Mentan mengakhiri pertemuan yang dipandu oleh Dirjen Perkebunan. (e&p-djbun)

 


Bagikan Artikel Ini  

Kakao Indonesia Bebas Kandungan Residu Herbisida 2,4-D (Dichlorophenoxyacetic Acid).

Diposting     Selasa, 29 Desember 2009 12:12 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA– Hasil uji menunjukkan kandungan residu 2,4-D pada kakao sampel dibawah 0,001 ppm, hal ini jauh dibawah syarat maksimal 0,01 ppm yang ditetapkan pemerintah Jepang. Walaupun Jepang belum menjadi pasar ekspor utama kakao Indonesia, tetapi pembuktian bahwa kakao Indonesia tidak mengandung residu herbisida menjadi sangat penting karena dikhawatirkan jika tidak dilakukan pembuktian,  isu sensitif ini bisa meluas ke pasar ekspor utama kakao Indonesia yaitu Eropa dan Amerika Serikat”.

Demikian dikatakan Dirjen Perkebunan Achmad Mangga Barani didampingi oleh peneliti dari UGM Prof. Dr. Sri Noegrohati dan peneliti Unhas Prof. Dr. Untung Suropati dalam  konferensi pers dengan topik bahasan “ Kajian Penggunaan Herbisida 2,4-D (Dichlorophenoxyacetic Acid) pada Tanaman Kakao”. Dengan melibatkan 13 media massa antara lain Tabloid Sinar Tani, Suara Pembaharuan, Bisnis Indonesia, Kompas dan Media Indonesia, konferensi pers, Senin (28/12).

Berawal dari bulan Maret 2009, pemerintah Jepang memberikan nota bahwa ekspor bubuk kakao yang dipasok dari Singapura mengandung residu herbisida 2,4-D (Dichlorophenoxyacetic Acid). Terkait dengan itu, eksportir Singapura melalui Asosiasi Kakao Asia mengklaim biji kakao olahan tersebut berasal dari Indonesia. Herbisida 2,4-D merupakan racun gulma atau rumput berdaun lebar yang dapat terserap tanaman dan berpengaruh pada kesehatan manusia lewat produk tanaman. Petani umumnya memakai herbisida ini untuk merawat tanaman jagung yang di tanam secara tumpang sari dengan kakao.

Menanggapi tudingan itu, mendorong jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan melalui keputusan Direktur Jenderal Perkebunan Nomor: 87/Kpts/SR.140/03/2009, tanggal 25 Maret 2009 membentuk “Tim Kajian Penggunaan Herbisida 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid pada Tanaman Kakao”. Tim kajian ini beranggotakan peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Noegrohati, peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Dr. Djoko Priyono, M.Agr, Sc dan peneliti dari Universitas Hasanuddin Dr. Untung Surapati, Komisi Pestisida, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan Direktorat Perlindungan Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan. Tugas utama dari tim ini adalah melakukan suatu kajian penggunaan herbisida 2,4-D oleh petani kakao di Sulawesi.
Hasil uji menunjukkan kandungan residu 2,4-D pada kakao sampel dibawah 0,001 ppm, jauh dibawah syarat maksimal 0,01 ppm yang ditetapkan pemerintah Jepang. Pemerintah Jepang juga mensyaratkan adanya sertifikat bebas 2,4-D di setiap kantong biji kakao yang di ekspor yang tentunya akan memerlukan biaya dan membebani petani. Dengan adanya hasil uji lab ini, diharapkan Pemerintah Jepang bakal meloloskan regulasi pangan yang mewajibkan kandungan herbisida 2,4-d yang diijinkan maksimal 0,01 part per million (ppm). Dari lahan seluas 1,6 juta ha Indonesia memproduksi 550.000 ton kakao, Indonesia merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana.

Pemerintah akan proaktif menangkis klaim sepihak yang merugikan komoditas Indonesia ini melalui sosialisasi nasional dengan konferensi pers yang dihadiri wartawan koran nasional dan Internasional dan TVRI seperti yang telah terselenggara pada Senin (28/12). Selanjutnya sosialisasi internasional dengan media dan mengisi Jurnal-jurnal Internasional dan menyurati Kedutaan Besar di negara importir kakao Indonesia. Serta pembicaraan khusus pada agenda kerjasama antar 2 negara.

