KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pengembangan Kopi Nasional Antisipasi Dampak Perubahan Iklim.

Diposting     Kamis, 20 April 2017 05:04 pm    Oleh    ditjenbun



Jakarta (29/03) – Indonesia merupakan produsen dunia kopi ke-4 setelah Brazil, Vietnam, dan Kolombia. Luas lahan 1.230.001 ha, dan produksi 639.412 ton untuk kopi Robusta dan Arabika dengan volume ekspor 502 ton atau US$ 1.197,7 juta yang di dominasi greenbean dan arabika ke Eropa dan Amerika. Pengembangan kopi terutama arabika kebanyakan pegembangannya oleh Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG).

Menurut Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian, Ir. Bambang, MM,  pada Acara Pengukuhan Dewan Pembina dan Pengurus Kopi Spesial Indonesia (AKSI)/Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), Rabu, 29 Maret 2017, di Gedung PIA Kementerian Pertanian, menjelaskan, produksi kopi tahun 2015 sebesar 637.000 ton dengan luas 1,1 juta ha. Penurunan produksi tersebut menurutnya akibat berkurangnya areal tanam dari 1,2 juta ha menjadi 1,1 juta ha, hal tersebut dengan sendirinya mempengaruhi jumlah produksi kopi yang disebabkan oleh tanaman-tanaman yang sudah tua dan peremajaan yang dilakukan baru bisa menghasilkan sekitar tiga tahun kemudian.
Permasalahan yang terjadi pada komoditas kopi adalah produktivitas tanaman yang masih rendah (tua, rusak, tidak produktif, serangan OPT), terbatasnya ketersediaan benih, GAP yang belum diterapkan secara konsisten, kualitas biji masih rendah, kelembagaan petani masih lemah (posisi tawar petani rendah), kemitraan antara petani dengan industri belum terwujud, terbatasnya akses terhadap permodalan, serta rendahnya tingkat efisiensi produksi dan pemasaran.

Kebijakan yang telah dan akan dilakukan pemerintah menurut Bambang yaitu dengan melakukan peningkatan daya saing usaha, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk melalui partisipasi aktif para pemangku kepentingan yaitu dengan pengembangan komoditi kopi arabika dengan perluasan, intensifikasi dan kopi robusta melalui peremajaan, rehabilitasi, dan intensifikasi berbasis kawasan. Peningkatan sumber daya manusia, pengembangan kelembagaan dan kemitraan, peningkatan investasi usaha, serta pengembangan sistem informasi manajemen.

Lebih lanjut, disampaikan bahwa sebagai wujud dukungan pemerintah dalam rangka pengembangan kopi nasional, pada tahun 2017, Ditjen Perkebunan melakukan intensifikasi tanaman kopi arabika seluas 4.900 ha (9 provinsi, 22 kabupaten), intensifikasi tanaman kopi robusta 3.750 ha (10 provinsi, 17 kabupaten), perluasan tanaman kopi robusta 200 ha (1 provinsi, 2 kabupaten) dengan Total anggaran sekitar Rp. 34,3 milyar. “Dengan pengukuhan Dewan Pembina dan Pengurus AKSI/SCAI diharapkan dapat menjadikan Kopi Indonesia Mendunia,” kata Bambang.

Pada kesempatan yang sama, Bina Bektiati, Ketua Kompartemen Publikasi (Media) dan Single Origin AKSI/SCAI, dalam pemaparannya menjelaskan, kopi merupakan komoditi kedua dengan nilai terbesar yang diekspor negara-negara berkembang, sekitar US$ 19 miliar (data 2015), sedangkan konsumsi kopi seluruh dunia per hari sekitar 2,25 miliar cangkir kopi. “Sudah banyak bukti kuat, kenaikan suhu bumi dan pola hujan yang berubah menurunkan kuantitas dan kualitas produksi kopi, termasuk dengan berkembangnya wabah hama kopi, “ kata Bina.

Tanpa langkah serius mengurangi emisi, dampak perubahan iklim menurunkan produksi kopi global hingga 50 persen pada 2050. Dan pada 2080, keberadaan tanaman wild coffee (coffea) –yang sangat penting  bagi petani—juga diprediksikan musnah. Pada 2012, paparan penelitian ilmiah dari Kew’s Royal Botanical Garden menyatakan wild coffee yang Arabika diprediksi musnah pada 2100 dan yang Robusta pada 2050.

80 hingga 90 persen petani kopi di seluruh dunia –berjumlah sekitar 25 juta—merupakan petani kecil. Kelompok petani kecil ini menghadapi dua ancaman besar yaitu suhu bumi yang makin panas dan pasar yang tak stabil. “Padahal hidup lebih dari 120 juta orang di lebih dari 70 negara tergantung pada rantai perdagangan kopi. Perubahan iklim pun tidak hanya akan menyerang kopi tapi juga kualitas kehidupan petani, para pekerja dan produsen kopi,“ ujarnya.

Untuk itu, AKSI/SCIA mengajak segenap komponen terkait secara bergandeng tangan melakukan gerakan bersama “KOPI untuk Bumi” dengan taggar #CoffeeforEarth untuk menjawab tantangan Pemanasan Global dengan tema Memelihara Kopi, Mensejahterakan Petani, Melestarikan Bumi. (humas-ditjenbun).


Bagikan Artikel Ini