KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

SEKTOR PERTANIAN MENYUMBANGKAN 70% PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP).

Diposting     Kamis, 29 Desember 2016 05:12 pm    Oleh    ditjenbun



akarta,  Desember 2016.  “Kementerian Pertanian menyumbangkan lebih dari 70% Penerimaan Negara Bukan Pajak”, demikian pernyataan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Ir. Hary Priono, M.Si dalam sambutannya pada acara Sosialisasi Amnesti Pajak (Tax Amnesty) di Auditorium Gedung D Kementerian Pertanian, 28 Desember 2016. Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan II, Dr. Edi Slamet Irianto. Dr. Edi menyatakan bahwa  pajak merupakan tanggungjawab semua stakeholders, termasuk Kementerian Pertanian melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak.  Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 35 tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Pertanian pasal 1 dijelaskan bahwa jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Pertanian meliputi penerimaan dari:


Bagikan Artikel Ini  

SEKTOR PERTANIAN MENYUMBANGKAN 70% PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP).

Diposting        Oleh    ditjenbun



Jakarta,  Desember 2016.  “Kementerian Pertanian menyumbangkan lebih dari 70% Penerimaan Negara Bukan Pajak”, demikian pernyataan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Ir. Hary Priono, M.Si dalam sambutannya pada acara Sosialisasi Amnesti Pajak (Tax Amnesty) di Auditorium Gedung D Kementerian Pertanian, 28 Desember 2016. Hal senada juga diungkapkan oleh Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Selatan II, Dr. Edi Slamet Irianto. Dr. Edi menyatakan bahwa  pajak merupakan tanggungjawab semua stakeholders, termasuk Kementerian Pertanian melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak.  Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 35 tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Pertanian pasal 1 dijelaskan bahwa jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian Pertanian meliputi penerimaan dari: (Baca Selengkapnya…)


Bagikan Artikel Ini  

HARGA KARET TERUS BERGERAK NAIK.

Diposting     Rabu, 28 Desember 2016 05:12 pm    Oleh    ditjenbun



Harga karet di kalangan petani khususnya petani karet di kabupaten banyuasin saat ini mulai meningkat. Sejak beberapa minggu terakhir  harga karet terus menanjak dari sebelumnya Rp 8.375 per kilogram menjadi Rp 9.300 per kilogram. Peningkatan harga karet ini memberikan pengaruh perbaikan bagi ekonomi petani.


Bagikan Artikel Ini  

HARGA KARET TERUS BERGERAK NAIK.

Diposting        Oleh    ditjenbun



Harga karet di kalangan petani khususnya petani karet di kabupaten banyuasin saat ini mulai meningkat. Sejak beberapa minggu terakhir  harga karet terus menanjak dari sebelumnya Rp 8.375 per kilogram menjadi Rp 9.300 per kilogram. Peningkatan harga karet ini memberikan pengaruh perbaikan bagi ekonomi petani (Baca Selengkapnya…)


Bagikan Artikel Ini  

Membangkitkan Kejayaan Rempah Indonesia.

Diposting     Kamis, 22 Desember 2016 05:12 pm    Oleh    ditjenbun



Jakarta (20/12), Sejarah telah membuktikan bahwa rempah Indonesia pernah menguasai dunia dan menjadi sumber utama pasokan dunia. Pada masa itu, bangsa Eropah dan bangsa lainnya berburu rempah ke nusantara. Itulah masa kejayaan rempah masa lalu. Sekarang kejayaan rempah tersebut sudah saatnya kita raih kembali, dengan nilai tambah dan rantai nilai yang tentunya menjadi milik bangsa Indonesia. Demikian disampaikan Menteri Pertanian RI dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Dirjen Perkebunan, Ir. Bambang, MM, pada Pengukuhan Pengurus Dewan Rempah Indonesia Periode 2016-2020 pada hari Selasa, 20 Desember 2016 di Gedung Menara 165 Jakarta.

Dirjen Perkebunan pada acara tersebut, mengukuhkan Ir. Gamal Nasir, MS sebagai Ketua Dewan Rempah Indonesia beserta segenap pengurus sekaligus membuka Seminar Nasional yang mengusung tema “Rempah Dulu, Masa Kini dan Masa Depan” yang dihadiri Dewan Pembina, Dewan Penasehat, Pengurus Badan Pelaksana, Pengurus DRI Daerah, Direksi Industri dan Eskportir Rempah, Kepala Dinas Yang Membidangi Perkebunan, Peneliti, Pakar dan Pemerhati Rempah.

