KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pelaksanaan pengembangan kelapa sawit berkelanjutan di provinsi Jambi.

Diposting     Rabu, 02 Juli 2014 09:07 pm    Oleh    ditjenbun



Sejarah pembangunan perkebunan kelapa sawit tidak teridentifikasi secara pasti, diperkirakan tahun 1980 an. Tahun 1983/1984 mulai diusahakan oleh perusahaan negara (PTPN) dengan pola PIR (Sei Bahar, Bunut, SMK, Tanjung Llebar). Perusahaan swasta juga bergerak menanamkan modal untuk  mengusahakan kelapa sawit.

Tahun 2000 an petani termotivasi untuk mengusahakan kelapa sawit, sehingga secara swadaya mulai diusahakan dengan menggunakan bibit yang tidak jelas asal usulnya. Pemerintah pusat dan provinsi tahun 2005  mengalokasikan dana untuk bantuan bibit kelapa sawit dengan didahului sosialisasi penggunaan bibit unggul mengusahakan kelapa sawit secara swadaya harus berkelompok untuk kemudahan pemasaran Tandan Buah Segar (TBS). Saat ini kelapa sawit di Provinsi Jambi sudah 1 (satu) siklus.

Hambatan pengembangan kelapa sawit, antara lain rendahnya produktivitas tanaman, Bahan tanaman palsu, Pemupukan kurang, Kultur teknis belum optimal, Lahan tidak sesuai, Kurangnya pengetahuan petani dan Banyak tanaman tua.

Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu melalui : (1) Peningkatan produksi melalui program intensifikasi (pemupukan, penggunaan bibit bersertifikat bermutu dan atayu pemberian pupuk dan agron input lainnya dll), ekstensifikasi (memanfaatkan lahan tidur dll), dan peremajaan/ re-planting (revitalisasi perkebunan), (2) sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit nasional pemerintah bersama stakeholder mempunyai visi pembangunan perkebunan kelapa sawit 35: 26 pada tahun 2025 yang artinya produktivitas ditingkatkan menjadi 35 ton tbs/ha/tahun dan rendemen cpo 26%, dan (3) peningkatan mutu produk melalui pelaksanaan pengembangan kelapa sawit dalam bingkai pembangunan berkelanjutan dengan standarisasi mutu produk  (sertifikasi ISPO, RSPO, dll).


Bagikan Artikel Ini