Mengenal Ulat Kantung Mahasena Corbetti Kelapa Sawit Dan Pengendaliannya
Diposting Selasa, 09 Maret 2021 04:03 pmDalam meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kelapa sawit, masih terkendala oleh adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Gangguan OPT tersebut dapat menimbulkan kerusakan berarti yang pada akhirnya menimbulkan kerugian hasil dan pendapatan petani.
Gambar 1. Mahasena corbetti
Sumber: Suhalib, 2016
Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan produksi, produktivitas dan mutu kelapa sawit akibat adanya serangan OPT yaitu hama ulat kantung Mahasena corbetti dari Ordo Lepidoptera dan Famili Psychidae. Ulat kantung adalah salah satu musuh yang sangat ditakuti dalam perkebunan kelapa sawit, karena serangan ulat api akan menurunkan produktifitas tanaman kelapa sawit. Serangan ulat kantung menyebabkan daun tidak utuh, rusak, dan berlubang- lubang. Kerusakan helaian daun dimulai dari lapisan epidermisnya. Kerusakan lebih lanjut adalah mengeringnya daun yang menyebabkan tajuk bagian bawah bewarna abu-abu dan hanya daun mudah yang bewarna hijau . Kerusakan akibat hama ini dapat menimbulkan penyusutan produksi sampai 40%.
- Siklus hidup
Stadia ulat kantung M. corbetti dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Stadia ulat kantung M. corbetti
Stadia | Lama (hari) | Keterangan |
Telur | 16 | Jumlah telur 2000-3000 |
Larva | 80 | Terdiri dari 7 instar, berada didalam kantung |
Pupa | 30 | Menggantung pada permukaan daun bagian bawah |
Imago | – | Betina tidak memilki sayap |
Total | 126 | Tergantung pada lokasi |
- Telur
Telur ulat kantung menetas di dalam kantong, jumlah telur ulat kantong ini dapat mencapai hingga tiga ribu butir yang diletakkan secara berkelompok di dalam kantungnya.
Telur diletakkan dalam kantung betina dan menetas dalam waktu 18 hari .Telur bewarna kuning pucat yang mempunyai lapisan yang halus. Telur akan berubah warna menjadi kecoklatan menjelang penetasan.
Gambar 2. Telur M. corbetti
Sumber: pustaka sti-pap. ac.id
- Larva
Panjang ulat betina berkisar antar 5 cm sedangkan ulat jantan berkisar 3 cm. ruas dada ulat berwarna coklat kemerahan. Umur ulat dapat mencapai empat bulan. Ulat ini memakan daun, bunga, serta kulit tanaman dengan sangat rakus.
Gambar 3. Larva M. corbetti
Sumber: pustaka sti-pap. ac.id
- Pupa
Ulat berkepompong dalam kantung dengan posisi berubah, yaitu kepalanya di belakang. Pupa yang jantan akan menjadi ngengat bersayap, sedangkan yang betina bentuknya tetap seperti ulat, tidak berubah menjadi ngengat. Umur pupa kurang lebih satu bulan.
Gambar 4. Pupa M. corbetti
Sumber: springerLink
2. Imago
Imago ulat kantung berbentuk ngengat tetapi hanya ulat jantan yang akan menjadi ngengat bersayap. Sedangkan ulat betina tetap menjadi ngengat tidak bersayap. Ulat betina dapat bertelur hingga tiga ribu butir.
Gambar 5. Imago M. corbetti
Sumber: pustaka sti-pap. ac.id
- Gejala Serangan
Ulat muda sudah dapat mengeluarkan benang sutra untuk menggantung, yang kemudian digunakan untuk menyebar dengan bantuan angin, setelah menetap di satu tempat ulat kantung membentuk kantung sendiri. Ulat ini bergerak dengan mengeluarkan kepala dan sebagian badanya untuk memakan daun, bunga, ataupun kulit tanaman sehingga menyebabkan daun berlubang dan menggulung karena ulat ini membentuk kantung.
Gambar 6. Gejala Serangan M. corbetti
Sumber: sawitnotif.pkt-group.com
Kerusakan yang di sebabkan ulat kantung adalah daun tidak utuh lagi, rusak dan berlubang. Kerusakan helaian daun dimulai dari lapisan epidermisnya. Kerusakan lebih lanjut adalah mongering nya daun yang menyebabkan tajuk bagian bawah bewarna abu-abu dan hanya daun muda yang masi bewarna hijau.
- Pengendalian
Pengendalian biologis
Parasitoid yang sering digunakan untuk mengendalikan hama ulat kantung antara lain parasitoid Trichogramma sp., Xanthopimpla sp., Pediobius sp., dan lalat tachinid., serta predator Sycanus sp. mempengaruhi populasi ulat kantung Mahasena corbetti. Penggunaan Bacillus thuringiensis (Bt) sebagai insektisida biologi.
Pengendalian mekanis
Pengendalian hama secara mekanis mencakup usaha untuk menghilangkan secara langsung hama serangga yang menyerang tanaman. Pengendalian mekanis ini biasanya bersifat manual, yaitu dengan cara pemangkasan pelepah yang terdapat banyak larva ulat, mengambil larva yang sedang menyerang dengan tangan secara langsung, menumpuk dan kemudian membakarnya.
Pengendalian kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida yang bersifat sistemik. Pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dapat diaplikasikan dengan infus akar dengan insektisida sistemik berbahan aktif Asefat (20gr/200 ml/pohon) dan Dimehipo (10 – 20 ml/pohon). Jika menggunakan Mist Blower atau Knapsack Sprayer (dosis Asefat 500 cc/ ha).
Sedangkan pada Tanaman Menghasilkan (TM) dengan aplikasi injeksi batang dengan insektisida Asefat (dosis 10-15 gr/100 ml/pohon) dan Dimehipo (dosis 10-20 ml/pohon).
Pengendalian hama ulat kantung M. corbetti harus memperhatikan tingkat
serangannya di lapangan seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Tingkat serangan ulat kantung M. corbetti
Tingkat Serangan | Jumlah Serangan M. corbetti | |
TBM | TM | |
Ringan | <5 | <7 |
Sedang | 5 – 10 | 7-9 |
Berat | ≥10 | ≥ 10 |
Penulis: Alimin, S.P., M.Sc. dan Romauli Siagian, S.P., M.Sc.
Sumber Pustaka
Sawitnotif. 2019. Ciri dan Jenis Ulat Kantung yang Menyerang Kelapa Sawit. Internet: https://sawitnotif.pkt-group.com. Diakses tanggal 15 Februari 2021.
Ditenbun. 2016. Ulat Kantong pada Kelapa Sawit. Internet: https://sinta.ditjenbun.pertanian.go.id. Diakses tanggal 17 Februari 2021.
Suhalib, D. 2016. Efektivitas Pengendalian Hama Ulat Kantung (Mahasena corbetti) pada Tanaman Kelapa Sawit secara Kimiawi di Kebun Marihat. PT. Perkebunan Nusantara IV. Internet: https://pustaka.stipap.ac.id. Diakses tanggal 21 Februari 2021.
STIP-AP. 2020. Ulat Kantung Mahasena corbetti. Internet: https://pustaka.stipap.ac.id. Diakses tanggal 22 Februari 2021.