KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pengendalian Penyakit Gugur Daun Karet Demi Menjaga Produktivitas Karet

Diposting     Jumat, 29 September 2023 10:09 am    Oleh    perlindungan



Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan andalan dalam perdagangan dan merupakan sumber penerimaan devisa negara yang cukup penting selama dekade terakhir ini. Indonesia memiliki luas areal perkebunan karet nomor 1 di seluruh dunia, yaitu 3.776.485 ha yang dikelola oleh rakyat sebesar 90,91 %. Dibandingkan dengan negara-negara kompetitor penghasil karet yang lain, Indonesia memiliki produksi yang masih rendah, yaitu 3.045.314 ton atau produktivitas karet sebesar 1.015 kg/ha pada tahun 2021. Produktivitas karet sangat dipengaruhi oleh teknik budi daya yang diterapkan. Pemeliharaan tanaman karet merupakan salah satu kegiatan budi daya yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman karet. Salah satu aspek pemeliharaan tanaman yang perlu diperhatikan dalam kegiatan budi daya karet adalah pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang terdiri dari hama, penyakit dan gulma. Salah satu penyakit utama pada budi daya tanaman karet selama 5 tahun terakhir ini yang belum tuntas penanganannya adalah penyakit Gugur Daun Karet (GDK). Berdasarkan laporan data serangan OPT pada aplikasi Sistem Pelaporan dan Rekapitulasi Data OPT Berbasis Daring (online)/Sipereda, data serangan 5 tahun terakhir tampak pada Grafik 1.

Grafik 1. Luas serangan penyakit GDK Pestalotiopsis sp. di Indonesia tahun 2019-2023

Penyakit GDK yang sering menyerang tanaman karet disebabkan oleh beberapa jenis jamur, yaitu: jamur Colletotrichum gloeosporioides, Corynespora cassiicola, Oidium heveae, Fusicoccum sp., dan Pestalotiopsis sp. Tanaman karet yang terkena penyakit GDK akan mengalami kerusakan pada daun, yang kemudian rontok secara bersamaan. Jika tidak ditangani, tanaman akan meranggas dan dapat menyebabkan penurunan produksi getah hingga 40%.Tingginya serangan penyakit GDK terutama yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp. dan minimnya tindakan pengendalian yang dilakukan oleh pekebun/kelompok tani menyebabkan produksi karet makin menurun dan pendapatan pekebun berkurang. Penyakit GDK akibat jamur Pestalotiopsis sp. tersebar di Provinsi Aceh, Bengkulu, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kepulauan Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara.

Kegiatan dalam upaya menurunkan serangan OPT antara lain penanganan OPT dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Penanganan OPT tersebut harus didukung dengan peran aktif, kesadaran, dan kemauan masyarakat. Konsep PHT menggunakan pendekatan komprehensif dan menekankan pada ekosistem yang ada dalam lingkungan tertentu, serta mengintegrasikan berbagai teknik pengendalian yang kompatibel. Untuk mengendalikan OPT, pekebun masih memerlukan bantuan sehingga pemerintah memberikan bantuan pengendalian OPT sebagai trigger yang dapat ditiru oleh pekebun, sehingga pengendalian dapat dilakukan secara masif. Salah satu upaya untuk mengurangi kehilangan hasil karet pekebun akibat serangan OPT tersebut, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Perlindungan Perkebunan telah mengalokasikan anggaran pada tahun 2020 hingga 2023 melalui Tugas Pembantuan (TP Provinsi) untuk kegiatan pengendalian OPT tanaman karet. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu dan mendorong petani dalam melakukan pengendalian OPT secara mandiri pada pusat – pusat serangan agar serangan OPT terkendali dan tidak meluas pada areal tanaman lainnya.

Grafik 2. Luas pengendalian OPT utama karet pada tahun 2020-2023

Kegiatan pengendalian OPT ini dilakukan dengan pola padat karya yang melibatkan petani, petugas pengamat OPT, pegawai Dinas Perkebunan, dan petugas Brigade Proteksi Tanaman (BPT). Pada kegiatan pengendalian OPT tanaman karet, pekebun didampingi oleh petugas lapangan melakukan pengamatan di kebun sehingga dapat mengetahui jenis OPT yang menyerang tanaman karet dan cara pengendaliannya. Teknologi pengendalian penyakit GDK yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp. yang dapat diterapkan oleh pekebun adalah sebagai berikut:

1. Melakukan sanitasi kebun dengan mengumpulkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman sakit yang dapat menjadi sumber serangan.

