KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Sagu Semakin Jadi Sorotan, Solusi Jitu Hadapi Krisis Pangan Dunia

Diposting     Kamis, 24 November 2022 11:11 am    Oleh    ditjenbun



Jakarta – Sagu semakin menarik untuk dikulik. Tak hanya diandalkan untuk menopang ketahanan pangan bahkan energi sekaligus menumbuhkan ekonomi wilayah dan nasional, bahkan hasil olahannya pun menjadi kesempatan besar bagi petani maupun pelaku usaha perkebunan untuk mengembangkan menjadi beragam varian produk turunannya yang strategis dan menguntungkan.

“Ini merupakan momen yang tepat untuk memperkenalkan sagu Indonesia ke pasar global, membuka peluang pasar baru karena sagu beserta produk turunannya memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan, baik sebagai penyokong ketahanan pangan maupun bahan pangan alternatif serta substitusi tepung terigu,” ujar Andi Nur Alam Syah, Direktur Jenderal Perkebunan.

Andi Nur menambahkan, Sagu ini salah satu terobosan Kementerian Pertanian (Kementan) menjawab tantangan krisis pangan dunia, melalui program unggulan Direktorat Jenderal Perkebunan yaitu Sagunesia (Sagu untuk Indonesia). Kebijakan pengembangan Sagunesia berupa Pengembangan sagu untuk kemandirian pangan lokal menghasilkan tepung sagu dengan memberikan bantuan UPH dan alat pengolahan sagu skala poktan, Pengembangan tepung sagu untuk substitusi Impor dalam kegiatan tahun 2022-2024, dan Pengembangan gula cair untuk kemandirian lokal/skala rumah tangga, serta Pengembangan sagu untuk menghasilkan bio-etanol.

“Pengembangan sagu tentu perlu didukung pemberdayaan petani lokal, kreativitas dalam menghasilkan beragam varian olahan sagu dengan memperhatikan positioning dan kemasan produk sagu sehingga dapat bersaing di pasar global dengan penguatan promosi pemasaran produk turunannya termasuk melalui e-commerce. Kita perlu konsisten dan butuh sinergi bersama seluruh pihak, baik pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha perkebunan, pakar praktisi dan pekebun serta pihak terkait lainnya, demi mengoptimalkan sagu ini tetap terjaga kualitasnya dan ketersediaan stok bahan baku terjamin,” tambahnya.

Menurut Andi Nur, Perlu juga penguatan aspek perbenihan, infrastruktur, penyediaan alsintan yang akan digunakan untuk menghasilkan produk turunan sagu, perkuat kelembagaan pekebun atau korporasi/kemitraan, pengawalan dari hulu hingga hilir, peningkatan SDM, dan mendorong pemanfaatan KUR kredit serta investasi. Selain itu perlu didukung dengan pembangunan industri tepung sagu, penguatan inovasi teknologi, pembangunan pelabuhan ekspor-impor, pengembangan bisnis pangan sagu, agar menghasilkan produksi dan produktivitas yang berkualitas dan bernilai tambah, serta kejelasan target pasar atau industrinya, sehingga UKM atau koperasi yang sudah kita bangun terjamin atau memiliki target pasar yang jelas, apalagi di tengah perubahan iklim yang terjadi, pandemi covid 19 dan Pengaruh Geopolitik yang tak dapat dipungkiri mempengaruhi distribusi pangan dunia. Potensi sagu Indonesia yang besar dapat menjadi solusi ditengah krisis ini. Perlu juga secara kontinu mensosialisasikan pengetahuan terkait potensi sagu sehingga masyarakat tertarik dan mengetahui sagu sebagai bahan pangan pokok, ” ujarnya.

Gerakan pembangunan industri tepung sagu harus sejalan dengan perluasan pasar dan peningkatan konsumsi. Penyuluhan dan atau edukasi pangan (food education and extension) perlu dilakukan secara intensif, sistematis, masif secara berkelanjutan, sehingga masyarakat mengetahui dan mensikapi fungsi sagu sebagai pasokan bahan pangan pokok, cara pengolahannya dan aspek kesehatan.