Dengan hasil kajian tersebut, Pemerintah Republik Indonesia melalui Departemen Pertanian c.q. Direktorat Jenderal Perkebunan serta Direktorat Jenderal Pemasaran dan Pengolahan Hasil Pertanian akan melakukan beberapa langkah agar ekspor kakao ke Jepang dapat berjalan normal kembali. Dalam artian, Pemerintah Indonesia tidak harus melampirkan sertifikat bebas kandungan 2,4-D setiap kali melakukan pengiriman produk kakao olahan. Hal ini dilakukan melalui beberapa langkah yaitu:

  1. Sosialisasi kepada petani pekebun maupun pedagang pengumpul tentang penggunaan herbisida 2,4-D dengan benar;
  2. Sosialisasi hasil penelitian kepada semua pemangku kepentingan di dalam negeri;
  3. Sosialisasi ke dunia internasional melalui jurnal maupun media internasional;
  4. Bilateral meeting dengan Pemerintah Jepang.

 


Bagikan Artikel Ini  

Donor Darah Pada Hari Perkebunan ke 52.

Diposting     Rabu, 16 Desember 2009 12:12 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA-Salah satu rangkaian kegiatan hari perkebunan ke 52 adalah donor darah. Karyawan Ditjen Perkebunan dan  karyawan unit kerja eselon lainnya  lingkup Dep. Pertanian, Senin, (14/12) menyumbangkan darahnya melalui Palang Merah Indonesia (PMI)  di Auditorium Gedung D Kantor Pusat Departemen Pertanian-Jakarta. Melalui donor darah ini, diharapkan dapat membantu mereka yang memerlukan darah sesuai dengan motto “ SETETES DARAH KITA HARAPAN HIDUP BAGI MANUSIA”

Donor darah bagi yang sehat merupakan proses sirkulasi yang paling gampang dan  praktis untuk dilaksanakan terus menerus, dan itu sangat membantu kesehatan. Untuk pelaksanaan kegiatan donor darah kali ini jumlah pegawai/karyawan terdaftar sebanyak delapan puluh peserta, sedangkan yang hadir untuk menyumbangkan darahnya sebanyak lima puluh empat orang sisanya berhalangan hadir dan tidak memenuhi persyaratan kesehatan untuk dapat melakukan donor darah. Pendonor terdiri dari pejabat lingkup Ditjen Perkebunan dan karyawan/karyawati lingkup Ditjen Perkebunan dan sebagian dari unit eselon satu lingkup Departemen Perkebunan.

Donor darah merupakan suatu kegiatan yang positif, dipandang dari sudut medis menyumbang darah baik bagi kesehatan. Selain itu, donor darah akan membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung dan masalah jantung lainnya. Penelitian menunjukkan, mendonorkan darah akan mengurangi kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau masih perlu penelitian lanjutan untuk memastikan hal tersebut, kelebihan zat besi diduga berperan menimbulkan kelainan pada jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol jahat (LDL) membentuk aterosklerosis (plak lemak yang akan menyumbat pembuluh darah).

Volume darah akan kembali normal 24 jam setelah melakukan donor darah. Sel-sel darah merah akan dibentuk kembali dalam waktu 4-8 minggu. Jadi, pendonor tidak perlu khawatir akan kekurangan darah. Menyumbang darah sama sekali tidak akan mengurangi kekuatan tubuh. (e&p djbun)


Bagikan Artikel Ini  

Peranan PPNS Perkebunan Dalam Menyelesaikan Berbagai Permasalahan di Lapangan.

Diposting        Oleh    ditjenbun



JAKARTA-Pada tanggal 15 Desember 2009 di Auditorium Gedung D Kanpus Deptan, Direktur Jenderal Perkebunan Ir. Achmad Mangga Barani, MM melantik PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) sejumlah 68 orang yang berasal dari 6 orang dari Pusat dan 62 orang peserta Dinas Provinsi maupun UPT lingkup Ditjen Perkebunan, pelantikan dihadiri oleh (atau yang mewakili) Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Depkumham, Kepala Biro Binpolsus PPNS Sdeops Polri, Kepala Pusat Pendidikan Reserse Kriminal Polri, Inspektur III Inspekturat Jenderal Deptan, Kepala Biro Organisasi dan Kepegawaian Sekjen Deptan serta Pejabat lingkup Ditjen Perkebunan.

