KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Ulat Pemakan Daun Artona catoxantha Serang Ribuan Pohon Kelapa di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Diposting     Kamis, 11 Agustus 2022 10:08 am    Oleh    perlindungan



Kabupaten Banyuasin merupakan penghasil kelapa terbesar di Provinsi Sumatera Selatan. Sayangnya hilirisasi produksi perkebunan kelapa ini belum banyak dilakukan di kabupaten yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Musi Banyuasin. Berdasarkan data statistik perkebunan Indonesia tahun 2019-2021, luas areal perkebunan kelapa di Kabupaten Banyuasin mencapai 48.053 ha, dengan produksi sebesar 46.496 ton, produktivitas sebesar 1.231 kg/ha dan melibatkan 33.779 KK.  Perkebunan kelapa ini seluruhnya dikelola oleh rakyat dan belum sepenuhnya didukung oleh inovasi teknologi yang memadai, sehingga menjadi kendala dalam upaya meningkatkan produksi. Selain itu, Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki potensi yang besar sebagai penghasil kopra. Sebelum pandemi covid-19, Provinsi Sumatera Selatan dapat memproduksi kopra sebesar 57 ribu ton/tahun yang kini telah menembus pasar dunia. Dari sisi produksi, penghasil terbesar berasal dari Kabupaten Banyuasin yang mencapai 44 ribu ton per tahun. Potensi kelapa di Kabupaten Banyuasin sangat menjanjikan jika digarap dengan serius dengan berbagai turunannya. Hal ini dapat meningkatkan peluang pekerjaan bagi masyarakat di Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Banyuasin khususnya. Selain produk kopra, pasar ekspor juga membutuhkan produk dalam bentuk arang dan asap cair yang mempunyai nilai tinggi.

Beberapa permasalahan dalam budi daya tanaman kelapa di Kabupaten Banyuasin, antara lain: fluktuasi harga karena keterbatasan akses pasar dan tidak tersedianya industri pengolahan di sekitar lokasi perkebunan kelapa, terbatasnya sarana produksi seperti pemupukan dan pengelolaan air di kawasan pasang surut yang menyebabkan tanaman tergenang, serta penggunaan benih untuk pengembangan dan peremajaan. Selain itu, kondisi tanaman kelapa yang sudah tua/rusak dan kurangnya pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), sehingga serangan OPT meningkat bahkan berpotensi menjadi eksplosif. Berdasarkan laporan UPTD Balai Proteksi Tanaman Perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan diketahui serangan hama pemakan daun, Artona catoxantha pada awal tahun 2022 menyerang sekitar 10.000 tanaman kelapa di areal seluas 200 ha di Desa Sido Makmur, Kecamatan Muara Sugihan, Kabupaten Banyuasin.

Hama Artona catoxantha dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada tanaman kelapa. Telur Artona catoxantha berbentuk oval, bening, berwarna kuning, berukuran 0.6 x 0.5 mm, dan dapat ditemukan secara berkelompok sebanyak 3 – 13 butir pada permukaan bawah daun. Seekor betina dapat menghasilkan telur 40 – 60 butir. Telur menetas antara 3 – 5 hari. Larva hampir sama dengan ulat siput (slug caterpillar), terdapat garis memanjang berwarna hitam pada bagian dorsal dan berwarna gelap pada bagian lateral. Kepala larva muda berwarna kuning dan larva tua berwarna kuning merah. Panjang badan larva tua 11 – 12 mm.  Stadium larva 16-23 hari. Pupa muda berwarna kekuning-kuningan, sedangkan pupa tua telah kelihatan bakal sayap dan mata yang berwarna hitam. Panjang pupa 12-14 mm dan lebar 6-7 mm.  Lama stadium pupa 8-13 hari. Imago berwarna coklat kehitaman pada bagian dorsal dan kuning pada bagian ventral. Rentangan sayap 13-16 mm. Imago mulai meletakkan telur setelah berumur sekitar 2 hari. Di dataran rendah, perkembangan dari telur sampai imago selama 31-35 hari atau rata-rata 35 hari, sehingga dalam satu tahun dapat menghasilkan sekitar 9 generasi.

Gambar 1. (a) telur, (b) larva, (c) pupa, dan (d) imago A. catoxantha (Sumber: Hosang, 2021)

Pada tingkat serangan berat, tanaman yang terserang tidak mati walaupun hampir seluruh daun menjadi kekuningan, kering dan gugur seperti bekas terbakar, bahkan yang tertinggal hanya lidinya.  Tetapi dua atau tiga bulan kemudian buah muda mulai gugur kemudian diikuti oleh buah yang lebih tua.  Pada keadaan seperti ini, tanaman kelapa tidak berproduksi normal selama 1 – 1,5 tahun, dan apabila terjadi serangan pada musim kemarau, produksi kelapa hanya sekitar 3 – 10% dari produksi normal.

