KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Waspada Epidemi Penyakit Luka Api

Diposting     Senin, 06 Juni 2022 11:06 am    Oleh    perlindungan



Penyakit luka api pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1881. Serangan yang parah terjadi di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan pada tahun 1979 dan 1995. Baru-baru ini, penyakit luka api kembali dijumpai pada pertanaman tebu di Indonesia setelah sekian lama keberadaan penyakit ini jarang ditemukan. Kejadian ini diduga akibat hilir mudik varietas tebu yang rentan, budidaya yang kurang baik, dampak perubahan iklim, serta patahnya ketahanan varietas. Penyebaran penyakit ini cukup cepat sehingga perlu diwaspadai dengan pencegahan sedini mungkin agar serangan tidak meluas.

Awalnya Ustilago scitaminea diduga sebagai penyebab penyakit ini, namun hasil identifikasi lebih mendalam penyakit ini disebabkan oleh Sporisorium scitamineum. Patogen ini menginfeksi jaringan muda melalui bagian meristem pada mata tunas lateral maupun tunas apical. Miselia patogen tumbuh di dalam jaringan tunas, sehingga terbentuk seperti cambuk diselimuti spora tebal dari pangkal hingga ujung. Gejala yang parah memperlihatkan tunas apical tampak gosong berwarna hitam. Selain menghasilkan spora yang sangat banyak dan mudah tersebar, patogen ini mampu membentuk teliospora, yaitu struktur istirahat yang terbentuk apabila kondisi lingkungan kurang menguntungkan. Teliospora ini menyebabkan patogen dapat bertahan di perkebunan tebu hingga sekitar dua tahun lamanya. Menurut Kristini (2022), Penyakit luka api dapat menyebabkan kehilangan hasil bobot tebu sebesar 73% yang mana setiap serangan 2% menyebabkan kehilangan hasil sebesar 5%.

Gambar 1. Perkembangan gejala penyakit luka api: a. tunas apical/ujung membentuk seperti cambuk diselimuti spora tebal, b dan c. tunas apical tampak gosong berwarna hitam

(sumber: dokumentasi pribadi)

Dyasti et. al. (2021), melaporkan bahwa intensitas penyakit luka api akan meningkat di Provinsi Jawa Barat, namun terjadi penurunan di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur berdasarkan model peramalan y = 0.64 + 0.63x. Namun jika tindakan pengendalian dan antisipasi dampak perubahan iklim tidak dilakukan, luas serangan akan semakin meningkat di sentra-sentra pertanaman tebu di Indonesia.

Pengendalian penyakit luka api yang dapat dilakukan adalah dengan cara mekanis (eradikasi sumber inokulum), kultur teknis (sanitasi kebun), penanaman varietas tahan antara lain PS 862, PS 941, PS 882, dan VMC-76-16, serta dengan aplikasi fungisida kimia berbahan aktif flutriafol (P3GI, 2022).

Penulis : Akhmad Faisal Malik dan Romauli Siagian

PUSTAKA

Dyasti F., Akhmad Faisal Malik, Bibit Bakoh. 2021. Model Peramalan Perkembangan Penyakit Luka Api Pada Pertanaman Tebu Di Indonesia. Jurnal Pertanian Presisi. Vol. 5:(2). 109-125.

Kristini, A. 2002. Penyakit Penting pada Tanaman Tebu; Bimbingan Teknis Kapabilitas Penangaan OPT Tebu. Pasuruan: 29 Maret-1 April 2022.

Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. 2002. Konsultasi dan Bimbingan Teknis Kapabilitas Penangaan OPT Tebu. Pasuruan: 29 Maret-1 April 2022.


Bagikan Artikel Ini