KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Hama Penghisap Buah Kakao Serangga Kecil Yang Mengancam Keberlanjutan Buah Kakao

Diposting     Jumat, 23 Juni 2023 09:06 am    Oleh    perlindungan



Kakao (Theobroma cacao Linnaeus) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Kakao menjadi salah satu sumber pendapatan dan penyumbang devisa negara. Selain itu, perkebunan kakao juga dapat menyediakan lapangan pekerjaan dan mendorong perkembangan agribisnis dan agroindustri. Sebagian besar perkebunan kakao (99,39%) dikelola oleh rakyat dengan pengelolaan yang tradisional mulai dari hulu ke hilir. Pengelolaan tersebut meliputi penggunaan sarana produksi seperti pupuk belum sesuai dengan standar (tepat dosis, jenis dan waktu), masih banyak menggunakan benih/stek lokal/asal-asalan, teknologi budidaya masih konvensional, pengendalian hama penyakit belum sepenuhnya mengikuti prinsip PHT, teknologi pengolahan kurang higienis, serta peran kelembagaan tani kurang mendukung sehingga membuat usaha tani kakao seperti berjalan di tempat.

Sementara itu, persaingan perdagangan kakao di pasar dunia semakin kompetitif karena persyaratan yang diminta negara-negara konsumen semakin ketat terutama dalam jaminan mutu, aspek kebersihan dan kesehatan. Hanya negara yang mampu memproduksi kakao dengan mutu sesuai keinginan dan harga yang kompetitif akan berpeluang meraih pasar.

Apa itu hama penghisap buah kakao

Serangga kecil yaitu hama Helopeltis spp. atau yang biasa dikenal dengan nama kepik penghisap buah kakao termasuk ke dalam Famili Miridae dan Ordo Hemiptera ini mempunyai tipe metamorfosis tidak sempurna, yaitu dari telur, nimfa, dan imago. Telur berbentuk lonjong, berwarna putih dan pada salah satu ujungnya terdapat sepasang benang yang tidak sama panjangnya. Telur diletakkan pada permukaan buah atau pucuk dengan cara diselipkan di dalam jaringan kulit buah atau pucuk dengan bagian ujung telur yang ada benangnya menyembul keluar. Lama periode telur sekitar 6-7 hari.

Nimfa (serangga muda) berbulu halus dan belum memiliki jarum. Nimfa mempunyai bentuk yang sama dengan imago tetapi tidak bersayap, dan terdiri dari 5 instar dengan 4 kali ganti kulit. Lama periode nimfa sekitar 10-11 hari.

Imago (dewasa) Helopeltis spp. memiliki tubuh bagian tengah berwarna jingga dan bagian belakang berwarna hitam atau kehijau-hijauan dengan garis putih. Pada bagian tengah tubuh terdapat embelan berbentuk jarum pentul dengan dua pasang sayap, tipis dan tembus pandang. Imago betina dapat bertelur hingga 200 butir selama 34 hari. Pada fase imago inilah intensitas serangan Helopeltis spp. akan semakin tinggi karena selain merusak buah-buah kakao, imago akan kawin dan kembali meletakkan telur-telur yang dihasilkannya ke dalam jaringan kulit untuk melanjutkan siklus keturunannya.

Gambar 1. Helopeltis spp. stadia: (a dan b) Nimfa dan (c) Imago

Bagaimana gejala serangan Helopeltis spp.

Stadia Helopeltis spp. yang merusak yaitu nimfa dan imago. Hama ini menyerang buah dan pucuk/tunas tanaman kakao dengan cara menghisap cairan bagian tanaman tersebut. Serangan pada buah muda menyebabkan kematian buah muda dan serangan pada tunas/pucuk menyebabkan kematian pucuk (die back).

Gejala khas serangan Helopeltis spp. ditandai dengan adanya bercak-bercak berwarna cokelat kehitaman. Serangan pada buah muda menyebabkan layu pentil dan umumnya buah akan mengering kemudian rontok. Apabila pertumbuhan buah terus berlanjut maka kulit buah akan mengeras dan retak-retak, dan akhirnya terjadi perubahan bentuk buah yang dapat menghambat perkembangan biji di dalamnya.

Gambar 2. Gejala serangan Helopeltis spp. pada: (a) Tunas, (b) Buah muda, dan (c) Buah tua

Hama penghisap buah kakao, mengapa harus dikendalikan

Hama Helopeltis spp. menjadi salah satu hama penting kedua setelah penggerek buah kakao (PBK). Serangan Helopeltis spp. pada tanaman kakao dapat menurunkan produksi hingga 50% dan meningkatkan biaya produksi hingga 40%. Helopeltis spp. menyerang saat pagi dan sore hari karena tidak menyukai keberadaan cahaya, sehingga ketika siang hari hama ini biasanya bersembunyi di bagian tanaman yang gelap, seperti: sela-sela atau bagian daun yang menghadap ke bawah. Populasi dan serangan Helopeltis spp. umumnya meningkat saat musim hujan karena pada musim hujan intensitas penyinaran matahari semakin kecil, kelembaban udara semakin tinggi, dan kecepatan angin semakin rendah. Kondisi ini sangat sesuai untuk perkembangan Helopeltis spp.

