KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Prediksi Luas Serangan Berat dan Kerugian Hasil Akibat Hama Ulat Api pada Triwulan II Tahun 2021 Pada Tanaman Kelapa Sawit

Diposting     Jumat, 14 Mei 2021 06:05 am    Oleh    ditjenbun



Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman perkebunan dengan nilai ekonomis yang cukup tinggi. Bagi Indonesia, kelapa sawit memiliki arti penting yang harus dijaga keberlangsungan usahanya karena mampu menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat dan sebagai sumber perolehan devisa negara. Berdasarkan data Ditjen Perkebunan, pada 2019 luas lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 14.456.611 Hektar dengan total produksi mencapai 47.120.247 Ton. Sentra perkebunan kelapa sawit di Indonesia di provinsi Aceh, Riau, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Selatan, dan Sumatera Barat. Kelapa Sawit merupakan komoditas ekspor Non Migas, pada tahun 2019 nilai ekspor Crude Palm Oil (CPO) dan produk turunan kelapa sawit Indonesia mencapai US$ 14.716.275.000 (Empat belas miliar tujuh ratus enam belas juta dua ratus tujuh puluh lima ribu dollar Amerika Serikat).

Salah satu ancaman terhadap keberlangsungan usaha perkebunan kelapa sawit adalah serangan OPT. Salah satu OPT yang dapat mempengaruhi kualitas, produksi, dan produktivitas Kelapa Sawit adalah Ulat Api. Serangan Ulat Api pada tanaman kelapa sawit dapat berpengaruh pada penurunan produksi. Prawirosukarto (2002) menyebutkan bahwa kerusakan daun yang ditimbulkan oleh Ulat Api terhadap Tanaman Menghasilkan (TM) berumur 8 tahun dapat menurunkan produksi hingga 30-40% setelah 2 tahun terjadinya serangan. Sedangkan pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) berumur 1 tahun, serangan Ulat Api dapat menurunkan produksi hingga 12-24% setelah 2 tahun terjadinya serangan.

Ulat Api merupakan serangga yang berasal dari Ordo Lepidoptera dan Famili Limacodidae. Terdapat empat spesies Ulat Api yang umum menyerang Kelapa Sawit, yaitu: Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, dan Parasa lepida. Penyebutan Ulat Api pada OPT ini disebabkan oleh struktur seperti duri-duri yang menyelubungi tubuhnya mengandung toksin yang dapat menimbulkan rasa gatal, sakit, dan sensasi seperti terbakar apabila tersentuh kulit (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2016).

Gambar 1. Empat jenis Ulat Api yang umum menyerang Kelapa Sawit

Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2020; CABI 2021

Ulat Api menyerang bagian daun Kelapa Sawit dan mampu menghabiskan daun hingga helaian daun berlubang atau habis hingga meninggalkan bagian yang dekat dengan tulang daun. Kehilangan daun dapat mencapai 90% per pelepah daun seperti yang terlihat pada gambar 2. Hal tersebut dapat mengganggu terjadinya proses fotosintesis pada tanaman sehingga menghambat proses pembentukan bunga dan buah yang berdampak pada penurunan kualitas, produksi, dan produktivitas Kelapa Sawit (Direktorat Perlindungan Perkebunan, 2016).

Gambar 2. Daun Kelapa Sawit yang terserang hama Ulat Api

Sumber: Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2020

Salah satu upaya preventif untuk menahan laju perkembangan dan luas serangan OPT Ulat Api adalah dengan menggunakan metode peramalan/prediksi OPT. Metode tersebut dapat dimanfaatkan sebagai Early Warning System (EWS) dalam tindakan pencegahan dan penanggulangan Ulat Api. Ramalan luas serangan berat disusun berdasarkan laporan serangan Ulat Api yang dihimpun oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan dari seluruh provinsi di Indonesia dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir. Ramalan luas serangan dihitung dengan menggunakan model peramalan yang diperoleh dari analisis data serangan berat hama Ulat Api pada Triwulan II tahun 2011 hingga tahun 2020 menggunakan analisis regresi. Model peramalan yang diperoleh adalah y=(10^(0.9142*log(x+2) + 0.1363))-2 dengan nilai R2 = 0,805. Berikut adalah prediksi luas serangan berat Ulat Api pada tanaman kelapa sawit di 10 (sepuluh) provinsi yang sudah dilaporkan ke Direktorat Perlindungan Perkebunan.

Tabel 1. Prediksi Luas Serangan Berat Ulat Api Triwulan II Tahun 2021 Pada Komoditas Kelapa Sawit

Provinsi Luas Serangan Berat TW II 2020 (Ha) Prediksi Luas Serangan Berat TW II 2021 (Ha) Persentase Peningkatan / Penurunan
Aceh 54,5 52,70 -3,29
Sumatera Utara 570,89 452,70 -20,70
Sumatera Barat 51 49,60 -2,75
Jambi 147 130,75 -11,06
Sumatera Selatan 89 82,58 -7,22
Lampung 5,5 6,64 20,64
Kalimantan Tengah 150,27 133,41 -11,22
Kalimantan Selatan 25 25,85 3,41
Kalimantan Timur 60 57,55 -4,08

Gambar 3. Grafik Perbandingan Luas Serangan Berat Triwulan II 2020 dengan prediksi Luas Serangan Berat Triwulan II 2021 Hama Ulat Api pada Komoditas Kelapa Sawit

Berdasarkan tabel 1 dan gambar 3, terlihat bahwa hampir seluruh provinsi yang melaporkan adanya serangan berat Ulat Api pada triwulan II tahun 2020 diprediksi akan mengalami penurunan luas serangan berat di triwulan II tahun 2021. Prediksi penurunan yang terbesar terdapat pada provinsi Sumatera Utara sebesar 20,70% dibanding luas serangan berat yang terjadi pada triwulan II tahun 2020.