Pengambilan sumpah bagi Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan ini sebagai tidak lanjut terbitnya SK Menkumham No. AHU-90.AH.09.01 dan No.AHU-92.AH.09.01 tahun 2009 tentang pengangkatan PPNS Perkebunan yang telah selesai melakukan diklat pada bulan Mei 2009 (pola 100 JP) dan bulan Juli 2009 (pola 400 JP). Diharapkan PPNS Perkebunan mempunyai kemampuan dalam pembinaan dan pengawasan serta dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dilapangan khususnya permasalahan dibidang Perkebunan. Dalam kata sambutan Dirjen perkebunan mengatakan bahwa kendala yang dihadapi dalam pembangunan perkebunan diantaranya adalah rendahnya produktivitas tanaman karena kondisi tanaman yang sudah tua, rusak atau karena menggunakan bahan tanaman asalan, terbatasnya modal untuk penerapan teknik budidaya yang baik, tidak tersedianya pendanaan khusus untuk perkebunan, semakin terbatasnya lahan yang sesuai, kemampuan SDM dan penguasaan teknologi yang tidak memadai, terbatasnya ketersediaan pupuk dan pestisida yang akrab lingkungan baik dalam jumlah maupun kualitasnya, serta belum berfungsinya secara optimal kelembagaan petani dan kemitraan usaha antara pengusaha perkebunan dengan pekebun dan masyarakat sekitar kebun.

Kendala tersebut menjadi semakin berat dengan adanya pelanggaran hukum di bidang perkebunan, diantaranya berupa pemalsuan benih, pemalsuan pupuk dan pestisida, pembukaan lahan dengan pembakaran, pengusahaan perkebunan dan unit pengolahan hasil perkebunan khususnya Pabrik Kelapa Sawit tanpa kebun, penjarahan produksi, okupasi lahan, pemalsuan kualitas produk dan tindak pidana lainnya yang secara langsung ataupun tidak langsung mengakibatkan semakin rendahnya produktivitas dan kualitas produk perkebunan, semakin tidak terpeliharanya tanaman perkebunan dan rusaknya lingkungan hidup. Semua hal tersebut menyebabkan semakin rendahnya pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya para pekebun. Sambutan Dirjen Perkebunan


Bagikan Artikel Ini  

Mars dan Hymne Perkebunan.

Diposting     Selasa, 15 Desember 2009 12:12 pm    Oleh    ditjenbun



YOGYAKARTA-Mulai saat ini  Masyarakat Perkebunan Indonesia sudah mempunyai lagu Mars dan Hymne yaitu Mars Perkebunan Jaya dan Hymne Perkebunan.  Kedua lagu ini resmi diterima dan di-launching pada acara peringatan hari puncak perkebunan ke 52, tanggal 10 Desember 2009 di Instiper Yogyakarta.  Lirik kedua lagu ini  digubah oleh Achmad Mangga Barani, yang juga saat menjabat sebagai Direktur Jenderal Perkebunan, Gamal Nasir (Sekretaris Ditjen Perkebunan) dan Agus Pakpahan (Dirjen Perkebunan, periode 1998-2002, dan saat ini menjabat sebagai Deputi Meneg BUMN Bidang Agro dan Percetakan).


Lagu yang  pertama kali dinyanyikan di depan publik oleh padunan suara Ditjen Perkebunan diarransir oleh Aziz Hidayat (alumni Instiper-Yogyakarta)  dan Bimo Ario Utomo. Kedua lagu ini menurut Dirjen Perkebunan akan dinyanyikan pada acara-acra resmi masyarakat perkebunan Indonesia, termasuk pada acara pelantikan pejabat di lingkungan Ditjen Perkebunan. Berikut lirik lagunnya.


Bagikan Artikel Ini  

Berdirinya Masyarakat Planters Indonesia dan Bursa SDM Perkebunan on-line.

