KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pengendalian Kumbang Oryctes rhinoceros Pada Tanaman Kelapa

Diposting     Selasa, 01 Agustus 2023 02:08 pm    Oleh    perlindungan



Kelapa (Cocos nucifera) merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar, sehingga kelapa juga disebut sebagai “pohon kehidupan”. Sebagian besar produksi kelapa Indonesia dimanfaatkan untuk konsumsi dan industri dalam negeri. Industri tersebut berupa industri rumah tangga, kecil, dan menengah yang membutuhkan bahan baku kelapa sebagai upaya diversifikasi produk kelapa sehingga memiliki nilai tambah. Alternatif produk yang dapat dikembangkan dari kelapa antara lain: Virgin Coconut Oil (VCO), gula kelapa, oleokimia, kelapa parut kering, coconut cream/milk, arang tempurung, dan serat kelapa. Disamping itu, arti penting kelapa bagi masyarakat Indonesia juga tercermin dengan luasnya areal perkebunan rakyat yang mencapai 99,08 % dari 3.355.535 ha dan produksi sebesar 2.877.504 ton serta melibatkan 5,8 juta petani (Ditjenbun, 2021).

Produksi kelapa di Indonesia masih pasang surut karena sebagian besar merupakan perkebunan rakyat yang masih tradisional tanpa didukung inovasi teknologi yang memadai terutama dalam hal pemeliharaan tanaman, kondisi tanaman tua/rusak dan adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Salah satu jenis OPT utama pada tanaman kelapa yang masih menjadi ancaman dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas kelapa, yaitu hama kumbang badak/tanduk (Oryctes rhinoceros). Berdasarkan data laporan serangan O. rhinoceros tahun 2022, hampir seluruh tanaman kelapa di Indonesia melaporkan adanya serangan hama ini. Luas serangan terbesar ada di Provinsi Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat dan Sulawesi Utara.

Gambar 1. Peta luas serangan O. rhinoceros di Indonesia

Hama Oryctes rhinoceros termasuk dalam Ordo Coleoptera, Famili Scarabaeidae yang aktif pada malam hari dan tertarik cahaya lampu. Imago Oryctes rhinoceros membuat gerekan melalui tangkai pelepah sampai ke pucuk, mengarah vertikal ke titik tumbuh. Gejala serangan berupa bekas guntingan dengan pola seperti huruf ‘V” yang terlihat jelas saat daun membuka. Serangan kumbang Oryctes rhinoceros dapat menurunkan produksi sekitar 40%.

Adanya serangan hama Oryctes rhinoceros pada tanaman kelapa, sehingga perlu dilaksanakan kegiatan perlindungan tanaman. Konsep perlindungan tanaman pada dasarnya adalah sistem pengendalian populasi hama atau OPT lainnya dengan memanfaatkan semua teknologi yang dapat digunakan bersama untuk menurunkan dan mempertahankan populasi hama atau OPT lainnya sampai di bawah batas ambang toleransi. Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebuan mengalokasikan dana APBN TP tahun 2023 pada kegiatan pengendalian OPT tanaman kelapa (Oryctesrhinoceros) seluas 50 ha di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I. Yogyakarta.

Perlindungan tanaman dalam budi daya tanaman adalah sangat penting dan mutlak dilakukan, mengingat tanaman merupakan jaminan dalam mempertahankan produksi tanaman terhadap serangan OPT. Pada budi daya tanaman apabila tidak dilakukan perlindungan tanaman maka akan sulit dipastikan bahwa petani akan mampu panen sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu penanganan OPT dengan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) memegang peranan yang sangat strategis pada proses usaha perkebunan, baik pada tingkat on farm maupun di tingkat off farm. Kontribusi penanganan OPT terhadap pendapatan usaha tani perkebunan atau kontribusi terhadap kelangsungan usaha tani sangat signifikan bahkan menentukan keberhasilan. Untuk mengendalikan serangan kumbang Oryctes rhinoceros pada tanaman kelapa, berikut teknologi pengendalian yang dapat diterapkan oleh petani kelapa:

1. Sanitasi merupakan pembersihan seluruh tempat berkembang biak Oryctes rhinoceros seperti tumpukan serbuk gergaji, batang kelapa atau kayu yang sudah lapuk, dll. Selanjutnya tumpukan batang kelapa atau material lain yang dapat menjadi tempat berkembangbiak Oryctes rhinoceros dimusnahkan.

Gambar 2. Breeding sites O. rhinoceros pada batang kelapa lapuk

2. Penghancuran tempat peletakkan telur dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh dan dilakukan pengutipan (handpicking) terhadap kumbang dewasa di tanaman yang terserang apabila jumlahnya masih terbatas.