Dirjen Perkebunan mengharapkan, dengan formasi para pengurus terpilih ini, yang penuh pengalaman serta mempunyai motivasi dan dedikasi tinggi, akan mampu mensinergikan seluruh stakeholder agribisnis rempah nasional sehingga rempah menjadi komoditi strategis yang mampu mensejahterakan seluruh pemangku kepentingan agribisnis rempah nasional tersebut. “Harapan tersebut tentunya tidak berlebihan, karena rempah Indonesia memang mempunyai keunggulan di dunia baik secara historis, ekonomis, geografis maupun ekologis, “ ujar Dirjen.

Kebangkitan rempah ini, harus disinergiskan dengan seluruh pelaku, mulai dari petani, pedagang, industri, eksportir, lembaga penelitian, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, lembaga pemerintah baik pusat maupun daerah, serta tidak hanya pada tataran on farm tapi juga off farm. “Perbaikan menyeluruh perlu dilaksanakan, mulai dari pembibitan, penerapan Good Agriculture Practices dan Good Manufacture Practices, pengembangan produk, pemasaran dan akses pasar, serta upaya peningkatan konsumsi dalam negeri, “ kata Dirjen.

Dengan demikian, ujar Dirjen lebih lanjut, tidak ada lagi keluhan terkait dengan produktivitas rendah, produk kurang berkualitas, masih terkena cemaran antara lain jamur atau serangga serta permasalahan lainnya. Ini semua saya yakin dapat dicapai apabila kita mampu mengoptimalkan seluruh potensi sumberdaya yang ada yang kita miliki, kemudian melakukan pengembangan dengan bersama-sama, saling bahu membahu secara sistematis, bertahap dan berkelanjutan yang dilandasi filosofi kemitraan. Demikian pula, dari sisi pembiayaan, tidak hanya mengandalkan APBN, akan tetapi juga APBD, CSR perusahaan, perbankan, swadaya masyarakat dan sumber lainnya.

Meskipun dalam berbagai keterbatasan keuangan Negara, sebagai wujud komitmen Ditjen Perkebunan dalam pengembangan komoditas rempah di tanah air serta membangkitkan kejayaan rempah Indonesia, melalui APBN 2017 telah dialokasikan anggaran sekitar 40 milyar di 22 provinsi berupa kegiatan intensifikasi, rehabilitasi dan pengutuhan khususnya tanaman lada, pala dan cengkeh di sentra produksi didukung oleh penyediaan dan pemeliharaan kebun induk, sarana pengolahan dan pengeringan, pemberdayaan petani dan penguatan kelembagaan serta pengembangan Desa Organik. Mudah-mudahan dengan anggaran yang ada dapat dijadikan pengungkit khususnya di wilayah sentra produksi yang mempunyai titik tumbuh tinggi dalam pengembangan rempah nasional dan tentunya memerlukan sentuhan dan dukungan serta kontribusi dari stakeholder lainnya.

Mengakhiri sambutannya, Dirjen Perkebunan mengharapkan agar dalam acara sesi Seminar Nasional Rempah bersama para praktisi rempah dapat mencermati success story pengembangan rempah yang lalu, kemudian mendiskusikan tantangan dan peluang, serta permasalahan dan solusi revitalisasi rempah ke depan, sehingga rempah Indonesia bangkit dan jaya untuk kemakmuran bangsa. (humas-ditjenbun)


Bagikan Artikel Ini  

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDULI PIDIE JAYA ACEH .

Diposting     Rabu, 21 Desember 2016 05:12 pm    Oleh    ditjenbun



Penyerahan bantuan Peduli Korban Gempa Aceh di Kab. Pidie Jaya secara simbolik dilakukan oleh Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian mewakili Menteri Pertanian kepada Wakil Bupati Pidie Jaya H Said Mulyadi, yang disaksikan Bupati Pidie Jaya H Aiyub Abbas dan didampingi Sigit Wahyudi, Kepala Biro Umum Setjen Kementan beserta Elmar Findra, Kasub Divre IV Sigli (Kab Pidie dan Kab Pidie Jaya), pada tanggal 17 Desember 2016 di Pendopo  Rumah Dinas Wakil Bupati Pidie Jaya.