2. Pemupukan tanaman secara teratur sesuai dosis anjuran dan ekstra 25% N.

Tabel 1. Rekomendasi umum pemupukan pada TBM
Tabel 2. Rekomendasi umum pemupukan pada TM

3. Peremajaan kebun yang terserang berat.

4. Kimiawi dengan aplikasi fungisida berbahan aktif metil thiophanat, propiconazol atau heksaconazol berdasarkan rekomendasi dari Pusat Penelitian Karet. Berikut aplikasi fungisida untuk setiap bahan aktif:

  • Aplikasi fungisida berbahan aktif metil thiophanat dengan dosis 2 ml/l air pada daun yang gugur di permukaan tanah untuk mengendalikan spora jamur Pestalotiopsis sp. Aplikasi dengan menggunakan knapsack sprayer atau mist blower denganinterval aplikasi dua kali, yaitu: pada saat setelah gugur akibat penyakit dan setelah gugur daun alami.
  • Aplikasi fungisida berbahan aktif propikonazol atau heksakonazol dengan dosis 5 ml/l air pada tajuk tanaman dengan menggunakan mist blower atau power sprayer dan dibutuhkan suspensi sebanyak 400-500 l/ha.   

Penyemprotan dilakukan pada saat pembentukan daun baru setelah masa gugur daun, yaitu saat terbentuk 10 – 15 % daun muda (berwarna coklat) dan penyemprotan diulang pada 2 – 2,5 bulan setelah penyemprotan pertama.

Gambar 3. Aplikasi fungisida dengan power sprayer pada tanaman karet

Aplikasi fungisida dengan cara fogging dan spraying ke bagian tajuk tanaman. Jika dipilih cara fogging disarankan juga spraying fungisida di bagian bawah gawangan lahan/ groundcover. Pengendalian penyakit GDK dengan fungisida akan efektif apabila dilaksanakan pada saat flush baru akan mekar. 

  • Aplikasi dengan cara fogging menggunakan dosis fungisida yaitu 500 ml bahan aktif + 4 l solar + 1 l air + 100 ml agristik (emulgator).
Gambar 4. Aplikasi fungisida; (a) dengan cara fogging dan (b) pada gawangan dengan knapsack

Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan telah melakukan kebijakan untuk penanganan serangan OPT utama pada tanaman karet, di antaranya:

  1. Sosialisasi dan melakukan gerakan pengendalian penyakit GDK yang terjadi beberapa kali dengan mengaplikasikan fungisida berbahan aktif heksakonazol menggunakan alat power sprayer dan fogger pada Februari 2018.
  2. Berkoordinasi dengan Pusat Penelitian Karet Sembawa terkait penyebab penyakit, data serangan, dan upaya pengendalian.
  3. Melakukan Focus Group Discussion (FGD) penanganan OPT utama pada tanaman karet di Bogor yang dihadiri oleh Dinas Provinsi sentra karet, Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Karet, dan Perguruan Tinggi.
  4. Kegiatan penerapan PHT seluas 150 ha dan pengendalian OPT pada tanaman karet (penyakit Jamur Akar Putih/JAP dan GDK) seluas 450 ha di Provinsi Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, dan Kalimantan Selatan.
  5. Pengamatan rutin dan surveilans di Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung.
  6. Memantau data serangan OPT pada sentra karet di Indonesia melalui aplikasi Sistem Pelaporan dan Rekapitulasi Data OPT Berbasis Daring (online)/Sipereda.
  7. Bimbingan teknis penanganan OPT tanaman karet di Puslit Karet Sembawa pada Februari 2020.
  8. Alokasi pestisida kimiawi untuk pengendalian penyakit GDK yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis sp. pada kegiatan Brigade Proteksi Tanaman (BPT) di 6 provinsi (Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan).
  9. Mengkoordinasikan ke seluruh dinas provinsi sentra penghasil karet untuk melakukan pengamatan dan pengendalian terhadap penyakit GDK.