Sehingga kedepan, baik dari sisi pemerintah, petani maupun pelaku usaha serta pihak terkait lainnya, memiliki keselarasan arah strategi, saling menguatkan dan memperkokoh bersama menjadikan sagu solusi dari krisis pangan dunia dan semakin terbuka luas pasar sagu di kancah internasional.

Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, agar setiap jajarannya terus mendorong program/kegiatan berbasis pangan lokal, meningkatkan inovasi produk turunannya untuk menambah nilai jual dan berdaya saing. “Kementan terus mendukung petani dan pelaku usaha perkebunan agar terus berkreasi supaya sagu menjadi beragam produk pangan sehat, menjadi solusi jitu hadapi krisis pangan dunia. Kolaborasi, sinergi dan komitmen bersama diperlukan untuk meningkatkan nilai tambah sagu ini guna membangkitkan ekonomi masyarakat karena sagu bisa menjadi bahan pangan lokal untuk ketahanan pangan nasional,” ujar Andi.

Andi menjelaskan, Hal menarik dari produk turunan sagu lainnya, kini tak hanya tepung sagu, beras sagu saja, terus bermunculan produk baru seperti mie sagu sehat dan biskuit sagu yang aman untuk dikonsumsi bagi anak-anak yang memiliki sensitivitas terhadap suatu alergi, seperti alergi pada protein gluten.

Produk turunan sagu terbukti telah berhasil, salah satunya mie berbahan baku sagu yang sangat digemari segala kalangan. Selain karena varian rasa beragam dan rasanya yang enak, kandungan aman dikonsumsi karena Gluten Free, Low Glycemic Index Non-GMO, Non-MSG dan Rich Prebiotic, kemasan menarik serta cara penyajiannya pun mudah dikonsumsi, ditambah tak sulit mencari produk pangan dari sagu ini karena bisa ditemukan di marketplace.

Salah satu pelaku usaha telah merasakan sukses berkat sagu, berdiri sejak Oktober 2020 dan sudah ekspor beberapa kali ke Malaysia. Saat ini beberapa negara lainnya sedang approach untuk ekspor seperti Europe, USA.

Produk turunan sagu, bisa bantu kita mengenalkan sagu kepada pasar global khususnya generasi muda agar lebih mengenal sagu Indonesia dan ragam produk turunannya. Diketahui bahwa Indonesia market mie instan Nomor 2 di dunia, sehingga melalui mie yang terbuat dari sagu selain bisa dikonsumsi bisa sekaligus edukasi sagu ke kalangan millenial lebih mudah dilakukan.

Salah satu alasan pelaku usaha memilih kembangkan sagu, karena kearifan pangan lokal, dan potensi hutan sagu Indonesia terluas di dunia sehingga terjaminnya stok bahan baku, serta industri tepung sagu termodern pertama didunia saat ini ada di Indonesia, alami diproses dengan teknologi modern dan kualitas makanan higienis terjamin. Sagu siap penuhi kebutuhan pangan lokal nusantara dan dunia secara sustainable tanpa harus merubah fungsi hutan seperti tanaman pangan lainnya.

“Tentunya sagu ini peluang besar, dan harus libatkan semua pihak, baik itu petani, stakeholders, swasta, institusi pemerintah, badan riset dan lainnya. Berharap sagu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Semoga dengan peluang bisnis yang besar ini, bisa kita tangkap dan bersama terus kembangkan potensi sagu dan hasilkan produk turunan yang semakin inovatif dan bermanfaat, serta stok bahan baku terjamin, dari hulu hingga hilir, termasuk promosinya, serta saling menguntungkan,” harapnya.

Menurut informasi salah satu pelaku usaha sagu, tak hanya mie dari sagu, kini makin marak inovasi produk sagu diantaranya Sago Cookies, Sago Pearl, Fish Ball, Fukien, Sago Brownies, Oreo Black Swiss Roll dan lainnya. Sejauh ini respon baik dari masyarakat termasuk generasi muda, terbukti penjualan kian meningkat, dan tentunya berdampak positif bagi kesejahteraan petani sagu.


Bagikan Artikel Ini