Bantuan yang diberikan berupa Beras sebanyak 20 ton, Gula sebanyak 2,3 ton dan Minyak Goreng sebanyak 1.158 liter, bantuan tersebut kemudian dibawa ke Posko Utama Penyaluran Bantuan Korban Gempa Aceh di Meureudu. “Ini bentuk spontanitas Menteri Pertanian beserta keluarga besar Kementerian Pertanian terhadap korban Gempa Aceh” demikian disampaikan oleh Bambang, Direktur Jenderal Perkebunan kepada awak media di Pendopo Rumah Dinas Wakil Bupati Pidie Jaya.

Menteri Pertanian berharap bahwa Pemerintah Daerah setempat beserta jajarannya khususnya yang terkait dengan pertanian dapat membangun kolaborasi yang terintegrasi antara segenap stakeholder terkait lainnya, baik unsur perbankan dan mitra-mitra swasta yang berperan sebagai pembeli hasil-hasil produk pertanian serta pemasarannya sehingga upaya rehabilitasi pembangunan di Kab Pidie Jaya dapat terlaksana dengan baik, “Yang paling penting adalah mengembalikan gairah masyarakat untuk mau kembali bertani”, kata Amran Sulaiman, Menteri Pertanian.


Bagikan Artikel Ini  

HARBUN KE-59 : PERESMIAN MUSPERIN INDONESIA.

Diposting     Ahad/Minggu, 11 Desember 2016 05:12 pm    Oleh    ditjenbun



MEDAN-Peringatan Hari Perkebunan ke-59 pada hari Sabtu tanggal 10 Desember 2016 di Medan, diisi dengan peresmian Museum Perkebunan Indonesia yang digagas oleh Ketua Yayasan Museum Perkebunan Indonesia, Soedjai Kartasasmita. Dibangunnya Museum Perkebunan Indonesia dimaksudkan untuk mendokumentasikan, melestarikan dan menginformasikan segala sesuatu tentang perkebunan Indonesia baik mengenai sejarah, peran dan kontribusinya bagi perjalanan bangsa dan negara, termasuk mempresentasikan peran strategis perkebunan dimasa depan. Acara tersebut diresmikan oleh Direktur Jenderal Perkebunan serta Gubernur Sumatera Utara.

“Pada peringatan Hari Perkebunan Ke-59 Tahun 2016, tema yang dipilih adalah “Dengan Gotong Royong, Kita Wujudkan Kejayaan Perkebunan”. Dipilihnya tema tersebut diharapkan tidak hanya sebagai sumber penyemangat kerja tetapi sebagai sumber inspirasi bagi segenap pelaku perkebunan dalam mewujudkan cita-cita insan perkebunan dalam menyelenggarakan, membangun dan mengembangkan perkebunannya, terutama dalam mendukung suksesnya rencana besar pemerintah dalam mewujudkan Kemandirian dan Kedaulatan Pangan Nasional. Lebih lanjut, dengan semangat gotong royong akan menciptakan nilai integritas dan nilai kerjasama bagi seluruh masyarakat pekebun, pelaku usaha, akademisi dan perangkat pemerintah, karena dengan nilai integritas dan nilai kerjasama akan memberikan pelayanan sehat, jujur dan berwibawa dengan mengedepankan kinerja baik dalam bertugas”, demikian disampaikan oleh Bambang, Direktur Jenderal Perkebunan, dalam sambutannya pada Acara Peresmian Museum Perkebunan.

Bambang menambahkan, Usaha perkebunan mulai saat ini dan kedepan dirintis untuk diintegrasikan dengan komoditas pangan dan ternak sehingga nilai tambah, kesejahteraan pekebun meningkat serta mendukung pembangunan berkelanjutan. Tekad insan perkebunan untuk membangun perkebunan berkelanjutan dan ikut mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan nasional adalah salah satu manifestasi untuk mengulang kejayaan perkebunan di masa lalu.

Pada acara tersebut, dilakukan penyerahan sertifikat ISPO bagi 42 perusahaan/kebun sawit dan ISPO award, sekaliguspenyerahan penghargaan bagi kelompok tani berprestasi sebagai pelecut semangat petani Indonesia dalam memperkuat kelembagaan petani agar lebih maju dan memiliki posisi tawar yang lebih baik. Terakhir dilakukan penandatanganan prasasti dan penggutingan pita sekaligus peninjauan ruangan Museum.

