Jakarta – Sejarah peringatan hari pangan sedunia bermula dari konferensi FAO ke 20, bulan Nopember 1976 di Roma yang memutuskan untuk dicetuskannya resolusi No. 179 mengenai World Food Day. Resolusi disepakati oleh 147 negara anggota FAO, termasuk Indonesia, menetapkan bahwa mulai tahun 1981 segenap negara anggota FAO setiap tanggal 16 Oktober memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS) (BKP, 2015).

Tujuan dari peringatan HPS tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian masyarakat internasional akan pentingnya penanganan masalah pangan baik ditingkat global, regional maupun nasional. Penyelenggaraan peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) merupakan konsekuensi keikutsertaan Indonesia sebagai anggota FAO. Acara diselenggarakan lintas departemen/kementerian dan sebagai vocal point FAO di Indonesia, Menteri Pertanian menetapkan departemen/kementerian Pertanian sebagai departemen/kementerian utama (leading institution) penyelenggara HPS (BKP, 2015).

Komoditas perkebunan sejatinya diutamakan untuk memenuhi kebutuhan industri baik besar maupun kecil, namun tidak sedikit komoditas tanaman perkebunan merupakan komoditas pangan utama bahkan termasuk dalam sembilan bahan pokok (sembako) misalnya tebu sebagai penghasil gula. Menjadi penting bagi masyarakat untuk mengetahui bahwa komoditas perkebunan juga merupakan bahan pangan yang sangat diperhitungkan baik sebagai bahan pokok, bahan substitusi, bahan komplementer atau bahkan sebagai kebutuhan aktualisasi diri bagi kelas masyarakat tertentu.

Keberadaan perkebunan sebagai bagian dari peringatan hari pangan sedunia sudah barang tentu memerlukan industri/usaha perbenihan yang maju dan berkualitas. Untuk menunjang itulah Ditjen Perkebunan hadir bersama PT Riset Perkebunan Nusantara (PT RPN) dan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Tengah menampilkan benih-benih unggulan tanaman perkebunan pada peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2016 di Kabupaten Boyolali.