KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Potensi Bioherbisida dari Tanaman yang Mengandung Senyawa Allelopati

Diposting     Senin, 12 September 2022 09:09 am    Oleh    perlindungan



Gulma secara sederhana didefinisikan sebagai tanaman yang tumbuh di lokasi yang tidak diinginkan. Setidaknya terdapat 7.000 lebih spesies gulma yang telah diidentifikasi, namun hanya sekitar tiga ratus spesies yang dilaporkan mengganggu tanaman pertanian (Vyvyan, 2002). . Kerugian yang diakibatkan oleh gulma diantaranya yaitu persaingan nutrisi, inang bagi hama penyakit, dan dapat mengurangi kualitas serta produktivitas tanaman. Gray dan Hew (1968) dalam Purba, (2009) menyebutkan bahwa gulma Mikania micrantha dapat menyebabkan kehilangan hasil kelapa sawit 20% selama 5 tahun.

Saat  ini  kebutuhan  dan  penggunaan  herbisida  kimia  sintetis  untuk mengendalikan gulma sangat tinggi. Penggunaan herbisida sintetis secara terus menerus dapat berakibat negatif bagi lingkungan seperti pencemaran lingkungan dan sumber air, serta kerusakan tanah, (Kurniawan, dkk. 2014). Selain itu herbisida sintetis mengakibatkan keracunan pada organisme non target dan mempengaruhi aktifitas biota tanah serta dapat meninggalkan residu herbisida pada produk pertanian. Dalam rangka mendukung gerakan pertanian organik di Indonesia, diperlukan herbisida alami (bioherbisida) yang efektif yang dapat menekan  pertumbuhan gulma. Singh et. al. (2003) menjelaskan bahwa senyawa alelopati dari tumbuhan atau mikroorganisme dapat digunakan sebagai bioherbisida sekaligus memberikan peran yang positif bagi  kelestarian lingkungan.

Alelopati  merupakan  mekanisme  interaksi langsung atau  tidak  langsung  antara   tumbuhan sebagai  donor  dengan  tumbuhan    atau mikroorganisme    sebagai  target, melalui  produksi dan  pelepasan  metabolit  sekunder  yang  disebut  alelokimia. Tumbuhan menghasilkan senyawa alelokimia seperti fenol, tanin, alkaloid, saponin, terpenoid, flavonoid, dan asam kumarat. Senyawa tersebut dilaporkan memiliki sifat herbisida, seperti mampu menghambat pembelahan sel dan menurunkan laju fotosintesis tanaman lain  (Chen et al. 2018). Batish et  al. (2001)  melaporkan  56 spesies tanaman bersifat alelopati terhadap gulma.

Tahun 1974, Rice dalam Junaidi, Chozin, dan Kim (2006) memberikan batasan mengenai alelopati sebagai keadaan merugikan yang dialami tumbuhan akibat tumbuhan atau mikroorganisme lain, melalui produksi senyawa kimia yang dilepaskan ke lingkungannya. Batasan ini kemudian terus diverifikasi dengan berbagai penelitian, hingga akhirnya para ahli sepakat bahwa Alelopati didefinisikan sebagai pengaruh langsung ataupun tidak langsung dari suatu tumbuhan terhadap yang lainnya, termasuk mikroorganisme, baik yang bersifat positif / perangsangan, maupun negatif / penghambatan terhadap pertumbuhan, melalui pelepasan senyawa kimia ke lingkungannya.

Vyvyan (2002) melaporkan bahwa mekanisme kerja senyawa alelopati antara lain berkaitan dengan sintesis asam amino (sintesis glutamina, aspartat aminotransferase), sintesis pigmen, fotosintesis, sintesis lipid, dan sintesa asam nukleat (RNA polymerase, adenosilsuksinat sintase, AMP deaminase, isoleusil-t-RNA sintase). Beberapa mekanisme tersebut tidak ditemui dalam mekanisme kerja herbisida sintetis, karena itu senyawa alelopati sangat memiliki prospek untuk dimanfaatkan sebagai herbisida.

Beberapa  jenis  senyawa  alelopati  yang cukup  potensial antara  lain berasal dari  ekstrak  tumbuhan  Alang-alang  (Imperata  cylindrica),  Akasia (Acacia   mangium), dan   Ketapang (Terminalia catappa). Penggunaan senyawa alelopati  dari  ketiga  tumbuhan  cukup  prospektif karena relatif mudah didapat, murah dan dengan jumlah biomassa yang cukup memadai. Ekstrak  tumbuhan ini  bisa  didapat  dari  semua  bagian   mulai  dari akar,  batang  dan  bagian  lainnya.