Penulis : Yuni Astuti dan Ratri Wibawanti

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Yuni A dan Nur I. 2019. Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Karet (Revisi I). Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2023. Petunjuk Teknis Area Penanganan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Perkebunan Tahun 2023 . Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Fairuzah, Z. 2019. Insiden Penyakit Gugur Daun Tanaman Karet di Indonesia. Balai Penelitian Sungai Putih. Pusat Penelitian Karet. Medan.

Pusat Penelitian Karet. 2019. Outbreak Penyakit Gugur Daun Pestalotiopsis. Riset Perkebunan Nusantara. Bogor.

Tim Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2017. Instruksi Kerja Pengamatan dan Pengendalian OPT Penting Tanaman Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.


Bagikan Artikel Ini  

Anjuran Pemupukan Tanaman Karet Dalam Upaya Peningkatan Produksi dan Mutu Untuk Mendorong Keberhasilan Hilirisasi Karet di Indonesia

Diposting     Jumat, 09 September 2022 08:09 am    Oleh    perlindungan



Karet merupakan salah satu komoditi perkebunan yang sangat penting peranannya, baik sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja, dan sumber devisa negara. Indonesia merupakan negara dengan luas areal perkebunan karet terbesar di dunia, yaitu seluas 3,6 juta ha dengan produksi 3,3 juta ton pada tahun 2019. Sedangkan Thailand memiliki luas areal perkebunan karet seluas 3,5 juta ha dengan produksi sebesar 4,9 juta ton. Produktivitas karet Indonesia yang tercatat sebesar 1.025 kg/ha berada di bawah produktivitas Thailand yang mencapai 1.379 kg/ha. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan karet yang luas ini tidak diimbangi dengan produktivitas yang baik, terlebih luas areal perkebunan karet Indonesia tersebut sebesar 88,93% dikelola oleh rakyat secara konvensional. Sehingga masih memerlukan, pembinaan terhadap perkebunan rakyat agar dapat meningkatkan produktivitas karet. Selain itu juga perlu mendorong pertumbuhan hilirisasi produk lateks untuk menjadi produk karet hilir yang bernilai tambah tinggi. Keberhasilan hilirisasi produk karet dapat mengangkat pekebun karet dari kemiskinan karena keberhasilan hilirisasi karet akan berimplikasi positif pada stabilitas harga yang menguntungkan bagi pekebun.

Pada tahun 2019 produksi karet nasional menyumbang devisa negara sebesar 2,32 milyar US$ atau 65,84%. Devisa tersebut diperoleh karena sebagian besar produksi karet nasional diekspor ke Amerika Serikat, Jepang, China, India dan Korea Selatan dalam bentuk karet mentah, sedangkan sisanya sebanyak 20% diolah di dalam negeri menjadi produk-produk jadi. Selain menguntungkan negara, perkebunan karet ini melibatkan pekebun sebanyak 2,07 juta KK dan menyerap ± 60.000 tenaga kerja di sekitar 163 industri karet alam. Dengan demikian hal tersebut merupakan peluang bagi industri karet nasional untuk terus berproduksi maksimal agar pendapatan pekebun meningkat karena merekalah yang telah memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan devisa negara.

Peningkatan produktivitas tanaman karet sangat perlu dilakukan, melihat prospek dan pengembangan agribisnis karet sangat bagus. Salah satu langkah yang perlu dilakukan dalam peningkatan produktivitas tanaman karet adalah menerapkan praktek budi daya (Good Agricultural Practices) tanaman karet yang baik, terutama pada kegiatan pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan tanaman karet melalui pemupukan merupakan salah satu langkah penting yang harus dilakukan untuk mencapai produktivitas optimal. Akhir-akhir ini ketersediaan pupuk yang terbatas dan harga yang terus meningkat menyebabkan kegiatan pemupukan sering tertunda. Harga pupuk yang terus meningkat dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti peningkatan permintaan pupuk, naiknya harga bahan baku yang masih impor dan biaya transportasi. Selain kendala faktor eksternal tersebut, faktor internal dari pengusaha perkebunan karet juga mengharuskan peningkatan efisiensi karena harga karet yang rendah, sehingga terjadi penurunan daya beli. Akibat rendahnya harga karet tahun 2014-2018 menyebabkan banyak perusahaan perkebunan karet yang mengurangi dosis pemupukan dari dosis anjuran dan bahkan ada yang meniadakan kegiatan pemupukan. Pemupukan yang tidak tepat merupakan salah satu penyebab terlambatnya matang sadap dan rendahnya produktivitas tanaman karet. Oleh karena itu perlu strategi dalam upaya peningkatan efisiensi pemupukan pada tanaman karet.

