DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN

Kementan Ajak Generasi Muda Geluti Hilirisasi Kakao Lewat TOS

Diposting     Jumat, 24 Oktober 2025 08:10 am    Oleh    ditjenbun



Yogyakarta – Program swasembada pangan melalui hilirisasi perkebunan terus digencarkan. Program ini merupakan asta cita Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman.

Karena itu, Kementan perkuat komunikasi publik dan diseminasi informasi mengenai program strategis pertanian khususnya terkait hilirisasi perkebunan dengan menggelar Talkshow Tani on Stage (TOS) di Aula Utama Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Yogyakarta–Magelang, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (21/10). Kegiatan ini mengusung tema “Inovasi Hilirisasi Kakao: Dari Biji ke Cokelat Bernilai Tambah”.

Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman turut mendukung dan mengapresiasi kegiatan TOS kali ini. Mentan Amran juga menekankan pentingnya diseminasi informasi dan komunikasi publik untuk memperkuat pemahaman masyarakat terhadap program strategis Kementerian Pertanian, khususnya dalam mendorong pengembangan sektor pertanian berkelanjutan dan berorientasi hilirisasi.

Dalam berbagai kesempatan, Mentan Amran mengungkapkan subsektor perkebunan memiliki potensi ekonomi luar biasa bila dikelola secara terintegrasi.

“Kita tidak boleh lagi menjual bahan mentah. Saatnya petani menjadi pengusaha. Hilirisasi kopi, kakao, lada, pala, kelapa, tebu, jambu mete, sawit, hingga gambir harus kita dorong agar nilai tambahnya tinggal di desa. Dengan begitu, manfaatnya dirasakan langsung oleh petani kita, oleh bangsa kita, bukan dibawa ke luar negeri,” tutur Mentan Amran.

TOS kali ini menghadirkan dua narasumber yang membagi pengalaman dan pandangan mengenai peluang pengembangan industri kakao dari hulu ke hilir, inovasi teknologi pengolahan, hingga potensi ekonomi kreatif berbasis produk cokelat lokal.

Narasumber Dosen Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Fakultas Teknik Pertanian, UGM, Arifin Dwi Saputro, menyoroti bahwa pengembangan industri hilirisasi kakao di Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, terutama dari sisi ketersediaan bahan baku dan penerapan teknologi pengolahan yang optimal. Arifin juga menyebutkan bahwa tantangan hilirisasi kakao di Indonesia tidak hanya pada aspek teknis, tetapi juga pada faktor sosial dan budaya konsumsi.

Arifin menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mengembangkan kualitas dan keberlanjutan industri cokelat nasional. “Pengembangan kualitas cokelat tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada sinergi antara produsen, akademisi, pemerintah, dan pelaku usaha. Di sinilah peran perguruan tinggi hadir untuk mendukung program pemerintah, baik dalam riset, inovasi alat, maupun peningkatan kapasitas sumber daya manusia,” ujarnya.

Selanjutnya, pendiri dan pengelola Omah Kakao Doga, Ahmad Nasrodin berbagi pengalaman dan pandangannya selama 17 tahun bergelut di dunia usaha pengolahan kakao. Menurutnya, pelaku usaha di sektor kakao menghadapi sejumlah tantangan nyata, terutama terkait ketersediaan bahan baku dan keberlanjutan usaha. Selain itu, Ahmad juga menyoroti ketatnya persaingan dengan produk-produk cokelat di pasaran sehingga harus bisa menciptakan ciri khas dan kualitas yang membuat produk lokal punya daya saing.

Ahmad juga menekankan pentingnya menumbuhkan rasa cinta terhadap sektor pertanian, khususnya komoditas pangan, sebagai dasar motivasi bagi generasi muda. “Yang terpenting adalah menumbuhkan rasa mencintai terlebih dahulu terhadap dunia pertanian. Jangan takut terjun ke sektor pertanian, khususnya pangan, karena di sana ada nilai religius dan keberkahan. Jangan takut menjadi petani pangan, karena justru dari situlah ketahanan pangan dan kemandirian bangsa dibangun,” katanya.

Terpisah, plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Abdul Roni Angkat menyampaikan kegiatan TOS ini menjadi wadah edukatif dan inspiratif untuk mendorong inovasi, kreativitas, serta kolaborasi lintas sektor dalam pengembangan pertanian modern yang berkelanjutan,” ungkap Roni.

Roni berharap generasi muda pertanian dapat terinspirasi untuk mengembangkan inovasi dan kewirausahaan di sektor kakao, serta mendorong terciptanya nilai tambah bagi komoditas unggulan perkebunan Indonesia.

“Kepada generasi muda pertanian, bukalah peluang usaha dari potensi kakao lokal. Jangan hanya berhenti di produksi bahan baku, tetapi jadilah bagian dari rantai nilai yang menghasilkan produk bernilai tambah dan berdaya saing,” pungkasnya.


Bagikan Artikel Ini