Adapun Penerima ISPO Award diantaranya kepada Gamal Nasir, Ketua Komisi ISPO 2011-2016; Bayu Krisnamurti, Direktur Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS); Joko Supriyono, Ketua Gabungan Perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia; Direksi Lembaga Sertifikasi PT Mutu Agung Lestari, penerbit ISPO terbanyak; dan Direksi PT. Sinar Mas Group, penerima sertifikasi ISPO terbanyak.

Untuk Petani Berprestasi yaitu Sawali Kab Gunung Kidul, Gito Sudarmo Kab Sleman Yogyakarta, Karno Kab Cirebon jawa barat, Darsono Kab subang Jawa Barat, Sarwoto Kab Semarang Jateng, Ahmad Sobirin Kab Banyumas Jateng, Tukiran Kab Kerinci Jambi, Sutrisno Kab Langkat Sumut, Alfadriansyah Kab Solok Sumbar, Sutomo Kab Oku Selatan Sumsel, Tamin Mahmud  Kab Bualemo Gorontalo dan Nurdin Nur Dg kio Kab Jene Ponto Sulsel.

“Terima kasih dan penghargaan secara khusus saya sampaikan kepada Ketua Yayasan Museum Perkebunan Indonesia, para petani pekebun, para perusahaan perkebunan, yang telah bahu membahu bersinergi untuk mewujudkan perkebunan nasional yang maju dan bermartabat. Kepada perusahaan perkebunan, secara khusus saya menghimbau untuk mendukung pengembangan Museum Perkebunan kedepan melalui pemanfaatan dana CSR sehingga dapat berkontribusi optimal dalam melestarikan sejarah perkebunan Indonesia” kata Bambang.


Bagikan Artikel Ini  

Turunkan Emisi Gas Rumah Kaca Melalui Pertanian Organik.

Diposting     Selasa, 06 Desember 2016 05:12 pm    Oleh    ditjenbun



Semenjak tahun 1901 suhu bumi mengalami peningkatan sebesar 0.8oC, demikian laporan resmi kelompok kerja Intergovermental Panel on Climate Change(IPCC) yang diluncurkan pada tahun 2013 yang kita kenal sebagai pemanasan global. Penyebab meningkatnya suhu bumi diakibatkan oleh efek gas rumah kaca yaitu meningkatnya gas-gas rumah kaca di atmosfer antara lain karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrogen oksida (NOx), CFC, SF6, dan sebagainya yang jumlahnya lebih dari 20 senyawa. Gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca yang meneruskan radiasi gelombang pendek atau cahaya matahari, tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat panas, sehingga suhu atmosfer bumi semakin meningkat, seperti dalam rumah kaca yang selalu panas di banding suhu udara di luarnya, karena itu disebut sebagai efek rumah kaca.


Bagikan Artikel Ini  

FORUM EKSPOR TAHUN 2016 “ PERAN KOMODITI TEH INDONESIA DI ERA PERSAINGAN GLOBAL”.

Diposting     Kamis, 01 Desember 2016 05:12 pm    Oleh    ditjenbun



Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan Indonesia yang di ekspor ke luar negeri. Globalisasi menuntut semua negara produsen, termasuk Indonesia untuk dapat meningkatkan nilai dan volume ekspor produknya agar dapat berdaya saing kuat di pasar internasional. Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar    ke-7 di dunia. Dari Forum Ekspor Tahun 2016 “Peran Komoditi Teh Indonesia di Era Persaingan Global” yang berlangsung tanggal 21 November 2016 di Hotel Borobudur Jakarta, diketahui bahwa sejak tahun 2013 – 2015 luas areal perkebunan the mengalami penurunan sebesar 2,6%, yang disebabkan karena tanaman teh umumnya sudah tua dan kurangnya upaya peremajaan. Dari sisi ekspor, total nilai ekspor teh mengalami penurunan. Tahun 2013 nilai ekspor the sebesar 157 juta USD dengan volume 70.000 ton. Tahun 2015 total nilai ekspor the menjadi USD 126 juta dengan dengan volume 60.000 ton.


Bagikan Artikel Ini