KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pemantauan Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Lada Di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung

Diposting     Jumat, 30 Desember 2022 01:12 pm    Oleh    perlindungan



Lada merupakan salah satu komoditi perkebunan unggulan Provinsi Lampung dengan areal terluas kedua setelah Provinsi Kep. Bangka Belitung. Bahkan, sejak tahun 2016 Provinsi Lampung telah memiliki sertifikat indikasi geografis untuk lada hitam. Berdasarkan data statistik perkebunan nasional, luas areal tanaman lada di Provinsi Lampung pada tahun 2020 sebesar 45.834 ha. dengan jumlah produksi sebesar 15.412 ton. dan hingga saat ini pangsa pasarnya telah menembus mancanegara antara lain Jepang dan beberapa negara di benua Eropa dan Afrika.

Di balik kejayaannya, hambatan produksi lada di Provinsi Lampung tak terlepas akibat gangguan penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan Phytophthora capsici. Pada Bulan November 2022, kasus penyakit busuk pangkal kembali terjadi di Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung dengan intensitas serangan cukup berat sehingga mendorong tim POPT dari Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pemantauan lapang (Ground check) atas kejadian tersebut. Tim didampingi oleh Kepala seksi Proteksi Tanaman Perkebunan BPTP Provinsi Lampung dan Kepala Bidang Perkebunan Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten Tanggamus. Selain pemantauan langsung di kebun, tim melakukan diskusi dan wawancara dengan para petani mengenai kasus ini.

Sesuai gejala dan cara penyebarannya, tanaman lada tersebut terinfeksi penyakit busuk pangkal batang dengan ciri daun-daun menguning dan layu (tidak kaku). Gejala lanjut menyebabkan daun-daun berguguran sehingga tersisa batang dan ranting yang kering dan lapuk. Selain itu, perakaran juga tampak berwarna coklat membusuk. Penyebaran penyakit sangat cepat didukung intensitas hujan yang cukup tinggi dan kontur lahan yang cenderung menurun.

Atas permasalahan tersebut, tim merekomendasikan teknik pengendalian secara terpadu untuk menekan kerugian akibat penyakit ini, yaitu menggabungkan beberapa cara pengendalian antara lain:

a. Secara Kultur Teknis

  • Penggunaan varietas/klon tahan atau toleran.
  • Menyambung batang bawah menggunakan cabe jawa/malada.
  • Penggunaan bibit sehat bersertifikat.
  • Pengeloalaan drainase yang baikuntuk mencegah genangan air di kebun, sehingga dapat mengurangi penyebaran penyakit dari tanaman terinfeksi ke tanaman sehat. Drainase yang baik juga dapat meningkatkan efektivitas pemupukan, agen hayati, dan bahan pengendali lainnya. Drainase sebaiknya terdiri atas drainase primer, sekunder, dan tersier.
  • Pemupukan yang tepat sesuai keadaan tanaman dapat meningkatkan kebugaran tanaman sehingga cenderung tahan terhadap penyakit. Sebaliknya, jika berlebihan dapat menyebabakan tanaman rentan. Misalnya pemberian pupuk dengan kadar nitrogen berlebihan dapat menyebabkan tanaman sukulen sehingga mudah terinfeksi penyakit.
  • Penanaman tanaman penutup tanah dan tanaman antagonis,ditanam di sekitar piringan untuk mengurangi deposisi inokulum melalui percikan air, juga sebagai habitat musuh alami atau mikroba bermanfaat di sekitar perakaran. Sedangkan tanaman antagonis berfungsi menekan patogen akibat eksudat akar yang tidak disukai patogen. Arachis pintoi merupakan tanaman penutup tanah yang cukup baik dan sering digunakan di perkebunan lada.

b. Secara Mekanis

Membongkar dan memusnahkan sumber-sumber infeksi, termasuk membongkar tanaman yang sudah parah, serta membuang/memusnahkan bagian tanaman bergejala (akar, batang, cabang/ranting, serta daun) dari kebun.

c. Secara Hayati/nabati

  • Pemberian agen hayati (antara lain Trichoderma spp., Pseudomonas fluorescens, Gliocaldium spp.)
  • Pemberian metabolit sekunder agen hayati dengan cara infus akar, penyiraman, atau melalui teknik biopori pada daerah perakaran.
  • Pemberian agen hayati atau metabolit sekunder disertai pemberian pupuk organik yang mengandung unsur Fosfor (P), Kalium (K), dan sedikit Nitrogen (N) dapat memberikan hasil yang lebih baik untuk pemulihan tanaman.
  • Aplikasi fungisida nabati ekstrak biji pinang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit busuk pangkal batang dengan penghambatan yang cukup signifikan.

d. Secara kimia

Pemberian bubur bordo atau fungisida kimia berbahan aktif asam fosfit di sekitar perakaran tanaman terinfeksi atau pada lubang tanam bekas tanaman yang dibongkar sebelum replanting sebagai tindakan pencegahan. Aplikasi metabolit sekunder dan fungisida kimia yang dilakukan secara bergantian dengan interval seminggu sekali juga efektif mengendalikan penyakit ini pada pembibitan.

Penulis : Akhmad Faisal Malik, Romauli Siagian, dan Cecep Subarjah


Bagikan Artikel Ini