Diposting        Oleh    ditjenbun



YOGYAKARTA– Satu lagi prestasi yang diukir oleh masyarakat perkebunan  Indonesia dalam memperingati Hari Perkebunan ke 52 tahun 2009 ini adalah dilaunchingnya  pendirian  Masyarakat Planters Indonesia (MPI) dan  Bursa SDM Perkebunan on-line. Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani  meresmikan kedua lembaga tersebut, Rabu, 9 Desember 2009 di INSTIPER Yogyakarta. Acara ini dihadiri oleh begawan perkebunan Indonesia, Sudjai Kartasasmita, pengusaha perkebunan dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinsi.

Dirjenbun menyambut baik berdirinya kedua lembaga ini. Menurut Dirjen di negara-negara produsen komoditas perkebunan seperti Malaysia dan Thailand lembaga semacam ini sudah lama berdiri. Di Malaysia disebut dengan Pelabur dan di Thailand disebut Planters. Sejak nenek moyang kita, jauh sebelum bangsa Eropa datang, Indonesia sudah  dikenal oleh dunia sebagai penghasil berbagai macam komoditas perkebunan seperti rempah-rempah, kopi, lada dll. Maka,  sudah sewajarnya kita punya lembaga semacam ini, tegas Dirjen. Pekebun-pekebun Indonesia,  baik dia bekerja pada perusahaan-perusahaan perkebunan besar maupun secara individual dikenal sebagai planters-planters yang tekun dan tangguh. Inilah sebagai modal dasar yang sangat berharga untuk mengelola dan mengembangkan sumberdaya perkebunan sebagai  kemakmuran bangsa, tambah Dirjen

Ke depan, peranan perkebunan semakin penting. Tidak hanya sebagai sumber pendapatan negara, sumber pendapatan masyarakat, penyediaan bahan baku industri, pengembangan wilayah dan pelestarian fungsi lingkungan, tapi juga sebagai sumber energi.

Berdirinya Masyarakat Planters Indonesia merupakan sarana dan forum untuk pengembangan standard an kompetensi planters melalui sertifikasi kompetensi menuju suatu Standar Profesi Planters. Planters yang mempunyai standar profesi merupakan SDM Perkebunan yang sangat dibutuhkan untuk pengembangan dan peningkatan produktivitas perkebunan. SDM Perkebunan memiliki cirri dan karakter khas, tidak sama dengan Sarjana Pertanian umumnya. Untuk masuk ke pasar tenaga kerja perkebunan, mereka harus mempunyai kopetestensi dan sertifikasi planters.

Terkait denganm kebutuhan dan ketersediaan SDM Perkebunan diperlukan informasi antara penngguna dan penyedia SDM. Oleh sebab itu, berdirinya MPI dan Bursa SDM Perkebunan on-line sangat relevan dan sinergisitas dalam rangka menggerakan pembangunan perkebunan.  Bursa SDM on-line yang akan dioperasionalkan oleh INSTIPER-Yogyakarta akan memberi manfaat penting. Disamping akan menjadi pasar tenaga kerja,  juga merupakan titik temu dan titik bagi antara penyedia dan pengguna tenaga kerja. Tentunya, dengan adanya SDM on-line ini akan memudahkan para penyedia dan pengguna untuk memperoleh informasi. Yang penting pengelola SDM on-line ini selalu meng-update ketersediaan dan kebutuhan SDM terkini. Tanpa adanya pengelolaan yang baik dan penyediaan data terkini  kurang memberikan manfaat, pesan Dirjenbun  kepada pengelola Bursa SDM ini. (e&p-djbun)

Bagikan Artikel Ini  

Hari Perkebunan ke 52, Melakukan Penghijauan dan Rehabilitasi Lahan Marginal.

Diposting     Senin, 14 Desember 2009 12:12 pm    Oleh    ditjenbun



SLEMAN-YOGYAKARTA-Sesuai tema hari perkebunan 2009  yaitu ”Pembangunan Perkebunan Berkelanjutan untuk Kesejahteraan dan Kemakmuran  Bangsa”, panitia pusat peringatan hari perkebunan 2009 Direktorat Jenderal Perkebunan, telah  melakukan salah satu kegiatan yaitu  ”Penghijauan dan Rehabilitasi Lahan Marginal” . Kegiatan ini bertujuan untuk menggugah dan memotivasi masyarakat perkebunan untuk menanam tanaman perkebunan sebagai tanaman penghijauan. Kegiatan ini  juga bertujuan untuk mensukseskan program pemerintah yang telah dicanangkan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono tahun lalu  yaitu ”ONE MAN ONE TREE’ .


