KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Mengenal Penyakit Pokahbung Pada Tebu dan Pengendaliannya

Diposting     Rabu, 13 Juli 2022 10:07 am    Oleh    perlindungan



  Gb 1. Penyakit pokahbung

Sumber: P3GI

Tebu merupakan tanaman yang multifungsi, selain sebagai penghasil gula juga dapat dimanfaatkan sebagai biofuel, daunnya bisa menjadi sumber pakan ternak, serasahnya dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik yang jika dikembalikan lagi ke tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah. Namun demikian, tebu juga rentan terhadap serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) .

Serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi dan produktivitas tebu karena menyebabkan kerusakan berarti yang pada akhirnya menimbulkan kerugian hasil dan pendapatan petani. Beberapa jenis penyakit lokal tebu yang dapat menyebabkan kerugian hasil yang cukup tinggi, baik itu menurunkan produksi maupun kualitas nira yang dihasilkan antara lain: penyakit pokahbung, daun hangus, karat daun, noda kuning, noda cincin, bercak bertarget , serta busuk akar dan pangkal batang.

Pokahbung merupakan salah satu jenis penyakit lokal tanaman tebu yang disebabkan oleh jamur Fusarium moniliforme.  Penyakit ini dapat menurunkan hasil 0,35 sampai 0,85% dari setiap persentase serangan 1%.    Penyakit pokahbung dilaporkan dapat menyebabkan hilangnya hasil 10-38 % pada varietas POJ 2878. Penyakit pokahbung meningkat setelah terjadinya hujan besar atau musim hujan. Tetapi, penyakit tersebut saat ini terlihat sepanjang musim pertumbuhan selama periode basah dan kering.

a. Gejala Penyakit

Gejala umum yang ditimbulkan pada penyakit pokahbung yaitu adanya bintik-bintik klorosis pada daun terutama pada pangkal daun serta cacat bentuk sehingga daun-daun tidak dapat membuka secara sempurna. Dan pada akhirnya tanaman tebu akan mengalami pembusukan dengan mengeluarkan bau yang tidak sedap, serta untuk serangan yang lanjut tanaman akan mati.

Gejala khusus penyakit pokahbung dibagi menjadi tiga tingkat yang lazim disebut pb1, pb2 dan pb3. Pada pb1 (Chlorotic phase) gejala hanya terdapat pada daun. Helaian daun yang baru saja membuka pangkalnya tampak klorosis. Pada bagian ini kelak timbul titik atau garis-garis merah. Jika penyakit meluas kedalam, maka daun-daun yang belum membuka akan terserang juga. Daun-daun ini akan rusak dan tidak dapat membuka dengan sempurna. Pada pb2 (Acute phase) jamur menyerang ujung batang yang masih muda, tetapi tidak menyebabkan pembusukan. Pada batang yang masih muda ini terjadi garis-garis merah kecoklatan yang dapat meluas menjadi rongga-rongga yang dalam. Rongga-rongga ini mempunyai sekat-sekat melintang hingga tampak seperti tangga. Jika ujung batang dapat tumbuh terus akan terjadi hambatan (stagnasi) pertumbuhan, dan pada bagian yang berongga tadi batang membengkok. Pada pb3 (Knife cut phase) jamur menyerang titik tumbuh dan menyebabkan pembusukan. Busuknya tunas ujung sering disertai dengan timbulnya bau tidak sedap. Pada fase ini, satu atau dua atau lebih potongan melintang pada kulit batang atau batang seolah-olah seperti jaringan dihilangkan dengan pisau tajam.  Serangan ini menyebabkan matinya tanaman.

Gambar 2. Fase-fase gejala penyakit pokahbung:
a) pb1 atau chlorotic phase;  
b) pb2 atau acute phase; dan
c) pb3 atau knife cut phase                                  
Sumber: Fertiliserindia.com

b. Morfologi Fusarium moniliforme                            

Secara mikroskopis konidiospora dari F. moniliforme hialin, sederhana atau bercabang, bantalan konidia dalam rantai dan spora massa di ujung cabang. Konidia hialin, mimiliki dua jenis yakni makrokonidia, berbentuk perahu, dengan sedikit melengkung pada sel apikal, dan memiliki 2 pusat sel silinder, bersel 4 sampai 5, dan mikrokonidia hialin, ellipsoidal spora atau bulat telur, apikulat pada salah satu ujungnya serta tidak terbentuk klamidiospora

