KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Ancaman Serangga Valanga nigricornis (Belalang Kayu) Pada Tanaman Perkebunan

Diposting     Senin, 15 Maret 2021 10:03 am    Oleh    ditjenbun



Valanga nigricornis atau yang sering disebut sebagai Belalang Kayu merupakan serangga dari ordo Orthoptera dan famili Acrididae. Serangga ini memiliki fase hidup telur, nimfa, dan dewasa (Metamorfosis tidak sempurna). Telur biasanya diletakkan pada tanah sedalam 5-8 cm yang dibungkus dengan massa busa yang mengeras. Umumnya telur menetas pada awal musim hujan (Oktober – November) (Setiawan 2008: 4). Telur berbentuk silindris dengan ujung anterior meruncing dan membulat pada ujung sisi lainnya (Kok 1971: 439).

Valanga nigricornis memiliki perbedaan jumlah tahapan pada fase nimfa berdasarkan jenis kelaminnya. Jantan umumnya memiliki 6 tahapan instar, sedangkan betina umumnya memiliki 7 tahapan instar. Pada fase larva, serangga ini memiliki warna tubuh hijau muda menyerupai warna rumput. Saat berada di tahap ketiga atau keempat instar, akan muncul warna kuning pada tubuh yang menyebabkan warna tubuh perlahan berubah menjadi kuning kehijauan (Kok 1971: 441) seperti yang ditunjukkan pada gambar 1. Pada tahap dewasa, serangga ini memiliki warna tubuh abu-abu kecoklatan dengan panjang tubuh berkisar antara 58-71 mm untuk betina dan berkisar antara 49-63 mm untuk jantan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.

Wilayah persebaran Valanga nigricornis meliputi Asia Tenggara dan Kepulauan Pasifik seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Brunei Darussalam, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, serta bagian selatan Thailand, Kamboja, dan Vietnam seperti yang ditandai dengan warna coklat kekuningan seperti pada gambar 3.

Valanga nigricornis umumnya berkembang biak pada hutan jati, namun apabila tidak ada pohon jati serangga ini akan berpindah ke tanaman yang ada di sekelilingnya (Setiawan 2008: 4). Komoditas pertanian yang juga diserang antara lain seperti kopi, kakao, kelapa, jagung, pisang, mangga, kapuk, kapas, tebu, singkong, dan lain-lain sehingga Valanga nigricornis termasuk ke dalam kategori hama polifag (Zulfahmi 2013: 1).

Pada komoditas kelapa sawit, Valanga nigricornis menyerang bagian tepi daun muda pada masa pembenihan kelapa sawit. Meskipun kerusakan yang ditimbulkan tergolong ringan namun, bila populasinya tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan tanaman bahkan dapat menyebabkan kematian tanaman (Sawitnotif 2020: 1).

Berdasarkan data serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang dihimpun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2019 dan 2020, Valanga nigricornis tercatat menyerang komoditas Kelapa Sawit, Tembakau, dan Mete. Pada komoditas Kelapa Sawit, OPT ini menyerang provinsi Aceh dan Kalimantan Selatan masing-masing sebesar 10 Ha dan 32 Ha yang tergolong serangan ringan. Pada komoditas Tembakau, OPT ini menyerang provinsi Jawa Tengah sebesar 15,34 Ha dengan intensitas serangan ringan. Sedangkan, pada komoditas Mete, OPT ini menyerang di provinsi Nusa Tenggara Barat sebesar 735 Ha dengan rincian 508 Ha tergolong intensitas serangan ringan dan 227 Ha tergolong intensitas serangan berat (Ditjenbun, 2020).

Pengendalian hama Valanga nigricornis dapat dilakukan salah satunya dengan cara pemberian Agens Pengendali Hayati (APH) Beauveria bassiana, APH efektif untuk menekan pertumbuhan populasi Valanga nigricornis. Setiawan (2008: 23) dalam penelitiannya, menyatakan bahwa Beauveria bassiana menjadi agensia yang memliki kemampuan untuk menekan serangan Valanga nigricornis pada daun Tembakau Deli. Konsentrasi yang tepat untuk menekan serangan Valanga nigricornis adalah 200 gram/liter air. Pengaplikasian Beauveria bassiana dilakukan dengan cara melarutkan dengan 1 (satu) liter air dan selanjutnya disemprotkan langsung pada tanaman yang dilakukan pada sore hari dengan interval waktu 10 (sepuluh) hari. Penelitian tersebut dilakukan pada bulan November 2007 atau pada saat musim hujan di Indonesia.

