KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Solusi Mengatasi Penyakit Kuning Pada Lada Dengan Penambahan Aplikasi PGPR di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Diposting     Senin, 26 Desember 2022 01:12 pm    Oleh    perlindungan



Organisme Penganggu Tanaman (OPT)  merupakan salah satu pembatas bagi produksi dan produktivitas dalam budidaya tanaman lada di Indonesia, khususnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Gangguan OPT yang tidak terkendali dapat mengakibatkankehilangan hasil produksi dan apabila terjadi eksplosi (ledakan) OPT dapat mengakibatkan gagal panen.

Gambar 1. Penyakit Kuning Lada
Sumber : UPTD Babel

Berdasarkan Statistik Perkebunan Unggulan Nasional (angka tetap), pada tahun 2020, luas total tanaman lada adalah 52.192 Ha (luas TBM = 20.986 Ha, luas TM = 27.345 Ha, dan luas TR =3.861 Ha) dengan produksi sebesar 32.520 ton dan produktivitas sebesar 1.189 Kg/Ha. Luas areal tanaman lada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tersebar di Kabupaten Bangka (4.164 Ha), Belitung (9.352 Ha),Bangka Barat (6.391 Ha), Bangka Tengah (4.164 Ha), Bangka Selatan (23.124 Ha), dan Belitung Timur (3.799Ha).

Angka produktivitas ini masih rendah bila dibandingkan dengan angka produktivitas di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Salah satu faktor yang menyebabkan turunnya produktivitas tersebut adalah adanya serangan penyakit kuning (Radophalus similis dan Meloidogyne incognita). Penyakit kuning merupakan penyakit endemik setelah penyakit busuk pangkal batang.  Akibat serangan OPT tersebut, diperkirakan produksi lada menurun sekitar 30-40% dan mutu menjadi rendah sehingga berdampak pada rendahnya harga lada.

1. Gejala Serangan

Nematoda R. Similis menimbulkan gejala berupa bintik-bintik coklat pada akar akibat tusukan menggunakan stiletnya. Sedangkan gejala yang ditimbulkan oleh M. incognita berupa benjolan (puru) pada akar, baik benjolan bersusun maupun benjolan tunggal. Terkadang disekitar benjolan terdapat lendir yang dikeluarkan oleh nematoda betina pada masa bertelur. Kerusakan akar yang ditimbulkannya dapat menyebabkan terhambatnya transportasi unsur hara, sehingga tanaman nampak kuning disertai daun-daun yang kaku menekuk ke dalam. Kerusakan tanaman seringkali diperparah oleh Fusarium spp. dan jamur lain seperti Phytium spp., serta Rigodoporus lignosus yang memanfaatkan bekas luka oleh nematoda sebagai jalan penetrasi. Kerusakan parah menyebabkan daun-daun berguguran, bahkan tinggal tersisa batang dan ranting berwarna coklat. Gejala pada bagian tanaman dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Gejala pada bagian tanaman yang berada di atas permukaan tanah :

  • Daun dan dahan tanaman berubah menjadi kekuningan. Gejala ini terjadi secara bertahap, dimulai dari bawah dan menjalar secara perlahan kebagian atas tanaman.
  • Daun-daun yang telah menguning tidak layu, tetapi akan gugur satu persatu.
  • Selanjutnya dahan dan sulur juga akan gugur sehingga lama kelamaan tanaman menjadi gundul.

b. Gejala pada bagian tanaman yang berada di bawah permukaan tanah :

  • Pada akar, terutama pada rambut-rambut akar terlihat luka nekrosis dan puru. Luka pada akar tersebut diakibatkan oleh serangan nematoda R. similis, sedangkan puru akar merupakan gejala serangan nematoda M. incognita.
  • Jika dibelah, di dalam jaringan akar yang luka tersebut banyak terdapat nematoda. Pada jaringan akar tersebut juga terdapat cairan yang menyumbat pembuluh jaringan akar sehingga penyerapan air dan hara terganggu.
Gambar 2. Gejala Serangan Penyakit Kuning Pada Lada
Sumber : UPTD Babel