Pemberian pupuk pada tanaman karet bertujuan untuk mempertahankan kesuburan dan menjaga kelestarian tanah, menjaga keseimbangan hara tanah dan tanaman, mempercepat pertumbuhan tanaman, meningkatkan produksi getah karet 10-33%, serta meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Pemupukan tanaman karet dilakukan sejak penanaman bibit hingga tanaman berumur >25 tahun sampai 2 tahun sebelum peremajaan. Selain itu, sebelum melakukan pemupukan sebaiknya gulma dibersihkan terlebih dahulu agar pemberian pupuk efektif. Pada tanaman karet yang dipacu pengeluaran getahnya menggunakan hormon dianjurkan memberikan pemupukan ekstra disamping pemupukan yang umum dilakukan. Sebab pemberian hormon tersebut akan meningkatkan penyerapan hara dari tanah oleh perakaran tanaman karet.

Dalam rangka pencapaian efisiensi pemupukan, maka dosis rekomendasi pemupukan harus mempertimbangkan kandungan hara tanah sehubungan dengan kapasitas tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman. Selain itu, faktor lingkungan seperti kondisi gulma yang mempengaruhi efisiensi pemupukan, dan kebutuhan tanaman akan unsur hara sesuai dengan umur, produksi, dan kesehatan tanaman. Oleh karena itu, perlu dilakukan Analisa tanah dan daun tanaman pada luasan tertentu yang sering disebut Leaf Sampling Unit (LSU).

Pemupukan di perkebunan karet umumnya menggunakan pupuk tunggal. Sementara efisiensi pemupukan menggunakan pupuk tunggal masih rendah. Hal ini dikarenakan pupuk tunggal seperti Urea dan KCl rentan terhadap pencucian (leaching) dan penguapan (volatilisasi). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemupukan yaitu dengan menggunakan pupuk majemuk dengan tambahan Slow Release Fertilizer (SRF). Salah satu jenis pupuk majemuk SRF yang digunakan di perkebunan karet adalah pupuk NPK tablet. Selain itu penggunaan pupuk hayati mempunyai peranan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik, sehingga pencemaran lingkungan dapat dikurangi. Pupuk hayati (biofertilizer) mengandung mikroba yang mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kelarutan hara dalam tanah yang dapat digunakan untuk semua jenis tanaman. Mikroba (bakteri dan jamur) yang umum digunakan sebagai bahan aktif adalah bakteri penambat nitrogen, Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dan mikoriza.

Pemupukan akan efektif, apabila sifat pupuk yang diberikan dapat menambah atau melengkapi unsur hara yang tersedia di dalam tanah. Respon tanaman karet terhadap pemupukan tergantung dari status hara tanaman. Pada tanaman karet yang sangat kekurangan hara, pemupukan dapat meningkatkan produksi hingga 50%. Keberhasilan pemupukan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: dosis pupuk, jenis pupuk, waktu dan frekuensi pemupukan, cara pemupukan dan pengendalian gulma.

Rekomendasi pemupukan di pembibitan

Rekomendasi pemupukan di polybag, ukuran 40×25 cm

Rekomendasi pemupukan pada kebun entres

Rekomendasi pemupukan pada tanaman belum menghasilkan

Rekomendasi pemupukan pada tanaman menghasilkan

Lokasi pemberian pupuk

Cara pemberian pupuk

Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan daun. Pemupukan melalui tanah umumnya diberikan dalam bentuk butiran, tablet atau larutan, sedangkan melalui daun biasanya dalam bentuk larutan. Pemupukan melalui daun biasanya hanya dilakukan di pembibitan. Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

  1. Langsung ditabur di atas permukaan tanah di bawah tajuk tanaman setelah tanahnya dicangkul ringan.
  2. Pupuk dibenam di beberapa tempat di sekitar tanaman.
  3. Pupuk dibenam di dalam alur atau parit dangkal di sekitar tanaman atau memanjang sepanjang barisan tanaman.

