KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PESTISIDA NABATI SEBAGAI ALTERNATIF PENGENDALIAN HAMA Ephestia cautella PADA BIJI KAKAO DI GUDANG PENYIMPANAN

Diposting     Selasa, 20 April 2021 10:04 am    Oleh    ditjenbun



Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menjadi andalan ekspor nasional, selain kelapa sawit dan karet. Salah satu standar biji kakao yang diperdagangkan di pasar internasional adalah harus bebas dari serangga hidup dan pathogen lainnya saat pengolahan  maupun penyimpanan. Serangga hama gudang Ephestia cautella Walker. (Lepidoptera: Pyralidae) merupakan salah satu jenis hama yang diketahui merusak biji kakao di gudang penyimpanan.

  1. cautellamerupakan serangga dari Ordo Lepidoptera dengan ciri morfologi pada sayap depan terdapat garis berwarna terang. Setelah kopulasi, ngengat meletakkan telur yang lengket pada biji simpanan. Dalam waktu 3 hari, telur menetas dan memakan biji sehingga menyebabkan biji rusak dan mengeluarkan serbuk bekas gigitan pada biji.
  2. cautella merupakan hama utama di daerah tropis dan daerah beriklim panas. Serangan hama ini dapat menurunkan bobot biji kakao di gudang rata-rata sekitar 10,1%. Serangga ini hidup pada biji kakao dan menyebabkan biji kakao saling berekatan atau menempel. Hal ini tentu saja merusak biji kakao dan mengurangi kualitas biji (Samsudin, 2016).

Hingga kini, metode pengendalian hama di gudang penyimpanan yang paling banyak dilakukan adalah menggunakan insektisida kimia. Insektisida kimia dinilai efektif karena penggunaannya yang mudah dan spektrum daya bunuhnya yang luas. Namun cara tersebut memiliki kekurangan antara lain risiko keamanan pangan (residu kimia), timbulnya resistensi serangga hama gudang terhadap beberapa insektisida, serta pencemaran lingkungan hidup (Kardinan, 2011).

Metode alternatif pengendalian hama selain menggunakan insektisida sangat diperlukan oleh petani. Tuntutan ini mengikuti perkembangan pasar nasional serta internasional yang mempertimbangkan keamanan konsumsi dan kesadaran untuk mengurangi kerusakan lingkungan. Teknologi alternatif yang mempunyai prospek untuk dikembangkan adalah dengan memanfaatkan berbagai senyawa kimia alami yang berasal dari tumbuhan.

Pemanfaatan bahan nabati sebagai penolak serangga (repellent) memiliki prospek yang baik sebagai teknologi alternatif pengganti fumigan kimia (El Saad, 2011). Kelebihan bahan nabati adalah mudah terdegradasi (biodegradable), toksisitas terhadap mamalia rendah, lebih selektif dan dapat berfungsi sebagai repellent, sekaligus efek insektisidal. Beberapa bahan nabati yang dapat diaplikasikan merupakan bahan-bahan yang mudah diperoleh, diantaranya yaitu minyak atsiri Cymbopogon nardus (serai wangi), umbi Alium sativum. (bawang putih), dan biji Azadirachta indica (mimba).

Minyak atsiri serai wangi (Cymbopogon nardus)

Aplikasi minyak atsiri serai wangi (citronella oil) pada tempat pakan hama E. cautella menunjukkan persentase dan kelas repelensi yang tinggi pada konsentrasi 3000 ppm (Hasyim et al. 2014). Cara aplikasinya yaitu dengan mencampurkan minyak atsiri 3 ml/liter air dengan zat perata (SPB-220) sebanyak 30 cc, kemudian diaduk rata. Ketika akan diaplikasikan, larutan tersebut dicampur dengan 15 liter air kedalam handsprayer. Minyak sereh wangi mengandung sitronelal, geraniol, dan sitronelol. Senyawa sitronelal berperan sebagai bahan insektisida yang bekerja sebagai antifeedant dan repellent, demikian halnya dengan sesquiterpen yang diduga dapat memengaruhi perkembangan serangga (Samsudin, Soesanthy, & Syafaruddin, 2016).

Selain bersifat menolak serangga, sitronelal yang terkandung dalam minyak serai wangi dapat bersifat kontak dengan serangga. Mekanisme kerja racun kontak sitronelal adalah menghambat enzim asetilkolinesterase sehingga terjadi fosforilasi asam amino serin pada pusat asteratik enzim bersangkutan. Gejala keracunan pada serangga timbul karena adanya penimbunan asetilkolin yang menyebabkan gangguan sistem saraf pusat, kejang, kelumpuhan pernafasan, dan kematian (Azah et.al., 2001).

Biji mimba (Azadirachta indica)

Biji mimba (A. indica) mengandung senyawa metabolit sekunder dominan, yaitu azadirachtin. Selain bersifat sebagai insektisida, Ekstrak biji mimba juga memiliki sifat sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, maupun akarisida (Eziah, et.al., 2011). Ekstrak biji mimba telah terbukti efektif mengendalikan lebih dari 300 spesies serangga hama, termasuk hama-hama penting tanaman perkebunan, seperti ulat grayak, pengorok daun, kutu daun, dan kutu putih. Cara membuat pestisida nabati biji mimba yaitu dengan mencampur 25-50 g serbuk biji mimba + 1 l air + 1 ml alkohol dan diaduk rata. Kemudian direndam semalam (12 jam). Pengaplikasian ekstrak biji mimba yaitu dicampur dengan 400 l air disemprotkan ke tempat pakan hama E. cautella pada sore hari (Balitkabi, 2009).