2.  Biologi

Menurut Semangun (2008), nematoda R. similis betina meletakan telur satu-satu di dalam akar. Setelah beberapa hari, telur menetas menjadi larva dan keluar dari akar untuk berkembang menjadi nematoda dewasa dalam waktu sekitar 4-5 minggu. Jika akar telah rusak, nematoda betina keluar dari akar dan berpindah ke jaringan akar pada tanaman sehat di sekitarnya. Sedangkan M. incognita betina yang mengandung telur berbentuk bulat seperti buah pir dan mampu menghasilkan telur sekitar 24-112 butir per hari, bahkan dapat mencapai 800-3000 telur semasa hidup betina. Larva telah menetas umunya berada di dekat induknya, sehingga menimbulkan benjolan (puru) pada akar secara bersusun. Setelah jaringan akar rusak, nematoda berpindah ke akar tanaman sehat di sekitarnya. Proses perpindahan (migrasi) R. Similis dan M. Incognita dari tanaman satu ke tanaman lainnya sering terbantu oleh aliran air dan kondisi tanah yang tergenang. Bekas tusukan pada akar sering menjadi jalan infeksi Fusarium spp. dan berkembang mengoloni akar tanaman.

3. Pengendalian

Penambahan aplikasi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) atau Rhizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman (RPTT) perlu dilakukan dalam pengendalian penyakit kuning pada lada.  PGPR merupakan bakteri (bermanfaat) tanah yang mengkolonisasi daerah perakaran tanam dan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman. Aplikasi PGPR dilakukan 3 sampai 5 hari setelah pemberian Metabolit Sekunder. Langkah-langkah dan tahapan cara membuat PGPR adalah sebagai berikut :

1)  Alat dan Bahan Pembuatan PGPR

  • Akar bambu 1 ons
  • Dedak 1 kg
  • Terasi 2 ons
  • Molasses/tetes tebu, air nira, gula merah atau gula pasir 4 ons
  • Kapur sirih 1 ons
  • Air bersih 10 liter
  • Jerigen atau Tong

2) Tahapan cara membuat PGPR

  • Akar bambu direndam dengan air matang (dalam keadaan dingin) selama kurang lebih 4 – 5 hari.
  • Gula pasir, dedak dan terasi direbus hingga mendidih selama kurang lebih 20 – 25 menit, kemudian dinginkan.
  • Setelah dingin, masukkan semua bahan kedalam tong atau jerigen dan ditutup rapat.
  • Buka penutup dan masukkan larutan akar bambu dan aduk dengan  menggunakan alat fermentasi PGPR.
  • Setelah kurang lebih 2 minggu, PGPR biasanya sudah jadi dan siap untuk digunakan.
Gambar 3. Rangkaian Fermentasi PGPR
Sumber : UPTD Babel

Selain aplikasi PGPR atau RPTT, pengendalian penyakit kuning pada lada secara umum sebagai berikut :

a. Pembuatan parit keliling

Gambar 4. Drainase atau Parit di Sekeliling Kebun Lada
Sumber : Balittro

b.  Sanitasi dengan membersihkan gulma-gulma di sekitar kebun

c. Aplikasi APH Trichoderma sp. (media padat jagung) pada Tanaman Belum   Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM).  Dosis pada lubang tanaman sebanyak 30−50 gram; pada TBM sebanyak 150−250 gram; dan pada TM 250−400 gram.Ulangi 2 sampai 3 bulan sekali.

Gambar 5. Aplikasi APH Trichoderma sp.
Sumber : UPTD Babel

d. Aplikasi   Metabilit   Sekunder  (MS)  APH   jamur   Trichoderma sp.   dan bakteri Pseudmonas Fluorescens. Penggunaan   MS  APH  jamur  dan  MS APH bakteri dapat digabung  dengan  perbandingan 1  bagian MS  APH jamur  yang   telah diencerkan   dengan 1 bagian MS APH bakteri yang telah diencerkan.
Contoh aplikasi menggunakan hand sprayer kapasitas 14 liter :
Masukkan 14 liter air dan MS APH jamur 140 ml atau MS APH bakteri 70 ml atau campuran MS APH jamur (70 ml) dan MS APH bakteri (35 ml).    Semprotkan ke tanaman melalui permukaan bagian bawah daun setelah   7−10 hari aplikasi   APH Trichoderma sp.

e.  Alternatif terakhir yaitu dengan penggunaan nematisida berbahan aktif karbofuran

Penulis :  Alimin, S.P., M.Sc.

Sumber Pustaka

Digitani IPB.  2018.  Penyakit Kuning pada Lada.  Internet: https://digitani.ipb.ac.id. Diakses tanggal 8 desember 2022

Ditjenbun. 2022. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2020-2022. Ditjenbun. Jakarta.

Semangun, H. (2008) “Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia,” Yogyakartag: Gadjah Mada University Press.

Sukemi.  2019.  Cara Membuat PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteri) dari Akar bamboo.  Internet: https://cybex.pertanian.go.id.  Diakses tanggal 16 Desember 2022.


Bagikan Artikel Ini