Kegiatan penghijau di lahan marginal dengan tanaman perkebunan  tanggal 9 Desember 2009  dipusatkan di Komplek Musium Gunung Merapi, Desa Margoharjo, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Propinsi DI Yogyakarta.  Kegiatan ini dintandai  dengan penyerahan bibit tanaman perkebunan (kakao, jambu mete, aren dan kemiri sunan) kepada perwakilan petani dari 4 kabupaten di propinsi DIY yaitu Kabupaten Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul.  Kemudian diikuti dengan penanaman tanaman di areal sekitar Musium gunung Merapi secara simbolis  oleh Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi DIY, Rektor INSTIPER (Institut Pertanian ) Yogyakarta dan direktur LPP Yogyakarta, pejabat Pemerintah Kecamatan Pakem dan Tokoh Masyarakat Kabupaten Sleman. Kegiatan penghijauan ini juga dilakukan di berbgai daerah oleh dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten, serta petani-pekebunan di pelosok daerah.

Dirjen Perkebunan dalam sambutannya mengharapkan seluruh masyarakat perkebunan terutama petani-pekebun di pelosok-pelosok nusantara untuk melaksanakan kegiatan penghijauan ini dengan menanam tanaman perkebunan, walaupun hanya satu pohon, ujar Dirjen. Dengan jumlah petani-pekebun Indonesia sekitar 19,5 juta KK, maka sudah bisa ditanam  sekitar 19,5 juta pohon.  Ini jumlah yang cukup besar dalam upaya dan konribusi kita dan masyarakat perkebunan untuk mengatasi pemanasan global dan pelestarian lingkungan, tambah Dirjen.

Untuk menggelorakan semangat penghijauan ini di daerah,  Direktorat Jenderal Perkebunan telah memberikan bantuan benih tanaman penutup tanah yaitu tanamanMucuna bracteata kepada 32 (tiga puluh dua) Kepala Dinas Perkebunan/Kepala Dinas yang membidangi perkebunan propinsi pada acara puncak Hari Perkebunan ke 52 tanggal 10 Desember 2009 di kampus INSTIPER Yogyakarta. Jenis tanaman  ini adalah berupa varietas  baru yang lebih unggul dalam kemampuannya sebagai penutup tanah dan sebagai penambah unsur hara tanah. Dirjen mengharapkan tanaman ini dapat disosialisasikan dan disebarkan kepada petani-pekebun di daerah (e&p-djbun)


Bagikan Artikel Ini  

Hari Perkebunan 10 Desember, Merajut Sejarah Panjang Perkebunan Indonesia.

Diposting     Kamis, 10 Desember 2009 12:12 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA-Penetapan Hari Perkebunan tanggal 10 Desember menurut Direktur Jenderal Perkebunan, Achmad Mangga Barani adalah untuk merajut kembali perjalanan panjang sejarah perkebunan Indonesia.  Indonesia merupakan negara dan bangsa  di khatulistiwa yang sejak dahulu kala telah dikenal oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Kekayaan sumber daya alam dengan keragamannya, kebesaran serta kemuliaan budayanya telah menjadi sumber utama pendapatan dan penghidupan bangsa, jelas Dirjen pada acara konferensi pers, Jum’at (4/14) di kantor Ditjen Perkebunan, Jakarta.