Larva E. cautella akan menghindar dari pakan yang sudah diberi perlakuan bahan nabati karena terpengaruh adanya beberapa senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai repellent yaitu alkaloid, saponin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid, dan glikosida (Samsudin, Soesanthy, & Syafaruddin, 2016). Ekstrak biji mimba diketahui mengandung alkaloid, glicosida, terpenoid, steroid, flavonoids dan tannin sehingga berpotensi sebagai repellent dari hama E. cautella  (Susmitha et.al, 2013).

Selain itu, pada uji aktivitas insektisidal, kematian larva E. cautella akibat terpapar bahan nabati ekstrak biji mimba mulai terlihat pada 48 jam setelah pengaplikasian (JSP) dengan gejala tubuhnya lemas dengan warna cerah, kemudian pada 72 JSP warnanya berubah menjadi lebih gelap. Persentase mortalitas larva terhadap aplikasi ekstrak biji mimba nyata lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol, sehingga dinyatakan bersifat insektisidal terhadap larva (Samsudin, Soesanthy, & Syafaruddin, 2016).

Ekstrak umbi bawang putih (Alium sativum)

Umbi bawang putih secara umum digunakan sebagai bumbu masakan. Sementara itu, sudah banyak penelitian yang membuktikan kandungan anti-protozoal, anti-fungal, aktivitas hipoglikemik, anti-karsinogenik, dan aktivitas insektisidal dari tanaman ini (Anwar et.al. 2016). Umbi bawang putih juga dikenal sebagai salah satu pestisida nabati yang digunakan untuk mengendalikan hama tanaman dan juga nematoda patogen (Rahman & Motoyama. 2000). Ekstrak air bawang putih dibuat dengan cara menghaluskan lima buah umbi bawang putih dan dicampurkan dengan 1/2 liter air, kemudian direndam selama enam jam. Untuk pengaplikasian, dilakukan dengan mencampur ekstrak tersebut dengan empat liter air dan semprotkan ke tempat penyimpanan biji kakao (Hasyim et al. 2014).

Hasil pengujian menggunakan metode dua-pilihan (dual-choice tests) menunjukkan bahwa persentase repelensi ekstrak umbi A. sativum terhadap larva E. cautella sangat tinggi, yaitu sebesar 81,33%. Selain itu, hasil uji insektisidal ekstrak bawang putih terhadap larva E. cautella menunjukkan presentasi mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak umbi A. sativum memiliki aktivitas repelensi dan insektisidal yang kuat terhadap larva E. cautella dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan pelindung biji kakao di gudang penyimpanan (Rahman & Motoyama. 2000).

 

DAFTAR PUSTAKA

Abo-El-Saad, M.M., H.A. Elshafie, A.M. Al Ajlan, & I.A. Bou-Khowh. (2011). Non-chemical alternatives to methyl bromide against Ephestia cautella (Lepidoptera: Pyralidae): microwave and ozon. Agric. Biol. J.N. Am., 2(8), 1222–1231.

Anwar, A., Gould, E., Tinson, R., Groom, M., & Hamilton, C. (2016). Think yellow and keep green—role of sulfanes from garlic in agriculture. Antioxidants, 6(1), 3.

Balitkabi (2009). Mimba Pestisida Nabati Ramah Lingkungan. Dikutip dari:

https://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/mimba-pestisida-nabati-ramah-lingkungan. Diakses pada tanggal: 20 April 2021.

Syukur, C., dan O Trisilawati, 2019. Varietas unggul seraiwangi, teknologi budidaya dan pasca panen. Bogor: Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Eziah, V.Y., Sackey, I., Boateng, B.A., & Obeng-Ofori, D. (2011). Bioefficacy of neem oil (calneem), a botanical insecticide against the tropical warehouse moth, Ephestia cautella. Int. Res. J. Agric. Sci. Soil Sci., 1(7), 242–248.

Kardinan, A.  (2011). Penggunaan pestisida nabati sebagai kearifan lokal dalam pengendalian hama tanaman menuju sistem pertanian organic. Pengembangan Inovasi Pertanian., 4(4), 262 –278.

Nor Azah, M. A., Zaridah Mohd. Zaki., Abu Said Ahmad.,  Mohd. Faridz, Z. P.,  Siti Asha, A. B. (2001) Chemical constituents of essential oils of Cymbopogon nardus and their larvicidal activities. Proceedings of the Seminar on Medical and Aromatic Plants, pp. 171-175, 24-25 July 2001.

Rahman, G. K. M. M., & Motoyama, N. (2000). Repellent effect of garlic against stored product pests. J. Pes. Sci., 25(3), 247–252.

Samsudin, Soesanthy F, dan Syafaruddin. (2016).

Repellency and insecticidal activity of some botanical extracts and oils on storage pest of Ephestia cautella. J. TIDP 3(2), 117–126.

Subiyakto. (2009). Ekstrak Biji Mimba Sebagai Pestisida Nabati: Potensi, Kendala, dan

Strategi Pengembangannya. Perspektif., 2(8), 108—116.

Susmitha, S., Vidyamol, K. K., Ranganayaki, P., & Vijayaragavan, R. (2013). Phytochemical extraction and antimicrobial properties of Azadirachta indica (Neem). Global J. Pharm., 7(3), 316–320.

 Penulis: Annisa Balqis, Rony Novianto, Andi Asjayani


Bagikan Artikel Ini