Ketepatan hasil prediksi dengan kejadian luas serangan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya, yaitu upaya pencegahan dan pengendalian OPT yang dilakukan. Contohnya pada provinsi Sumatera Utara yang memiliki prediksi penurunan luas serangan yang cukup signifikan, penurunan luas serangan dapat disebabkan oleh petugas pengamat yang mengamati keberadaan OPT di kebun secara berkala dan cepat tanggap dalam melakukan upaya pengendalian OPT jika terdapat keberadaan hama Ulat Api di kebun Kelapa Sawit. Pada triwulan II tahun 2020, provinsi Sumatera Utara telah melakukan upaya pengendalian OPT dengan cara sanitasi kebun, mekanis, dan penggunaan musuh alami. Hal tersebut dapat memutus keberadaan dan perkembangan larva Ulat Api di kebun.

Tabel 2. Prediksi Kehilangan Hasil dan Kerugian Hasil Akibat Serangan Ulat Api pada Triwulan II Tahun 2021

Provinsi Prediksi Luas Serangan Berat TW II 2021 (Ha) Prediksi Kehilangan Hasil (Ton) Prediksi Kerugian Hasil (Rp)
Aceh 52,70 58,03         94.701.050
Sumatera Utara 452,70 498,43       813.432.948
Sumatera Barat 49,60 54,61         89.119.302
Jambi 130,75 143,95       234.931.586
Sumatera Selatan 82,58 90,92       148.378.173
Lampung 6,64 7,31         11.922.647
Kalimantan Tengah 133,41 146,88       642.243.261
Kalimantan Selatan 25,85 28,46         46.451.282
Kalimantan Timur 57,55 63,37       103.413.279
Jumlah        1.091,95 1.942.579.694

 

Berdasarkan tabel 2, luas serangan berat yang akan ditimbulkan oleh serangan Ulat Api pada triwulan II tahun 2021 diprediksi akan berdampak pada kehilangan hasil hingga mencapai 1.091,95 Ton dengan prediksi kerugian hasil mencapai Rp. 1.942.579.694 (Satu miliar sembilan ratus empat puluh dua juta lima ratus tujuh puluh sembilan ribu enam ratus sembilan puluh empat rupiah).

Melihat kehilangan hasil dan kerugian hasil yang akan ditimbulkan, perlu upaya pengendalian untuk menekan populasi Ulat Api pada tamanan kelapa sawit. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk pengendalian Ulat Api diantaranya, yaitu:

  • Pengendalian secara Mekanis

Pengendalian secara Mekanis dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan larva dan pupa/kepompong yang terdapat pada tanaman kemudian dimusnahkan.

  • Pengendalian secara Biologis

Penggunaan musuh alami dan Agensia Pengendali Hayati (APH) seperti Eocanthecona furcellata, cendawan Cordyceps militaris, Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina), dan Multi-Nucleo Polyhydro Virus (MNPV) dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pengendalian Ulat Api.

  • Pengendalian secara Kimiawi

Pengendalian secara Kimiawi dilakukan sebagai upaya terakhir dan dilakukan jika populasi Ulat Api mencapai 5-10 ekor tiap pelepah daun. Penerapan penggunaan insektisida dibedakan menjadi dua, yaitu pada tanaman yang masih rendah dan tanaman yang sudah tinggi. Pengaplikasian insektisida pada tanaman yang masih rendah dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan insektisida berbahan aktif deltametrin dengan dosis 2 cc/Liter air. Apabila tanaman sudah tinggi, pengaplikasian insektisida dilakukan dengan cara fogging pada malam hari dan ketika cuaca tidak hujan.

 

Daftar Referensi :

CABI. 2021. Invasive Species Compendium (Parasa lepida: nettle caterpillar). https://www.cabi.org/isc/datasheet/38935. Diakses pada 7 Mei 2021 pk. 13.24 WIB.

CABI. 2021. Invasive Species Compendium (Darna diducta: nettle caterpillar). https://www.cabi.org/isc/datasheet/17931. Diakses pada 7 Mei 2021 pk. 13.35 WIB.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional 2019-2021. Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020. Sistem Pelaporan dan Rekapitulasi Data OPT (Sipereda OPT). https://sipereda.ditjenbun.pertanian.go.id/. Diakses pada 7 April 2021 pk. 11.57 WIB.

Direktorat Perlindungan Perkebunan. 2016. Ulat Api. https://sinta.ditjenbun.pertanian.go.id/ulat-apiulat-siput/. Diakses pada 7 April 2021 pk. 15.59 WIB.

Falahudin, I. 2012. Peranan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina) Dalam Pengendalian Biologis Pada Perkebunan Kelapa sawit. In: Conference Proceedings: Annual International Conference on Islamic Studies (AICIS) XII. Surabaya.

Gani, M. A., Rusli, R & Herman. 2019. Pemangsaan Predator Eocanthecona furcellata Wolff Asal Riau Terhadap Ulat Api Setora nitens Walker (Lepidoptera; Limacodidae) Di Laboratorium. Jurnal Agroteknologi 10(1): 1—8.

Prawisukarto, S. 2002. Pengenalan dan Pengendalian Hama Ulat pada Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan: 4 hlm.

Pusat Penelitian Kelapa Sawit. 2020. Ulat Api Kecil (Small Limacodid): Warna Baru UPDKS di Kebun Sawit. Medan, Sumatera Utara. 30 menit.


Bagikan Artikel Ini