Bagaimana strategi pengendalian hama Helopeltis spp.

Pengendalian populasi hama Helopeltis spp. pada tanaman kakao dilakukan melalui konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Strategi pengendalian yang dapat diterapkan antara lain:

a.) Sanitasi kebun. Kebun yang kotor mendukung perkembangan Helopeltis spp. karena banyak gulma yang menjadi inang alternatifnya sehingga perlu dilakukan pembersihan gulma di sekitar pertanaman kakao. Beberapa jenis gulma yang menjadi inang alternatif Helopeltis spp., yaitu: Mikania micrantha, Mikania cordata, Chromolaena odorata, Bidens biternata, Lantana camara, dan Melastoma malabethricum.

Gambar 3. (a) Lubang sanitasi, (b) Diisi cangkang buah kakao, dan (c) Ditutup plastik

b.) Pemangkasan dengan membuang tunas air (wiwilan) di sekitar cabang-cabang utama setiap dua minggu dapat mengurangi populasi Helopeltis spp. karena tunas air merupakan salah satu tempat peletakan telur Helopeltis spp. Pemangkasan juga dilakukan untuk mengatur tinggi tanaman kakao agar pertumbuhannya tidak melebihi 4 m sehingga memudahkan dalam pemeliharaan dan saat panen. Selain itu, pemangkasan terhadap pohon penaung agar kebun tidak rimbun dan memicu perkembangan OPT.

Gambar 4. (a dan b) Pemangkasan pemeliharaan, (c dan d) Pemangkasan produksi

c.) Pengendalian secara biologi dilakukan dengan menggunakan musuh alami yang menyerang Helopeltis spp. seperti: predator, parasitoid, dan patogen serangga.

  • Beberapa jenis predator Helopeltis spp., antara lain: Coccinella sp., semut hitam (Dolichoderus thoracicus) dan semut merah (Oecophylla smaragdina). Keefektifan predator dalam mengendalikan Helopeltis spp. membutuhkan waktu sekitar dua tahun. Semut hitam dan semut merah dapat mengganggu imago Helopeltis spp. yang akan meletakkan telur atau mengisap buah karena diserang oleh semut tersebut. Untuk meningkatkan populasi semut perlu dipasang sarang buatan yang dibuat dari daun kakao kering atau daun kelapa yang diletakkan pada bagian bawah jorget atau cabang tanaman kakao.  Untuk menghadirkan semut dapat dilakukan dengan menempatkan atau memindahkan koloni semut, misal dengan menggunakan sayatan kulit buah kakao yang sudah terdapat koloni semut dan kutu putih.
Gambar 5. (a) Sarang buatan dari daun kelapa kering dan kutu putih bersimbiosis dengan :
(b) Semut hitam dan (c) Semut merah
  • Pemanfaatan Agens Pengendali Hayati (APH) berupa jamur entomopatogen Beauveria bassiana dosis 1-1,5 kg biakan padat/ha atau 25-50 g spora/ha dengan volume semprot 500 l/ha.

d.) Pengendalian Helopeltis spp. secara mekanik dapat dilakukan dengan sarungisasi buah kakao sehat yang berukuran 8-12 cm dan salah satu ujung plastik dibiarkan tetap terbuka untuk sirkulasi udara. Buah kakao yang disarungisasi dengan kantung plastik akan terhindar dari serangan Helopeltis spp. Namun cara ini tidak dianjurkan diterapkan pada kebun kakao yang endemis penyakit busuk buah.

Gambar 6. (a) Praktik sarungnisasi dan (b) Buah kakao disarungnisasi

e.) Pengendalian dengan memanfaatkan insektisida nabati antara lain: serai wangi, minyak biji mimba, ekstrak biji srikaya, minyak selasih dan limbah tembakau.

Gambar 7. Penyemprotan pada : (a) Kanopi dan (b) Buah kakao

f.) Pengendalian secara kimiawi dengan aplikasi insektisida sintetik yang dilakukan secara bijaksana dengan memperhatikan alat aplikasi, jenis insektisida, hama sasaran, dosis/konsentrasi, cara, dan waktu aplikasi yang tepat.

EVALUASI
Evaluasi pengendalian perlu dilakukan untuk mengetahui hasil pengendalian hama terpadu yang telah dilakukan dan untuk memperbaiki pelaksanaan pengendalian selanjutnya yang lebih tepat.

Penulis : Yuni Astuti dan Ratri Wibawanti

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2004. Musuh Alami, Hama dan Penyakit Tanaman Kakao (Edisi Keempat). Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Maryani, Y dan Cucu D. 2019. Buku Saku Hama dan Penyakit Tanaman Kakao. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Prawoto AA., dkk. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.

Rulianti, E. 2009. Pedoman Identifikasi Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Perkebunan. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta. Sulistyowati, E., dkk. 2009. Pedoman Teknis Hama dan Penyakit Utama Tanaman Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. Jember.


Bagikan Artikel Ini