Dewantara dkk. (2017: 1–14) menguji efektivitas Beauveria bassiana sebagai pengendali hama Belalang Kayu (Valanga nigricornis). Hasil pengaplikasian Beauveria bassiana dengan kerapatan konidia 108 konidia/ml menjadi yang paling optimal dengan tingkat mortalitas sebesar 43.33%. Pengaplikasian dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi konidia Beauveria bassiana dari atas ke arah thorax dan abdomen belalang pada sore hari, dengan kerapatan konidia 108 konidia/ml menjadi yang paling optimal namun, tingkat mortalitas sebesar 43,33% masih tergolong cukup rendah. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain sistem imunitas belalang dan suhu serta kelembaban udara. Belalang yang aktif bergerak kemungkinan dapat menyebabkan konidia terlepas dari tubuh belalang. Setelah pengaplikasian Beauveria bassiana, belalang cenderung mendekati arah sinar matahari yang menyebabkan matinya Beauveria bassiana. Hal tersebut terjadi karena Beauveria bassiana merupakan entomopatogen yang sensitif terhadap suhu tinggi dan radiasi Ultraviolet (Mudrončeková dkk. 2013: 2469). Dalam penelitiannya, Inglis dkk. (1996: 136) dan Jaronski & Goettel (1997: 233) menyatakan bahwa famili Belalang (Acrididae) cenderung untuk berjemur di bawah sinar matahari dan menaikkan suhu tubuhnya hingga 420C apabila terserang oleh entomopatogen.

Pengendalian hama Valanga nigricornis juga dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati berbahan kombinasi ekstrak batang Brotowali, daun Tembakau, dan daun Sirsak dinilai berpengaruh terhadap mortalitas belalang. Pemberian pestisida nabati dengan perbandingan volume 75 ml dan 25 ml air menunjukkan tingkat mortalitas sebesar 60%. Cara pembuatan pestisida nabati tersebut dengan cara cara menimbang masing-masing bahan sebanyak 1 Kg kemudian setiap bahan diblender dengan perbandingan bahan dan air 1:1. Selanjutnya, campuran bahan dimasukkan ke dalam wadah plastik untuk direndam selama 24 jam, kemudian semua bahan disaring untuk memisahkan ampasnya. Pengaplikasian pestisida nabati dilakukan dengan cara menyemprotkan pada tubuh belalang dan makanannya secara langsung sebanyak 2 kali, pagi dan sore hari (Role 2019: 26–40).

DAFTAR REFERENSI

Dewantara, N., Wibowo, N. J & Felicia, Z. 2017. Efektifitas Beauveria bassiana (Bals.) sebagai Pengendali Hama Belalang Kayu (Valanga nigricornis Burm.). Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Sleman, DI. Yogyakarta.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Sistem Pelaporan dan Rekapitulasi Data OPT (Sipereda OPT). https://sipereda.ditjenbun.pertanian.go.id/. Diakses pada 12 Maret 2021 pk. 11.57 WIB.

Hochkirch, A., Willemse, L.P.M. & Tan, M. 2019. Valanga nigricornis. The IUCN Red List of Threatened Species 2019: e.T107431005A107431295. Downloaded on 08 March 2021.

Inglis, G. D., Johnson, D. L., dan Goettel, M. S. 1996. Effects of temperature and thermoregulation on mycosis by Beauveria bassiana in grasshoppers. Biological Control 7: 131-139.

Jaronski, S, T & Mark, S. G. 1997. Development of Beauveria bassiana for control of Grasshoppers and Locusts. Memoirs of the Entomological Society of Canada 171: 225–231.

Kehati Keanekaragaman Hayati Daerah Istimewa Yogyakarta. 2017. Belalang Kayu. https://kehati.jogjaprov.go.id/detailpost/belalang-kayu. Diakses pada 8 Maret 2021 pk. 15.26 WIB.

Kok, M. L. 1971. Laboratory studies on the life-history of Valanga nigricornis nigricornis (Burm.) (Orth., Acrididae). Bull. ent. Res. 60: 439—446.

Mudrončeková, S., Mazáň, M., Nemčovič, M., dan Šalamon, I. 2013. Entomopathogenic fungus species Beauveria bassiana (Bals.) and Metarhizium anisopliae (Metsch.) used as mycoinsecticide effective in biological control of Ips typographus (L.). Journal of Microbiology, Biotechnology, and Food Sciences 2(6): 2469-2472.

Role, R. M. 2019. Kombinasi ekstrak batang Brotowali, daun Tembakau, dan daun Sirsak dalam pengendalian hama Belalang Kayu (Valanga nigricornis). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Sleman, DI. Yogyakarta.

Sawitnotif. 2020. Ciri dan Jenis Hama yang Menyerang Pembibitan Kelapa Sawit. https://sawitnotif.pkt-group.com/2020/02/15/ciri-dan-jenis-hama-yang-menyerang-pembibitan-kelapa-sawit/. Diakses pada 10 Maret 2021 pk. 11.35 WIB.

Setiawan, A. 2008. Uji Efikasi Beberapa Agensia Hayati Terhadap Hama Perusak Daun Tembakau Deli di Sampali. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan, Sumatera Utara.

Zulfahmi. 2013. Parasitoid Sarcophagidae (Diptera) pada Valanga nigricornis (Orthoptera: Sarcophagidae): Identifikasi dan Biologi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor, Jawa Barat.

Penulis : Reno Agassi,  Herly Kurniawan, Eva Lizarmi


Bagikan Artikel Ini