Penulis: Ratri Wibawanti, Yuni Astuti, Andi Asjayani

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Saptabina Usaha Tani Karet Rakyat. Pusat Penelitian Karet. Balai Penelitian Sembawa. Sumatera Selatan.

Anonim. 2020. Potensi Besar Industri Karet diIndonesia. Dikutip dari https://www.kobeglobal.com/potensi-besar-industri-karet-di-indonesia/, dan diakses pada tanggal 22 Agustus 2022.

Gumayanti, F. dan Suwarto. 2016. Pemupukan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Menghasilkan di Kebun Sembawa, Sumatera Selatan. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Dikutip dari https://www.readcube.com/articles/10.29244%2Fagrob.4.2.233-240, dan diakses pada tanggal 22 Agustus 2022.

 Harian Ekonomi Neraca. 2013. Produktivitas Karet Nasional Kalah dari Malaysia dan Thailand. Kementerian Perindustrian. Jakarta. Dikutip dari https://kemenperin.go.id/artikel/7341/Produktivitas-Karet-Nasional-Kalah-dari-Malaysia-dan-Thailand, dan diakses pada tanggal 22 Agustus 2022.

Saputra, J. 2018. Strategi Pemupukan Tanaman Karet dalam Menghadapi Harga Karet yang Rendah. Balai Penelitian Sembawa. Pusat Penelitian Karet. Palembang Dikutip dari https://www.researchgate.net/publication/ 330362856_STRATEGI_PEMUPUKAN_TANAMAN_KARET_DALAM_MENGHADAPI_HARGA_KARET_YANG_RENDAH, dan diakses pada tanggal           22 Agustus 2022.

Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019 – 2021. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.


Bagikan Artikel Ini  

Pengendalian Penyakit Gugur Daun Karet Berdasarkan Penyebabnya

Diposting     Rabu, 24 Agustus 2022 01:08 pm    Oleh    perlindungan



Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan bahan baku berbagai produk industri dan berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Indonesia memiliki luas areal perkebunan karet peringkat ke-10 di dunia yang terpusat di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Menurut data serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Triwulan I tahun 2022, penyakit gugur daun telah menyerang 105.314,36 hektare perkebunan karet di 10 provinsi Indonesia, salah satunya di Provinsi Sumatera Utara seluas 75.206,06 hektare yang disebabkan oleh Colletotrichum gloesporioidies, Pestalotiopsis sp., dan Oidium heveae.

Gejala serangan penyakit gugur daun beragam dan mempengaruhi pertumbuhan pohon karet serta menurunkan produksi dan kualitas karet. Gejala serangan yang berbeda biasanya diakibatkan oleh serangan OPT yang berbeda, sehingga diperlukan perlakuan yang relatif berbeda dalam pengendaliannya.

Pengetahuan untuk membedakan gejala serangan penyakit gugur daun karet sangat penting dalam pengambilan keputusan cara pengendalian yang tepat. Oleh karena itu, sosialisasi mengenai pengendalian penyakit gugur daun karet berdasarkan penyebabnya perlu disebarluaskan agar petani karet lebih waspada dan segera menangani serta mengendalikan serangan penyakit ini dengan tepat dan mandiri.

Penulis : Riesca Martdiyanti, S.Si, Ratri Wibawanti, SP dan Ir. Andi Asjayani, M.Si.

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Astuti. Y., dan Isnaini N. 2019. Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Tanaman Karet (Revisi I). Direktorat Perlindungan Perkebunan. Jakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Pusat Penelitian Karet. 2020. Penyakit Gugur Daun Pestalotiopsis (PGDP). https://www.puslitkaret.co.id/publikasi/rubber-notes/penyakit-gugur-daun-pestalotiopsis-pgdp/