Alang-alang

Gambar 1. Tanaman Alang-alang (Imperata  cylindrica)

Tumbuhan  alang-alang  termasuk salah satu  gulma  yang  dapat  merugikan petani . Namun  demikian,  alang-alang  juga  dapat dimanfaatkan  sebagai bahan  baku  bioherbisida  yang  cukup  efektif  dan potensial.   Eksudat  rhizoma  alang-alang  sangat efektif   untuk   menghambat   pertumbuhan   gulma   daun   lebar. Namun demikian,    penggunaan    ekstrak    rhizoma    alang-alang    perlu    dibatasi mengingat    ekstrak    alang-alang    tersebut    juga    dapat    menghambat pertumbuhan tanaman semusim seperti lada dan cengkeh.

Akasia

Gambar 2. Tanaman Akasia (Acacia mangium)

Zat allelokimia  yang  berasal  dari ekstrak Imperata cylindrica dan A. mangium dapat bekerja mengganggu proses  fotosintesis  atau  proses  pembelahan  sel tumbuhan gulma.  Penekanan  pertumbuhan dan  perkembangan  karena  ekstrak  alang-alang  dan  akasia  ditandai  dengan penurunan tinggi tanaman, penurunan panjang akar, perubahan warna daun (Dari  hijau  normal  menjadi  kekuning-kuningan)  serta bengkaknya  akar.

Ketapang

Gambar 3. Tanaman Ketapang (Terminalia catappa)

Selama ini masyarakat hanya mengenal tanaman ketapang sebagai tanaman peneduh kota dan belum banyak dimanfaatkan sehingga nilai ekonomisnya masih rendah. Kehadiran flavonoid, terpenoid, steroid, kuinon, tannin dan saponin pada ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) menunjukkan bahwa ketapang dapat menjadi alternatif herbisida nabati (bioherbisida). Ekstrak etanol daun ketapang konsentrasi  50%  dapat menurunkan  pertumbuhan rumput  teki  (Cyperus rotundus). Rumput teki  termasuk kedalam tanaman liar yang sulit dibasmi karena menghasilkan umbi yang membuat tanaman ini sangat cepat beregenerasi.

Penulis: Annisa Balqis, Andi Asjayani , Rony Novianto.

DAFTAR PUSTAKA

Purba, E, & Desmarwansyah, N. (2008). Growth and Yield of Glyphosate-Resistant Corn under Different Timing of Glyphosate Application. Asian Journal of Plant Sciences, 7(7), 692695. Retrieved from https://www.docsdrive.com/pdfs/ansinet/ajps/2008/692-695.pdf

Batish et. al. 2001. Crop Allelopathy and its Role in Ecological Agriculture. J Crop Prod, 4 (2001), pp. 121-161

Junaidi, A.  M.A. Chozin, K.H. Kim. 2006. Perkembangan Terkini Kajian Alelopati. Hayati Journal of Biosciences. 13(2) 79-84.

Kurniawan, S., Kurniawati, Y., Sandri, D., & Fatimah. (2014). Efektifitas Air Kelapa Fermentasi Sebagai Larutan Penghemat Herbisida Komersil. Jurnal Teknologi Agro-Industri, 1(1), 19–23.

Singh, H.P. D.R. Batish. E.K. Kohli. 2003. Allelopathic interaction and allelochemicals: new possibilities for sustainable weed management. Crit Rev Plant Sci, 22 (2003), pp. 239-311.

Vyvyan, J. R. 2002. Allelochemicals as leads for new herbicides and agrochemicals.

  Tetrahedron, 58 (2002), pp. 1631-1646

Bagus. 2016. Menanam Tanaman Akasia. url:https://www.kebunpedia.com/threads/menanam-tanaman-akasia.3742/. Diakses pada: 25 Agustus 2022.

Anonim. 2020. Corilagin Molecular Docking dari Tanaman Ketapang (Terminalia catappa L.) Berpotensi sebagai Senyawa Penghambat Enzim a-glukosidase untuk Penanganan Diabetes Melitus. url: https://bem.farmasi.unej.ac.id/corilagi-dari-tanaman-ketapang-terminalia-catappa-l-berpotensi-sebagai-senyawa-penghambat-enzim-%CE%B1-glukosidase-untuk-penanganan-diabetes-melitus/. diakses pada: 25 Agustus 2022


Bagikan Artikel Ini