KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pala Dan Hama yang dihadapi di Sistem Agroforestry “Dusung” Pulau Ambon

Diposting     Kamis, 14 Juli 2022 02:07 pm    Oleh    perlindungan



Pala merupakan komoditi unggulan di sektor pertanian yang memiliki nilai pasar menjanjikan karena nilai permintaannya cukup tinggi di pasar international. Persentase keseluruhan produksi pala dunia dihasilkan dari Indonesia sebesar 60%. Pada umumnya tanaman pala yang dikelola oleh petani merupakan tanaman pala yang telah berumur puluhan hingga ratusan tahun.

Pulau Ambon merupakan salah satu sentra penghasil Pala di Wilayah Maluku. Berdasarkan data statistik di Pulau Ambon terdapat luas lahan tanaman pala sebesar 1763 Ha yang produksi mencapai 329,80 ton. Uniknya di Pulau Ambon Perkebunan Pala menggunakan sistem agroforestry yang oleh warga lokal disebut Dusung. Dusung ialah pengelolaan tradisional dimana tanaman pala ditanam bersama dengan tanaman lain di satu lahan (Matinahoru, 2014).

Kendala yang sering dihadapi untuk peningkatan produksi pala adalah masalah hama dan penyakit dan ini sangat mempengaruhi penurunan produksi bahkan sampai gagal panen. Jenis hama yang menyerang tanaman pala adalah penggereka batang (Batocera sp.), rayap dan kumbang (Areoceum foriculatus). Sedangkan untuk penyakit utama yaitu kanker batang akibat serangan jamur Pytophthora palmivora, busuk buah, gugur daun dan pecah buah mentah (penyakit fisiologis).  

Gejala kerusakan batang pala akibat hama penggerek batang terlihat batang berlubang dengan diameter 0,5 – 1,0 cm. Lubang gerekan terlihat pada batang 1 – 2 m dari permukaan tanah. Lubang gerekan tampak adanya garis – garis mendatar dengan ukuran 1,5 – 2,0 cm dan lebar 2 – 3 mm, tampak juga serbuk – serbuk kayu bekas gerekan dan pada lubang gerek keluar cairan atau gum berwarna cokelat. Karakteristik dan larva dari hama ini berukuran 6 – 10 cm, berwarna putih agak cokelat dan pada bagian abdomen memiliki ruas 8 – 9, caput berbentuk oval dan berwarna cokelat kemerahan (Kalay et al.,2015).

Gambar 1. Larva Batocera hercules, Kulit pohon dan batang pohon pala dengan bekas gerekan larva
(Dok. Pribadi)

Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama Batocera hercules dapat menggunakan metabolit sekunder dari jamur entomopatogen Beauveria bassiana. Penggunaan metabolit sekunder melalui infus akar pada tanaman pala di Desa Teluti Baru, kecamatan Tehoru mempunyai dampak yang positif ditandai dengan tidak ada penambahan lubang gerekan baru, muncul pertumbuhan akar baru pada tanaman, munculnya pucuk – pucuk baru dan juga kondisi tanaman yang makin sehat dan rimbun (BBPPTP Ambon, 2020). Kematian serangga disebabkan oleh kerusakan jaringan menyeluruh, karena toksin yang diproduksi oleh Beauveria bassiana. Serangga yang terinfeksi ditandai dengan warna kutikula tampak berkilat dan beraroma etanol. Selanjutnya warna kutikula akan memudar, kusam dan bagian posterior berlekuk serta mengecil.

Gambar 2. Larva B. hercules yang diselimuti miselium B. bassiana (Dok.pribadi)

Pengembangan B. bassiana untuk  pengendalian hama mempunyai potensi dan prospek baik. Patogen ini bersifat spesifik inang dan lokasi sehingga tidak berbahaya bagi manusia, musuh alami maupun lingkungan. Kemampuan produksi spora yang berbeda tersebut dapat terjadi karena mempunyai materi genetic yang berbeda sehingga mempunyai tanggapan terhadap lingkungan berbeda pula atau mempunyai pertumbuhan dan sporulasi yang berbeda (Pesireron M et al, 2019).