Kepada hampir 50 wartawan media cetak dan elektronik yang hadir, Dirjen lebih lanjut menjelaskan bahwa peringatan hari perkebunan ke 52 tahun 2009 adalah untuk menggugah terutama generasi muda dan generasi yang akan datang untuk  memahami betapa besarnya potensi perkebunan yang kita miliki dan meraka diharapkan tertarik   mengelola potensi tersebut untuk kemakmuran bangsa ini, tegas Dirjen. Sebab, jika generasi muda kita tidak peduli dan acuh terhadap potensi perkebunan ini, maka akan datang  investor/pengusaha  dari luar. Inilah yang kita khawatirkan di era globalisasi ini, Dengan keterbukaan perdagangan dunia saat ini, generasi muda kita harus  siap mengelola  suberdaya perkebunan Indonesia dan juga siap bersaing dengan pengusaha-pengusaha lainnya di dunia. Nah…. melalui hari perkebunan, yang kita diperingati setiap tahun merupakan  upaya yang terus terus kita lakukan, agar generasi muda kita semakin mengenal dan semakin tertarik untuk menerjuni usaha perkebunan, tambah Dirjen.

Dari catatan sejarah, nilai ekonomi komoditi perkebunan yang tinggi pada jaman dahulu, khususnya rempah-rempah telah menarik minat pedagang-pedagang besar seperti dari India, Persia, Belanda, Inggris, Portugis dan lain-lainnya datang menempuh perjalanan  yang jauh dan penuh tantangan. Kemewahan rempah-rempah ini pula yang menjadi alasan utama bangsa Belanda   memonopoli perdagangan di sentra penghasil komoditi, bahkan kemudian melakukan penjajahan demi keberlangsungan  perdagangan yang menjadi sumber     penghasilan utama negara penjajah.

Produksi beberapa komoditas perkebunan dan devisa yang dihasilkan cukup tinggi. Tahun 2008  memperoleh devisa sebesar US$ 24,5 milyar  dan tahun 2009 diperkirakan meningkat menjadi US$26,5 milyar. Sementara itu, jumlah petani-pekebun yang mengelola usaha berbagai jenis komoditas tahun 2009 sebanyak 19,70 juta KK. Hal ini membuktikan bahwa sektor perkebunan menjadi salah satu penopang ekonomi rakyat. Perkebunan juga mampu menghadapi berbagai krisis ekonomi seperti yang terjadi pada tahun 1997/98 dan tahun 2008. Sektor ini juga memberikan kontribusi  dalam mengatasi  berbagai masalah nasional seperti  penyediaan lapangang kerja dan penanggulangan kemiskinan.

                      Tabel. Perkembangan luas perkebunan Indonesia

                                      Tahun 2005-2009 (dalam Ha)

 

Komoditas

2005

2006

2007

2008

2009

K. Sawit

5.453.817

6.594.914

6.766.836

7.007.876

7.321.897

Kelapa

3.803.614

3.788.892

3.795.037

3.798.338

3.800.846

Karet

3.279.391

3.346.427

3.413.717

3.469.960

3.524.583

Kakao

1.167.046

1.320.820

1.379.279

1.473.259

1.592.982

Kopi

1.255.272

1.308.732

1.295.912

1.302.893

1.309.184

Tebu

381.786

396.441

427.799

442.151

480.148

Jambu Mete

579.650

569.197

570.677

569.677

566.394

Cengkeh

448.857

444.658

453.292

457.172

460.186

Teh

139.121

135.590

133.734

129.336

129.599

Tembakau

198.212

172.234

198.054

203.627

212.698

Kapas

5.982

6.263

13.737

16.601

20.000

Lada

191.992

192.604

189.054

190.777

191.612

Jumlah

16.904.740

18.276.772

18.636.859

19.061.666

19.610.129

                  Sumber : Ditjen Perkebunan, 2009

 

                Tabel. Perkembangan produksi perkebunan Indonesia

                                    Tahun 2005-2009 (dalam ton)

 

