KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Asa Peningkatan Ekspor Rempah Nusantara

Diposting     Jumat, 16 Agustus 2019 10:08 am    Oleh    ditjenbun



JAKARTA – Kecintaan orang eropa terhadap rempah-rempah tak hanya dipengaruhi oleh aspek cita rasa tetapi juga didukung persepsi yang ada diluar indra perasa. Rempah-rempah menjadi simbol status, yang untuk menikmatinya harus dipamerkan daripada dikonsumsi sendiri.  Rempah-rempah akan diedarkan kepada para tamu dengan baki perak dan emas untuk dibawa pulang dan disimpan sebagaimana permata berharga. Pada zaman dulu, Merica seringkali digunakan untuk pembayaran karena harganya sama dengan emas, bahkan rempah-rempah juga diasosiasikan dengan wewangian surga, pengobatan dan kesehatan. Tak hanya itu, cengkeh kerap kali digunakan dengan cara dikunyah untuk menghilangkan bau mulut dan mengobati sakit gigi.

Dengan semakin diminatinya rempah Indonesia di Eropa maka “House of Indonesia” didirikan di Belgia yang merupakan kerjasama Atase Perdagangan KBRI Brussels dengan beberapa buyers Belgia yang sudah diinisiasi KBRI Brussels sejak tahun 2014 bekerjasama dengan perusahaan Barabas BVBA.

Saat ini, perusahaan tersebut telah membentuk komunitas dengan UMKM Indonesia dikenal dengan BELINDO (Belgia-Indonesia) sebagai wadah penjualan produk-produk-nya di Belgia dan Eropa lainnya. Beberapa buyers yang hadir menyampaikan ketertarikan untuk mengimpor produk-produk unggulan Indonesia, antara lain rempah, produk kayu, furniture, kopi, olahan ikan, kelengkapan bahan bangunan dan bahan tekstil. Kedepan, House of Indonesia diharapkan akan berkembang dan bekerjasama dengan lebih banyak pelaku usaha, termasuk juga di sektor penyedia jasa logistik dan media promosi lainnya.

Pada 27 Juni 2019 lalu, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kemendag dan Dirjen Bea Cukai Kemenkeu melakukan kunjungan ke House of Indonesia di Brussel, Belgia, sekaligus pertemuan dengan buyers mitra House of Indonesia. Selain itu, juga dilakukan pertemuan dengan buyers asal Belanda, Verstegen Spices & Sauces B.V untuk produk rempah-rempah yang digagas oleh Atase Perdagangan KBRI Den Haag.

Menurut data Ditjen. Perkebunan ekspor rempah Indonesia ke Belgia tahun 2018 sebesar 457 ton dengan nilai ekspor mencapai USD 2,73 juta. Dari volume ekspor tersebut di dominasi oleh pala sebesar 240 ton, sedangkan ekspor rempah Indonesia ke Belanda sebesar 7.123 ton dengan nilai ekspor mencapai USD 31,98 juta. Volume ekspor rempah ke Belanda di dominasi oleh kayu manis sebesar 4,2 ribu ton.

Saat ini, keberlanjutan dan food safety menjadi sangat penting bagi pasar rempah-rempah dan Herbs di Eropa. Di masa lalu, produk-produk ini terutama dijual oleh perusahaan kecil dan pengecer spesialis. Saat ini, semakin banyak pemasok yang dapat menawarkan rempah yang diproduksi secara berkelanjutan.

Verstegen Spices & Sauces B.V merupakan importir produsen Belanda yang telah cukup lama menjadi pemain besar untuk rempah-rempah dan herbs. Distribusi produknya tidak hanya di Belanda saja namun ke seluruh Eropa. Dalam menjalankan bisnisnya, Verstegen sangat mengedepankan food safety dan kualitas produk yang dibuktikan dengan berbagai sertifkat yang dimilikinya seperti Sertifikat British Retail Consurtium Certificate (BRC) dan Organic.

Selain Verstegen Spices sangat menekankan hasil produksi rempah-rempah yang berkelanjutan, juga didorong untuk terus dilakukan pelatihan bagi petani kecil yang seringkali kurang memiliki pengetahuan yang cukup tentang cara mengintegrasikan praktik berkelanjutan. Beberapa buyers Eropa juga membayar biaya sertifikasi, yang menunjukkan meningkatnya permintaan dari pembeli Eropa untuk rempah-rempah dan herbs yang berkelanjutan. Selain itu, juga disinggung pentingnya Geographical Indication (GI) untuk produk lada, pala, vanilla, dan kayu manis sebagai salah satu tool untuk mempromosikan produk rempah-rempah dipasar global.

 


Bagikan Artikel Ini