KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pengendalian Tiga Hama Penting Pada Tebu

Diposting     Rabu, 15 Juni 2022 10:06 am    Oleh    perlindungan



Tebu merupakan tanaman yang multifungsi, selain sebagai penghasil gula juga dapat dimanfaatkan sebagai biofuel, daunnya bisa menjadi sumber pakan ternak, serasahnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik yang jika dikembalikan lagi ke tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah. Namun demikian, tebu juga rentan terhadap serangan patogen. Beberapa penyakit yang menginfeksi tebu dapat menyebabkan kerugian hasil yang cukup tinggi, baik itu menurunkan produksi maupun kualitas nira yang dihasilkan. Antara lain: mosaik, Ratoon Stunting Disease (RSD), luka api (smut).

Lebih dari 100 jenis hama dapat menyerang tebu seperti golongan serangga (Lepidoptera, Coleoptera, Hemiptera); kutu-kutuan (Aphid); tungau (Acarina); burung (kakatua); mamalia (tikus dan babi hutan).  Ada tiga hama penting tebu yang ditemukan di beberapa wilayah di  Indonesia yang keberadaannya sangat mengganggu produksi dan produktivitas tebu, yaitu sebagai berikut:

1) Penggerek pucuk (Scirpophaga excerptalis)

Kematian karena penggerek pucuk pada 5, 4, 3, 2 dan 1 bulan sebelum tebang, kerugian gula mencapai 77%, 58%, 46%, 24%, dan 15%.

Gejala serangan adalah larva yang baru menetas menggerek masuk ke dalam daun muda yang belum terbuka. Larva menggerek menuju titik tumbuh dan menembus batang. Daun yang terserang akan menggulung dan kering (mati puser). Setiap batang yang terserang biasanya dihuni oleh satu ekor penggerek.

Gambar 1.  Pupa (kiri) dan gejala serangan S. excerptalis (kanan) pada pengamatan di lapangan

Sumber: P3GI

2) Penggerek batang (Chilo sacchariphagus)

Setiap persen kerusakan ruas, kerugian gula sebesar 0,5%. Kerugian karena serangan penggerek batang akan menyebabkan penurunan bobot tebu.  Serangan berturut-turut 10%, 20%, dan 30% akan menurunkan bobot tebu berturut-turut 16%, 38,8%, dan 60,8%.

Gambar 2. Larva C. sacchariphagus menggerek ruas tebu (kiri) dan gejala serangan pada pengamatan di lapangan

Sumber: P3GI

Gejala serangan sering terjadi pada titik tumbuh dan pucuk tanaman yang masih muda, sehingga daun muda layu dan mati. Lorong gerek yang disebabkan penggerek ini sangat tidak teratur.  Di dalam satu ruas biasanya dijumpai satu atau lebih larva.

3) Uret Tebu (Lepidiota stigma)

Uret merupakan hama polifag.  Selain tebu, tanaman yang menjadi sumber pakannya seperti singkong, jagung, pepaya, karet, mahoni, dan lain-lain. Uret menyukai tanah ringan berpasir dan pada stadia instar 3 paling rakus (3-4 ekor dapat menghabiskan perakaran 1 rumpun tebu). Tanda-tanda serangan tampak jelas ketika musim kemarau dan pada tanaman keprasan lebih menderita. Spesies Lepidiota stigma yang paling merusak perakaran tebu.

Gambar 3. Uret tebu (kiri) dan gejala kerusakan pada akar

Sumber: P3GI

4) Pengendalian Hama Tebu

a. Penggerek hama penggerek tebu

Pengendalian hayati: pemanfaatan parasitoid telur (Trichogramma japonicum dan chilonis); parasitoid larva (Elasmus zehntneri, Stenobracon sp., Rachonotus sp.); dan parasitid pupa (Isotima javensis, Tetrastichus sp.).  Yang harus diperhatikan dalam pelepasan pias Trichogramma adalah sebagai berikut:

–   dilakukan saat tebu umur 1,5 – 4 bulan, sebanyak 10 kali  dengan interval waktu 1 minggu.

–  Jumlah tiap kali pelepasan 50 pias/ha (2.000 Trichogramma per pias).

–  Jarak pemasangan pias 10 – 15 meter dan dilakukan sebelum jam 07.00 pagi.

–  Prioritas untuk kebun-kebun dengan serangan penggerek di  atas 2%.

–   Pelepasan 1 hari sebelum parasitoid menetas.

–  Rawan terserang predator (semut, laba-laba), dianjurkan diberi pengaman grease/stempet

Pengendalian kimiawi : Soft chemical, aplikasi perangkap dengan umpan feromon seks sintesis; dan penyemprotan insektisda pada batang bawah atau kanopi tanaman (kurangi penggunaaan karbofuran).  Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aplikasi feromon seks adalah sebagai berikut:

–  Aplikasi feromon dianjurkan ketika tebu berumur 2 sampai 5 bulan  dan mampu bertahan selama 1 bulan setelah pemasangan.

–  Pemasangan feromon sekitar 25 cm di atas tajuk tanaman tebu.

b. Hama uret tebu

  • Pengaturan waktu tanam dan sanitasi kebun.
  • Pengolahan tanah yang sesuai aturan baku (2 kali bajak, garu dan kair).
  • Pengumpulan uret secara manual saat pengolahan tanah.
  • Penangkapan imago pada musim penerbangan (Awal musim hujan).
  • Penaburan insektisida cair/granular, biopestisida, jamur entomo patogen (Metarhizium anisopliae) bersamaan dengan waktu tanam.

Gambar 4. Biakan jamur  M. anisopliae (kiri) dan uret tebu terinfeksi M. anisopliae (kanan)

Sumber: P3GI

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengendalian uret tebu adalah sebagai berikiut:

  • Pemasangan Light Trap untuk mengendalikan kumbang dilakukan pada awal musim hujan atau awal penerbangan.
  • Lampu yang baik digunakan untuk memerangkap kumbang adalah lampu sookley. Di Kediri bisa memerangkap sekitar 1.500 ekor semalam yaitu dari pukul 18.00 sampai 20.00.
  • Kumbang lebih menyukai pertanaman tebu muda daripada tua dalam hal meletakkan telur.

Gambar 5. Perangkap lampu dan plastik mika untuk kumbang

Sumber: P3GI

Penulis : Alimin, S.P., M.Sc.

Sumber Pustaka

P3GI. 2022.  Materi Bimtek Penanganan OPT Tebu: Gulma pada Tanaman Tebu. Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI).Pasuruan.

Pracaya.  2008.  Hama dan Penyakit Tanaman (Edisi Revisi).  Penebar Swadaya.  Jakarta.

Wahyu, K.  2015.  Pengendalian Uret pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum).  Seri Liptan, Sinar Tani: Edisi 28 Janurai – 3 Februari 2015, No.3592 Tahun XLV. Jakarta.


Bagikan Artikel Ini