Komoditas

2005

2006

2007

2008

2009

K. Sawit

11.861.615

17.350.848

17.664.725

18.089.503

19.440.292

Kelapa

3.096.844

3.131.158

3.199.662

3.247.077

3.257.773

Karet

2.270.891

2.637.231

2.755.172

2.921.872

3.040.110

Kakao

748.828

769.386

740.006

792.761

849.875

Kopi

640.365

682.158

676.475

682.938

689.057

Tebu

2.241.742

2.307.027

2.623.786

2.703.975

2.954.095

Jambu Mete

135.070

149.138

146.148

142.536

133.282

Cengkeh

78.350

61.408

80.404

80.929

82.543

Teh

166.091

146.858

150.623

148.315

151.617

Tembakau

153.470

146.265

164.851

169.668

172.701

Kapas

2.241

1.627

12.768

20.523

24.725

Lada

78.328

77.533

74.131

79.726

81.662

Jumlah

21.473.835

27.460.637

28.288.751

29.176.793

31.260.190

                              Sumber : Ditjen Perkebunan, 2009

Terkait dengan peranan perkebunan ke depan, maka tema hari perkebunan tahun 2009 adalah “Membangun Perkebunan Berkelanjutan Untuk Kesejahteraan dan Kemakmuran Bangsa”. Melalui tema ini  diharapkan akan terbangun suatu komitmen bersama dari seluruh stakeholder perkebunan untuk mengembangkan perkebunan yang berkelanjutan untuk kesejahteraan dan kemakmuran bangsa.  Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai upaya pengelolaan sumberdaya dan usaha perkebunan melalui penerapan teknologi  dan kelembagaan secara berkesinambungan bagi generasi kini dan masa depan.

Organisasi profesi, asosiasi, perusahaan-perusahaan di bidang perkebunan, diharapkan dapat berperan sebagai pelopor dan penggerak petani perkebunan, kelompok petani perkebunan dan kontak petani perkebunan andalan untuk turut berpartisipasi aktif dalam memperingati Hari Perkebunan dan  mengisi kegiatan Pekan Perkebunan. Sementara, panitia nasional  peringatan hari perkebunan yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Perkebunan bersama instansi terkait akan menyelenggarakan Pekan Perkebunan yang dipusatkan di Yogyakarta dengan berbagai kegiatan (e&p-djbun)

Kegiatan Hari Perkebunan Indonesia 2009

o Kegiatan Waktu Pelaksanaan Tempat Peserta
1

 

Konferensi Pers 04 Des 09 Kantor Ditjenbun  Media Cetak/

Elektronik /Forwatan

2 Publikasi di media cetak dan elektronik 03 Des 09 Jakarta Mass Media
3

 

Olahraga

–           Charity Plantion Golf Turnament

–           Pertandingan Tenis

–           Pertandingan Bulutangkis antar Es I Deptan

 

12 Des 09

04-05 Des 09

24 Des 09

 

Padang Golf Merapi-Yogyakarta.

Lap.Tenis Tan.Pangan dan Deptan-Jkt.

GOR-Ragunan

 

Instansi pemerintah, PBN,PBS&Asosiasi

Antar instansi lingkup Deptan, PBN dan PBS

Tim Es I Deptan

4

 

 

 

 

 

 

Bhakti Sosial

–           Bantuan Benih/Penghijauan Dalam Rangka Pencanangan Penanaman Tanaman Perkebunan di Lahan Kritis.

–           Bantuan kpd Yatim Piatu

–           Bantuan Biaya Penelitian utk Mahasiswa INSTIPER Yogyakarta

–           Santunan kepada Anak Yatim

09 Des 09

09 Des 09

10 Des 09

10 Des 09

 

 

Yogyakarta

Yogyakarta

Yogyakarta

Sleman-DIY

 

 

Masyarakat perkebunan

 

 

 

5 Dialog Interaktif di Televisi 09 Des 09 Jakarta TVRI &Swasta
6 Workshop/Lokakarya dengan Keynote Speech Menteri Pertanian.

–           Rencana Strategis Pergulaan Nasional.

–           Membangun Sistem Pengembangan Kelapa Sawit Berkelanjutan di Indonesia

11 Des 09 LPP-Yogyakarta Pelaku Usaha Perkebunan, Dinas/Instansi terkait & Asosiasi
7 Pameran Perkebunan 10-11 Des 09 INSTIPER-Yogyakarta Instansi terkait & Swasta
8 Acara Puncak Hari Perkebunan 10 Des 09 INSTIPER-Yogyakarta Pejabat pemerintah pusat&daerah, PBN,PBS,Asosiasi dan Masyarakat Perkebunan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Bagikan Artikel Ini  

Hari Perkebunan ke 52 Memperebutkan “Plantation Cup 2009” .