Bagikan Artikel Ini  

Teknologi Remote Sending Dalam Mendeteksi Kesehatan Tanaman Karet

Diposting     Senin, 29 Maret 2021 09:03 am    Oleh    ditjenbun



Kejadian outbreak  penyakit gugur daun karet (GDK) Pestalotiopsis sp. yang menyerang perkebunan karet di Indonesia 2019 silam tidak luput dari perhatian berbagai pihak. Penyakit yang awal mula dilaporkan terjadi di Malaysia 1975 di kebun pembibitan dan menyerang lagi tahun 2017, terdeteksi di Indonesia pada tahun 2016, tepatnya di Provinsi Sumatera Utara terus menyebar ke Sumatera bagian selatan hingga pada tahun 2019 serangan mencapai 300 ribuan hektar. Sebanyak 85% lahan karet di Indonesia diusahakan oleh rakyat, terbayang betapa hancurnya hati petani karet jika akibat penyakit ini mereka harus kehilangan tidak kurang 30 % produksinya dan otomatis mempengaruhi isi kantong mereka secara drastis.

Dampak nyata dari adanya serangan penyakit Pestalotiopsis sp di sentra-sentra produksi karet di Indonesia telah sangat dirasakan dengan menurunnya produksi di tahun 2019. Ketersediaan bahan olah di lapangan yang menjadi bahan baku bagi industri crumb rubber menjadi semakin langka. Akibatnya volume ekspor karet alam yang menjadi salah satu sumber devisa negara dari sektor non migas mengalami penyusutan yang relatif signifikan. Dalam periode Januari – Mei ekspor karet alam Indonesia mengalami menurunan sebesar 205.407ton dari 1.293.197 ton di tahun 2018 menjadi 1.087789 ton di tahun 2019 atau penurunan sebesar 15,9% (Ditpphbun, 2020). Jika belum ada aksi konkrit dari penanggulangan penyakit ini, penurunan ekspor karet alam Indonesia akan lebih besar lagi dari angka tersebut. Berbagai upaya dan langkah dilakukan untuk menyelamatkan produksi karet Indonesia, selain langkah teknis pengendalian di lapangan melalui beragai program kegiatan oleh pemerintah pusat/daerah/swadaya masyarakat juga melalui berbagai bentuk kerjasama riset/penelitian dengan berbagai Institusi baik dari dalam maupun dari luar negeri.

PT. Riset Perkebunan Nusantara (RPN) melalui Pusat Penelitian Karet Sembawa serta Balai Penelitian Teknologi Karet yang berkedudukan di Bogor, Jawa Barat dan Universitas Indonesia menggandeng JPP (JICA Partnership Programme) telah membentuk tim yang diketuai oleh Ibu Keiko Mizoe melakukan manajemen pengelolaan penyakit Gugur Daun Karet (GDK) Pestalotiopsis sp. di Indonesia. Tim melakukan survei jarak jauh dari 10 Februari hingga 26 Maret 2021, membahas kerangka kerja Pendekatan Ganda untuk mengelola penyakit GDK Pestalotiopsis ini. Direktorat Perlindungan Perkebunan yang dilibatkan sebagai pihak eksternal yang tergabung dalam Joint Coordination Commitee (JCC) turut mengawasi proyek yang dikategorikan sebagai SATREPS (Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development) ini.

Salah satu ouput dari kerjasama ini yaitu menghasilkan Sistem deteksi area perkebunan karet yang terkena penyakit melalui analisis pencitraan (penginderaan jarak jauh) di perkebunan karet yang dikembangkan menggunakan data yang diperoleh dari satelit buatan dan drone.

Untuk membentuk suatu sistem yang mapan dalam alur kinerja penginderaan jauh ini diperlukan data dasar terkait gejala serangan khas pada daun akibat serangan gugur daun Pestalotiopsis ini. Secara umum, penyakit gugur daun karet disebabkan oleh lebih dari 10 jenis patogen, namun patogen utama yang menyerang pertanaman karet di Indonesia mulai dari terbentuknya daun muda (flush) hingga daun tua diantaranya Oidium sp., Colletotrichum sp., Corynespora sp, Fusicocum sp. dan Pestalotiopsis sp.  Pestalotiopsis sp. cenderung menyerang daun tua dengan menunjukkan gejala (Ditlinbun, 2021) :

  1. Pada daun muda terdapat bintik coklat, kemudian berkembang menjadi bercak coklat tua dan terdapat batas yang jelas antara bagian bercak dan bagian daun yang masih sehat. Daun yang terinfeksi akan gugur sebelum waktunya.
  2. Setelah terjadi gugur daun, daun baru yang terbentuk berukuran lebih kecil dari ukuran daun normal.
  3. Sebagian ranting mati dan tajuk tanaman meranggas serta berkurang lebih dari 50 %.