Penyakit yang sering dihadapi oleh petani pala di pulau Ambon ialah kanker batang. Kanker batang pala ditunjukkan dengan gejala adanya bercak kehitaman pada kulit batang dan pada bercak tersebut keluar cairan yang menyerupai warna karat. Apabila terjadi serangan berat dapat menyebabkan daun rontok, ranting kering dan akhirnya tanaman mati. Hasil uji coba dari BBPPTP Ambon dengan menggunakan arang aktif tempurung kelapa untuk pengendalian kanker batang pala membuktikan dapat menekan cairan yang keluar bahkan dapat menyembuhkan tanaman yang terserang penyakit kanker batang. Hal ini karena arang aktif tempurung kelapa mampu menyerap dan mengikat cairan yang keluar dari tanaman akibat luka dimana cairan tersebut akan terikat masuk ke dalam rongga batang sehingga cairan tersebut dan tanaman dapat berproduksi kembali (Pesireron M et al, 2019).

Sering munculnya hama penyakit lainnya pada areal perkebunan pala juga disebabkan oleh pepohonan pada lapisan teratas “dusung” seperti durian, albizia, kenari dan manggis membentuk kanopi yang selanjutnya menutupi pohon pala dan tumbuhan lainnya yang lebih rendah sehingga cahaya matahari yang masuk menjadi terhalang yang dapat menyebabkan kelembapan menjadi tinggi, kelembapan tinggi ini lah yang menyebabkan pesatnya pertumbuhan jamur patogen (Leatemia et al, 2017).

Cara sederhana yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran penyakit dan hama pada perkebunan pala ialah sanitasi kebun. Menjaga sanitasi kebun tetap baik dapat membantu menghambat perkembangan baik itu hama Batocera sp. rayap maupun kumbang.  Sanitasi kebun dengan cara membabat gulma setelah 3 – 6 bulan dan tanaman pala yang terserang ditebang dan dibakar merupakan tindakan untuk menghilangkan tempat hidup dan berkembang biak serta tempat bersembunyi hama. Selain itu dengan sanitasi kebun juga dapat menghilangkan batang kayu tua dan lapuk yang menjadi sumber inokulum jamur patogen agar tidak tersebar menyerang ke tanaman sehat. Oleh karena itu pentingnya kesadaran petani pala mendapat informasi untuk mengontrol serangan hama dan penyakit. Dengan pengendalian hama penyakit yang baik tentu akan berimbas pada naiknya produktivitas pala yang dihasilkan di wilayah pulau Ambon sehingga kesejahteraan petani dapat diraih.

Penulis : Indriana Saraswati, S.Si , Cecep Subarjah, SP, MP dan Esther Mastiur Silitonga, SP, M.Sc

Daftar Acuan :

BBPPTP Ambon. 2020. Laporan Kaji Terap Pala. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman                             Perkebunan Ambon

Kalay, M.A.,Lamerkabel, Jacobus S.A., Thenu, Frances J.L. 2015. Tanaman Pala Akibat Serangan             Penyakit Busuk Buah Kering dan Hama Penggerek Batang Pala di Kecamatan Leihitu Kabupaten    Maluku Tengah. Jurnal Agroekotek 7(2) : 138 – 146

Leatemia J.A.,Rehatta H., Uluputty M.R, dan Mahulete A.S. 2017. Productivity of Nutmeg (Myristica spp.)    in Agroforestry System (Dusung) in Ambon Island. Occasional Papers (Kagoshima University             Research Center for the Pacific Islands) 58 :69 – 76

Pesiron, M.,Kaihatu S.,Suneth R dan Ayal Y. 2019. Perbaikan Teknik Pengendalian Hama dan Penyakit      Pada Perkebunan Pala Banda (Myristica fragrants Houtt) Di Maluku. Jurnal Littri 25(1) : 45 – 58

Matinahoru, J.M. 2014. A Review on Dusung as an Indigenous Agroforestry System Practiced in Small        Islands. Occasional Papers (Kagoshima University Research Center for the Pacific Islands), 54 :     53 – 60

             

             


Bagikan Artikel Ini