Diposting     Rabu, 09 Desember 2009 12:12 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA-Hari Perkebunan ke 52,  tanggal 10 Desember  2009, dimeriahkan dengan berbagai pertandingan olah raga memperebutkan“Plantation Cup 2009. Untuk olah raga tenis lapangan, Jum’at  (4/12) telah dimulai pertandingan  di lapangan tenis Dep. Pertanian, Ragunan,Jakarta. Pertandingan ini diikuti oleh club tenis dari Ditjen Perkebunan, perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) yaitu dari PT.PN VII, VIII dan XIII. Sedangkan dari Perkebunan Besar Swasta (PBS)  adalah Sinar Mas dan PT. Mitra Ogan.

Dirjen Perkebunan,  Achmad Mangga Barani ketika membuka pertandingan meyampaikan terima kasih kepada para peserta. Walaupun peserta belum begitu banyak, tapi Dirjen cukup bangga, karena untuk pertama kalinya Plantation Cup 2009 ini diadakan telah ikut berpartisipasi beberapa club tenis. Dirjen memaklumi, karena  menjelang akhir tahun ini banyak kesibukan dari setiap instansi. Mudah-mudahan, tahun-tahun akan datang banyak peserta, bukan hanya dari kalangan perusahaan dan instansi pemerintah, tapi juga dari kelompok-kelompok petani-pekebun, harapan Dirjen.
Dirjen menjelaskan bahwa Platation Cup adalah salah satu kegiatan Pekan Perkebunan, dalam rangka memperingati Hari Perkebunan ke 52, tahun 2009. Menurut Dirjen, acara puncak hari perkebunan tahun 2009 dilaksanakan di Yogyakarta tanggal 10 Desembar 2009. Sedangkan Pekan Perkebunan ini  diisi dengan berbagai kegiatan baik di pusat maupun daerah antara lain bhkati social, santunan   untuk anak yatim, penanaman dan bantuan bibit tanaman perkebunan di Sleman-DIY dan bantuan biaya penelitian untuk mahasiswa Instiper-Yogyakarta.
Dirjen Perkebunan mengharapakan, melalui berbagai kegiatan tersebut seperti pertandingan olah raga tenis ini akan dapat terjalin silaturahmi dan komunikasi sesama  masyarakat perkebunan. Melalui peringatan hari perkebunan yang akan diselenggarakan setiap tahun, diharapkan masyarakat dapat mewujudkan visi pembangunan perkebunan. Visi perkebunan menurut Dirjen adalah  perkebunan untuk kesejahteraan dan kemakmuran  bangsa.
Pekan perkebunan yang akan berlangsung dari tanggal 7 s/d 12 Desember akan mengikut sertakan berbagai lapisan masyarakat perkebunan, mulai dari petani, asosiasi, pengusaha, organisasi profesi dan pemerhati perkebunan. Melalui pekan perkebunan akan terbangun kebersamaan antar pelaku usaha perkebunan, sehingga kegiatan pembangunan perkebunan dapat terlaksana dengan baik dan lancar, jelas Dirjen. Sementara itu, menurut Yanuar Arianto STP, panitia pertandingan,  disamping memperebutkan piala Plantation Cup,  juga disediakan hadiah berupa uang pembinaan kepada para pemenang.
Dari hasil pertandingan yang berlangsung sampai Sabtu (5/12) sore, telah keluar sebagai juara I tim tenis Ditjenbun I,   juara II  tim tenis PT.PN VIII dan juara III tim tenis Ditjenbun II dan tim tenis PT.PN XII.
Ketua Panitia Hari Perkebunan Tingkat Nasional, Ir. Mukti Sarjono, MSc, ketika  menutup turnamen tenis ini, mengucapkan selamat kepada para pemenang dan menyerahkan piala Plantation Cup beserta uang pembinaan, masing-masing untuk juara I  sebesar Rp 5 juta dan  juara II sebesar Rp 4 juta. Dalam acara ini, Direktur Perlindungan Perkebunan, Herdradjat menyerahkan piala Plantation Cup untuk juara III. Pemenang juara III ada dua tim yaitu tim Ditjenbun II dan PT.PN XIII, kedua tim, disamping  mendapat piala juga mendapat uang pembinaan sebesar Rp 2,5 juta

Bagikan Artikel Ini