KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Emerging Disease: Mirip VSD, Penyakit Batik Disebabkan oleh Virus

Diposting     Senin, 19 Desember 2022 08:12 am    Oleh    perlindungan



Penyakit Batik, nama khas yang diberikan petani ini memiliki gejala klorosis yang terjadi di dekat tulang daun nampak bertepi tegas dan bercorak seperti batik dengan warna yang cukup tajam. Awalnya penyakit ini diduga sebagai Vascular Streak Dieback (VSD), namun daun-daun pada ranting tidak meranggas sebagian (ompong) dan jika tangkai daun dipatahkan tidak terdapat noktah tiga di penampangnya, dan jika ranting dibelah tidak terdapat bercak pembuluh di sepanjang ranting tersebut (tabel 1). Bunga gagal terbentuk akibat penyakit ini, sehingga produksi kakao menurun drastis.

Tabel 1. Perbedaan gejala antara penyakit batik dengan VSD

Kasus penyakit batik kami jumpai di kebun kakao di Desa Tamansari, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Para petani di sana menyebutnya sebagai penyakit batik. Dikarenakan gejalanya mirip dengan VSD, awalya kami menduga bahwa penyakit ini disebabkan oleh varian atau strain dari cendawan Oncobasidium theobromae (penyebab VSD). Namun ternyata penyakit ini pernah dilaporkan sebagai penyakit baru oleh Kandito et. al. dalam first report mereka pada awal tahun 2022. Hasil identifikasi secara molekuler menunjukkan bahwa penyebab penyakit ini adalah Cacao Mild Mosaic Virus (CaMMV) dengan nilai bootsrap sebesar 99 namun persentase identifikasinya masih 92,78%. Menurut Kandito et.al., CaMMV merupakan genus Badnavirus yang berasosiasi dengan penyakit mozaik pada tanaman kakao.

Dilaporkan penyakit batik telah menyebar di beberapa wilayah antara lain Kabupaten Pesawaran (Lampung), Kabupaten Jember (Jawa Timur), dan Kabupaten Kulonprogo (DI Yogyakarta). Namun, hingga saat ini belum terdapat laporan intensitas dan luas serangan penyakit ini karena mungkin selama ini dianggap sebagai VSD. Penyakit ini dapat disebarkan dan diperparah oleh vektor berupa kutu putih (Planococus citri). Selain itu, insidensi penyakit ini sangat erat dengan perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini. Menurut Sugito (petugas perkebunan Kabupaten Pesawaran; 2022), klon-klon yang rentan terhadap penyakit ini antara lain MCC, Sulawesi 1, dan Sulawesi 2, sedangkan klon lokal cenderung lebih tahan. Lebih lanjut dikatakan bahwa penyakit ini juga menyebabkan buah menjadi kering-keriput apabila infeksinya terjadi setelah tanaman berbuah.

Sesuai hasil rapat National Plant Protection Organization (NPPO) di Depok pada tanggal 14 November 2022, penyakit batik perlu dipantau secara intensif di Provinsi Lampung dan provinsi lain yang merupakan sentra kakao untuk mengetahui dan mencegah penyebarannya serta segera dikonsolidasikan dengan instansi terkait.

Oleh : Ditlinbun

PUSTAKA

Kandito K., Sedyo Hartono, Y. Andi Trisyono, and Susamto Somowiyarjo. 2022. First report of Cacao Mild Mosaic Virus Associated with Cacao Mosaic Disease in Indonesia. Wiley. 45 (2022): 1-2.

Sugito. 2022. Penyakit Batik Pada Tanaman Kakao (komunikasi pribadi).


Bagikan Artikel Ini