Teknologi penginderaan jauh adalah teknologi untuk mengumpulkan informasi tentang objek di permukaan bumi yang dilihat berdasarkan perekaman energi gelombang elektromagnetik yang terpantul dan terpancar dari objek. Teknologi ini menggunakan sensor yang dipasang pada wahana satelit di luar angkasa maupun wahana pesawat udara. Selain dapat mengumpulkan informasi dengan cepat, teknologi ini juga memungkinkan pemerolehan cakupan area yang jauh lebih luas. Hasil yang diharapkan dari pencitraan satelit buatan dan drone dengan teknologi penginderaan jarak jauh yaitu (UI, 2021):

  1. Untuk memperoleh gambar dari perkebunan karet mencakup lokasi proyek target yang diperoleh dari satelit buatan dan drone.
  2. Untuk menyiapkan data untuk analisis pencitraan Artificial Intelligence (AI)/Kecerdasan buatan dengan menghubungkan citra yang diperoleh dengan status infeksi di daerah sampling.
  3. Untuk mengukur data yang mencerminkan tingkat infeksi berdasarkan spectral daun, sampah daun/daun yang gugur (Normal Perbedaan Index Vegetasi/NDVI dan indeks reflektansi fotokimia) yang berhubungan dengan penurunan fotosintesis) dengan menggunakan satelit buatan.
  4. Untuk membangun sistem analisis AI pencitraan menggunakan data yang disebutkan di atas
  5. Untuk mengevaluasi kinerja sistem  dengan aplikasi tes analisis pencitraan AI ke wilayah tanaman karet yang terinfeksi dari situs target proyek
  6. Untuk memperoleh foto-foto dan informasi lokasi status infeksi dari petani karet kecil di berbagai bagian di Indonesia memanfaatkan sistem yang ada yang diikuti dengan evaluasi kuantitatif tingkat infeksi dari foto-foto
  7. Untuk membentuk sebuah mekanisme untuk menyediakan informasi tentang penyakit tanaman karet yang dipengaruhi oleh analisis pencitraan dan mengukur informasi mengenai tingkat infeksi dari petani kecil di setiap daerah  di situs web sebagai “system deteksi penyakit pohon karet” interaktif dengan menggunakan manual operasi.

Pada tanggal 26 Maret 2021 telah dilakukan diskusi kesepakatan antara Tim Indonesia mencakup Pusat Penelitian Karet – PT. RPN, dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UI dan Tim Jepang terhadap kontrak kerja sama ini. Untuk langkah awal sistem yang dibangun masih sebatas penginderaan jauh untuk mengetahui kesehatan tanaman karet dengan perolehan data gambar fisik daun, dengan mengambil lokasi sample Musi Banyuasin. Jangka waktu proyek adalah 5 (lima) tahun, sehingga pengembangan sistem akan terus berlangsung hingga diharapkan petani hanya dengan mengirimkan foto daun dengan gejala serangan pada daun dapat diketahui penyebab penyakit dan tingkat keparahan panyakit pada areal tertentu.

Sumber Pustaka:

[DITLINBUN]. Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2021. Penyakit Gugur Daun Karet Pestalotiopsis sp. Website. https://perlindungan.ditjenbun.pertanian.go.id/web/page/title/319979/penyakit-gugur-daun-karet-pestalotiopsis-sp?post_type=informasi. Diakses pada Maret 2021.

[DITPPHBUN]. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan. 2020. Buku Statistik PPHBUN. Jakarta (IDN): Ditjenbun Press.

[UI]. Universitas Indonesia. The Project for the Development of Multiple Technologies for the Prevention and Control of Leaf Fall Disease in Rubber Trees. Paparan disampaikan pada SATREP Meeting UI-IRRI-JICA, 12 Maret 2021.

 

 

Penulis: Farriza Diyasti, SP., MSi,  Rony Novianto, SP., MM.


Bagikan Artikel Ini