Gambar 2. Gejala serangan A. catoxantha pada: (a) tanaman dan (b) daun kelapa
(Sumber: UPTD BPTP Sumsel, 2021)

Serangan Artona catoxantha ditandai dengan generasi yang tidak sama untuk setiap minggu. Pada minggu pertama hanya ada fase telur, minggu kedua hanya larva muda. Demikian juga pada minggu-minggu selanjutnya sampai dewasa. Hal inilah yang disebut generasi sinkron.  Setiap jenis parasitoid hanya dapat memarasit stadia tertentu dari hama Artona catoxantha, misalnya parasitoid Apanteles artonae Wlk., memarasit larva instar 2, sedangkan Bessa remota (Aldr.) memarasit larva instar 3 sampai larva instar 5. Pada waktu populasi Artona catoxantha berada pada generasi sinkron, larva instar 2 hanya berlangsung dalam waktu yang pendek, karena itu banyak parasitoid Apanteles artonae Wlk. akan mati sebelum generasi berikutnya berkembang. Oleh karena itu jumlah parasitoid tidak pernah cukup untuk mengendalikan Artona catoxantha.

Gambar 3. (a) Apanteles artonae, (b) Bessa remota dan (c) Callimerus arcufer
(Sumber: Hosang, 2021)

Teknik pengambilan contoh di lapangan dan pengendalian

  1. Pilih 2 pohon kelapa setiap hektar di daerah serangan Artona catoxantha.  Pohon dipanjat kemudian dipotong 2 pelepah yaitu 1 pelepah daun tua tetapi masih hijau dan yang lainnya diambil pada bagian tengah mahkota pohon. Kedua pelepah daun tersebut diturunkan perlahan-lahan dengan tali.
  2. Potong setiap anak daun ke 10 pada 1 sisi pelepah. Hitung jumlah telur, larva muda (belum ada strip hitam), larva tua (ada strip hitam) dan kepompong. Kepompong dibedah untuk mengetahui adanya parasitoid.
  3. Apabila jumlah telur dan larva muda lebih dari 3 pada setiap anak daun, dianjurkan pengendalian dengan menggunakan insektisida sistemik, Misal insektisida berbahan aktif dimehipo dengan konsentrasi 10-15 ml pada setiap pohon dengan injeksi batang untuk pohon tua atau infus akar untuk pohon muda.
  4. Apabila masih banyak ditemukan stadia Artona catoxantha yang masih hidup, tetapi kurang dari 3 telur atau larva muda pada setiap anak daun, maka dianjurkan untuk melakukan pengamatan ulang, tetapi jangan dilakukan pengendalian. Waktu pengamatan tergantung stadia Artona catoxantha yang ditemukan, yaitu: (a) stadia telur atau larva muda, lakukan pengamatan setelah 5 minggu; (b) stadia larva tua, lakukan pengamatan setelah 3 minggu; dan (c) stadia kepompong, lakukan pengamatan setelah 2 minggu.
  5. Apabila lebih dari separuh kepompong terserang parasitoid, maka serangan kemungkinan akan berhenti.  Petani dianjurkan untuk tidak melakukan pengendalian, tetapi segera melapor apabila ada serangan baru.

Pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dalam rangka pengendalian terhadap kejadian ledakan populasi hama Artona catoxantha seperti tertera pada gambar 4.

Gambar 4. Skema pendekatan PHT dalam pengendalian ledakan populasi Artona catoxantha
(Sumber: Hosang, 2021)

Pengendalian dapat diintegrasikan dengan cara sebagai berikut:

  1. Penggunaan perangkap cahaya lampu (light trap) pada malam hari untuk menarik ngengat Artona catoxantha. Perangkap dilengkapi dengan ember berisi air yang ditaruh di bawah cahaya lampu agar ngengat terjebak ke dalam air dan mati.
  2. Pemanfaatan musuh alami selain parasitoid (Apanteles artonae, Bessa remota, Callimerus arcufer), antara lain: burung pemakan ulat, predator Eucanthecona sp., dan jamur entomopatogen Beauveria bassiana.
  3. Aplikasi pestisida nabati berupa ekstrak akar tuba pada konsentrasi 3 % diaplikasi dengan cara penyemprotan.

Penyusun: Yuni Astuti,  Ratri Wibawanti,dan Andi Asjayani

Daftar Pustaka

Balitka. 1990. Pedoman pengendalian hama dan penyakit kelapa. Badan Litbang, FAO/UNDP, Dirjenbun, Direktorat Perlintan.

Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan. 2017. Pohon Kehidupan dari Pesisir Banyuasin. Dikutip dari https://disbun.sumselprov.go.id/pohon-kehidupan-dari-pesisir-banyuasin/, diakses pada tanggal 28 Juli 2022.

Rosalina, R. 2021. Laporan Serangan Hama Kelapa di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan melalui Whatsapp. Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan. Palembang.

Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Banyuasin. 2019. Soal Kelapa di Banyuasin, HKTI Jajaki Kerjasama dengan BI. Dikutip dari https://disbunnak.banyuasinkab.go.id/ 2019/12/05/soal-kelapa-di-banyuasin-hkti-jajaki-kerjasama-dengan-bi/, diakses pada tanggal 28 Juli 2022.

Diyasti F., Merry I.K., Cecep S., dan Dwimas S. 2021. Pengenalan dan Pengendalian OPT pada Tanaman Kelapa. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hosang, MLA. 2021. Pengenalan dan Pengendalian OPT Tanaman Kelapa dan Sagu. Prasaran pada pertemuan pembuatan buku saku 2021 di Bogor. Balai Penelitian Tanaman Palma. Manado.

Marhaeni, LS. 2008. Inventarisasi Hama dan Penyakit Penting pada Tanaman Kelapa. Universitas Borobudur. Jakarta.

Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019 – 2021. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.


Bagikan Artikel Ini