KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pengendalian OPT Kopi dengan Pestisida Nabati di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu

Diposting     Senin, 31 Oktober 2022 10:10 am    Oleh    perlindungan



Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada tanaman perkebunan, khususnya tanaman kopi selain menurunkan produksi, juga dapat menurunkan kualitas sehingga mempengaruhi harga produk. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya pendapatan petani sehinga mengakibatkan kerugian petani yang cukup besar. Penggunan pestisida kimia saat ini sebisa mungkin dihindari sehingga petani dan pelaku usaha tani kopi menggunakan metode yang lebih ramah lingkungan, salah satunya yaitu dengan aplikasi Pestisida Hayati dan Pestisida Nabati (Pesnab).

Gambar 1. Kegiatan Pengendalian OPT Kopi dengan Pesnab di Kec. Tebat Karai Kab. Kepahiang

Salah satu serangan OPT utama penyebab kehilangan hasil perkebunan kopi  yaitu hama Penggerek Buah Kopi Hypothenemus hampei (Ferr.) atau biasa disebut PBKo. Serangga hama ini termasuk ke dalam ordo Coleoptera, dengan morfologi tubuh berwarna hitam kecokelatan dan mengkilap. Hama PBKo menyerang buah kopi yang masih hijau, merah, maupun yang sudah kering hitam. Gejala serangan berupa bekas lubang gerekan pada buah kopi.  Akibat gerekan tersebut biji kopi menjadi berlubang sehingga menurunkan mutu kopi. Kerusakan yang ditimbulkan dapat menurunkan produksi sebesar 10-40%.

Gambar 2. Morfologi Hama PBKo (Hypothenemus hampei (Ferr.))
Gambar 3. Tanda serangan PBKo pada Kopi

Kegiatan pengendalian serangan hama PBKo dengan pestisida nabati  di Kabupaten Kepahiang disertai dengan pemberian bantuan barang berupa pestisida nabati berbahan aktif Azadirachtin dan Eugenol kepada 5 (lima) kelompok tani. Bahan aktif Azadirachtin dapat diekstrak dari daun dan biji mimba (Azadirachta indica A. Juss). Azadirachtin terdiri dari sekitar 17 komponen yang bekerja dengan cara mengganggu hormon eklosi dan juvenile, sehingga proses metamorfosa terganggu dan berpengaruh terhadap reproduksi serangga dewasa.

Total dosis dari aplikasi ke-1 sampai ke-4 pestisida nabati pada tanaman yang terserang hama PBKo adalah sebanyak 20 liter/ha. Interval aplikasi adalah setiap 5 hari sekali, pengamatan dilakukan 5 kali yaitu P0 (pengamatan awal sebelum aplikasi), P1 (pengamatan setelah aplikasi ke-1), P2 (pengamatan setelah aplikasi ke-2), P3 (pengamatan setelah aplikasi ke-3), dan P4 (pengamatan setelah aplikasi ke-4).  Hasil data pengamatan yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui efektivitas aplikasi fungisida nabati tersebut terhadap hama PBKo.

Berdasarkan hasil diskusi dengan petani dan petugas Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Bengkulu, hasil aplikasi pestisida nabati tersebut tidak langsung terlihat, namun perlahan-lahan tanaman menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Hal ini karena kandungan di dalam pestisida nabati selain toksin juga terdapat hormon yang berperan dalam pertumbuhan dan produksi tanaman. Kelompok Tani merasakan manfaat pengendalian OPT dengan pestisida nabati di kebunnya, dan mereka akan tetap melanjutkan pengendalian OPT secara berkelanjutan, sehingga produktivitas tanaman kopi menjadi lebih baik dan kesejahteraan petani meningkat.

Penulis : Annisa Balqis, Andi Asjayani, Rony Novianto

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, A. et.al. Draft Guide to Identification of Coffee Berry borer from similar bark beetles in Papua New Guinea. dikutip dari https://www.ambrosiasymbiosis.org/wp-content/uploads/2016/08/Identification_of_CBB_from_similar_beetles_v0p1_.html, diakses pada 7 Oktober 2022.

Anonim. Pengendalian PBKo Pada Tanaman Kopi Secara Alami. dikutip dari
https://tanilink.com/bacaberita/151/pengendalian-pbko-pada-tanaman-kopi-secara-alami/, diakses pada 10 Oktober 2022.

Kurniawati. Pemanfaatan Ekstrak Mimba Sebagai Pestisida Nabati. https://disbun.jatimprov.go.id/web/baca/pemanfaatanekstrakmimbasebagaipestisidanabati.html, diakses pada 10 Oktober 2022.


Bagikan Artikel Ini