3. Pengumpulan kumbang Oryctes rhinoceros secara langsung dari lubang gerekan pada tanaman kelapa dengan menggunakan alat kait berupa kawat. Tindakan ini dilakukan setiap 3 bulan apabila populasi 3-5 ekor/ha, tiap 2 minggu jika populasi 5-10 ekor, dan setiap minggu pada populasi Oryctes rhinoceros lebih dari 10 ekor.

Gambar 3. Lubang gerekan O. rhinoceros pada pangkal pelepah kelapa

4. Pengendalian Oryctes rhinoceros secara biologi diantaranya menggunakan jamur Metarhizium anisopliae dan Baculovirus oryctes. Jamur Metarhizium anisopliae dapat menyebabkan kematian pada stadia larva Oryctes rhinoceros dengan gejala mumifikasi yang tampak 2-4 minggu setelah aplikasi. Baculovirus oryctes juga efektif mengendalikan larva maupun kumbang Oryctes rhinoceros.

Gambar 4. Larva O. rhinoceros terinfeksi (a) Metarhizium sp. dan (b) Baculovirus
  • Aplikasi dengan menaburkan Metarhizium anisopliae dengan dosis 20 g/m2 (dalam medium jagung) pada tumpukan bahan organik/sarang aktif (trapping).
  • Jamur juga dapat diaplikasikan pada perangkap yang dibuat dari batang kelapa maupun perangkap permanen yang ditaburi dengan serbuk gergaji dan biakan Metarhizium anisopliae.
  • Pada kotak perangkap dengan ukuran 1 x 1 x 0,5 m3 ditambahkan serbuk gergaji setinggi 8 cm kemudian ditaburi sebanyak 25 g Metarhizium anisopliae dan diaduk.
  • Kotak perangkap ditambahkan serbuk gergaji sampai setinggi 0,5 m dan 25 g Metarhizium anisopliae kemudian diaduk merata.
  • Perangkap dibuat sebanyak 5 perangkap per ha.
  • Serbuk gergaji dalam perangkap perlu diganti setiap 3 bulan.
Gambar 5. Perangkap O. rhinoceros dengan: (a) batang kelapa dan (b) permanen

5. Pemerangkapan Oryctes rhinoceros menggunakan feromon trapping (ferotrap) berupa feromon sintetik yang digantungkan pada perangkap (ember plastik atau pralon). Kebutuhan feromon sebanyak 1-2 sachet per ha dan penggantian feromon dilakukan setiap 3 bulan.

Gambar 6. Jenis-jenis ferotrap kumbang O. rhinoceros

6. Pemanfaatan kanfer (naftalene balls) sebagai penolak (repellen). Pada tanaman kelapa berumur 3-5 tahun digunakan 3,5 g kanfer per tanaman yang diletakkan pada tiga pangkal pelepah di bagian pucuk. Aplikasi diulang setiap 45 hari.

7. Pemanfaatan serbuk mimba (powdered neem oil cake) sebanyak 250 g dicampur dengan 250 g pasir kemudian diaplikasikan pada pucuk kelapa yang menjadi tempat masuk Oryctes rhinoceros. Aplikasi dilakukan pada 3 – 4 pangkal pelepah di bagian pucuk dengan interval 45 hari.

Penulis : Yuni Astuti, Ratri Wibawanti dan Bibit Bakoh

DAFTAR PUSTAKA

Alouw, J.C. 2007. Feromon dan Pemanfaatannya dalam Pengendalian Hama Kumbang Kelapa Oryctes rhinoceros (Coleoptera: Scarabaeidae). Buletin Palma 32: 12-21.

Anonim. 1993. Baku Operasional Pengendalian Terpadu Hama Kumbang Kelapa (Oryctes rhinoceros L.). Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Astuti, M., Hafiza, Elis Y, Destiana M., Agus R.W., dan Irfan M.N. 2014. Pedoman Budidaya Kelapa (Cocos nucifera) yang Baik. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2017. Teknis Pengamatan dan Pelaporan OPT Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Diyasti, F., Merry I.K., Cecep S., dan Dwimas S. 2021. Pengenalan dan Pengendalian OPT pada Tanaman Kelapa. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hosang, M.L.A. 2021. Pengenalan dan Pengendalian OPT Tanaman Kelapa dan Sagu. Prasaran pada Pertemuan Pembuatan Buku Saku 2021 di Bogor. Balai Penelitian Tanaman Palma. Manado.

Tim Direktorat Perlindungan Perkebunan.  2017. Instruksi Kerja Pengamatan dan Pengendalian OPT Penting Tanaman Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.


Bagikan Artikel Ini