Gambar 3. Morfologi Jamur Fusarium moniliforme
A-C: Konidiofor dan Mikrokonidia.
D. Konidiofor dan Makrokonidia.
E. Makrokonidia                   
Sumber: Young et al., 1978

Gambar 4. Biakan murni F. moniliforme

Sumber: bioimagen.bioucm.es

c. Bioekologi Patogen       

Patogen masuk ke jaringan tanaman inang melalui luka yang disebabkan oleh serangga atau penggerek dan dapat juga melalui retakan akibat pertumbuhan tebu yang dilakukan secara alami. Setelah patogen masuk, benang infeksi mengembangkan hifa normal yang tumbuh didalam jaringan tanaman inang dalam beberapa waktu. Kemudian keluar malalui sel ke sel permukaan luar, spora bersarang atau hidup disekitar balik selubung daun. Spora yang sudah berkembangbiak dan miselium sudah terbentuk pada sisik tunas, primordial akar atau bekas luka di jaringan tanaman. Pada umumnya pokhabung adalah penyakit yang disebarkan melalui udara khususnya melalui sirkulasi udara dan infeksi sekunder meliputi kumpulan tanaman yang sudah terinfeksi, air irigasi, hujan dan tanah yang tidak sengaja tersiram yang terdapat patogen F. moniliforme. Patogen dapat bertahan hidup selama 12 bulan di puing-puing pabrik dengan kondisi yang alami serta dapat bertahan selama lebih dari 10 tahun di kondisi laboratorium.       

d. Pengendalian

Pengendalian penyakit pokahbung harus dilaksanakan secara terpadu dan terintegrasi antara lain:

1) Penggunaan varietas tahan
Varietas tahan terhadap penyakit pokahbung seperti PSJK 922. 2)

2) Perlakuan bibit yang benar
Dengan Hot Water Treatment (HWT) 52°C selama 30 menit + perendaman dalam fungisida.

3) Karantina
Karantina dapat mencegah penyebaran penyakit ke daerah baru.  Suksesnya  program karantina memerlukan komitmen semua pihak (Balai Karantina, Balai Penelitian, Perusahaan Gula, dan Petani).

4) Monitoring penyakit di lapangan dilakukan secara periodik.

5) Sanitasi lahan, yaitu:

  • Sanitasi tebu melalui eradikasi tanaman sakit.
  • Sanitasi gulma.
  • Aplikasi kompos , termasuk vermi kompos , biochar untuk meningkatkan kesuburan lahan dan mendukung pertumbuhan tanaman.

6) Pengendalian Hayati
Dengan memanfaatkan agens hayati dan bahan alami seperti aplikasi mikroba antagonis dari golongan jamur (Trichoderma harzianum, Gliocladium sp.), dan golongan bakteri (Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens).

Penulis :  Alimin, S.P., M.Sc.

Sumber Pustaka

Fertiliser India.  2021. Major Crop Disease/Sugarcane: Pokkah Boeng (Fusarium moniliforme Sheldon) Sugarcane Crop Disease.  Internet: Fertiliserindia.com.  Diakses tanggal 6 Juni 2022.

Hanudin & Budi M.  2012.  Prospek Penggunaan Mikroba Antagonis sebagai Agens Pengendali Hayati Penyakit Utama pada Tanaman Hias dan Sayuran.  Balit Tan. Hias, Cianjur.

Nurindah & Titiek Y.  2018.  Strategi Pengelolaan Serangga Hama dan Penyakit Tebu dalam Menghadapi Perubahan Iklim.  Balittas, Malang.

Siregar, A. Z. dan Syahputra, T. S.   2017.  Keanekaragaman Hama dan Penyakit pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). Agroteknologi, Faperta. Unsu, Medan.

Wijayanti, Agustina Nurul.  2018.  Pengaruh Waktu Pemberian Kompos Daduk Terhadap Kejadian Penyakit Pokahbung (Fusarium Moniliformae) dan Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum L. ) Di Lahan Kering. Faperta, Univ. Barawijaya, Malang.

Young. et al. 1978. Disseminated Infection by Fusarium moniliforme During Treatment for Malignant Lymphoma.  Journal of Clinical Microbiology Vol.7 No.6, USA.  Internet: https://journals.asm.org. Diakses tanggal 5 Juni 2022.

   


Bagikan Artikel Ini