KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

FGD JAMINAN BENIH BERMUTU SAWIT (BUN500)

Diposting     Rabu, 31 Juli 2019 09:07 am    Oleh    ditjenbun



JAKARTA – Peredaran benih tidak bersertifikat masih marak di kalangan pekebun, dalam rangka meningkatkan produktivitas kelapa sawit dengan penggunaan benih unggul bersertifikat, maka Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan telah menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD).

“Penggunaan benih unggul bersertifikat dapat meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Perkuat regulasi terkait bagaimana usaha untuk mengontrol setiap tahapan produksi benih, sehingga peredaran benih palsu dapat ditekan. Produksi benih saat ini tidak hanya dititikberatkan pada peningkatan produksi, tetapi juga dilengkapi sifat spesifik lainnya, seperti tahan kekeringan, tahan Ganoderma, dan lainnya. kedepannya diharapkan dapat membangun lab molekuler di masing-masing UPT untuk membantu deteksi benih palsu,” kata Dr. Ir. Antarjo Dikin, M.Sc, Sekretaris Ditjen Perkebunan pada FGD Jaminan Benih Bermutu Sawit di Ruang Rapat Lantai 1 gedung C Ditjen Perkebunan Kanpus Kementan (26/07/2019). Pada FGD Jaminan Benih Bermutu Sawit tersebut membahas antara lain sebagai berikut :

1. Dr. Kees Breure dari PT. ASD Bakrie menyampaikan bagaimana persilangan genetik sawit untuk menghasilkan benih 100% Tenera;

2. Ir. Zulheirman Sembiring dan Dr. Dwi Asmono dari PT. Sampoerna Agro menyampaikan tentang sertifikasi jaminan mutu benih sawit edar; 

3. Dr. Suroso Rahutomo dari PPKS yang menyampaikan bagaimana mekanisme dan sertifikasi benih bermutu sawit.

“Potensi produktivitas kelapa sawit (CPO) di Indonesia sekitar 10 ton/ha/tahun, namun saat ini hanya mencapai 3,5 ton/ha/tahun. PT ASD selama berpuluh tahun mencoba menyilangkan berbagai kombinasi varietas untuk mendapatkan benih 100% tenera yang selain produktivitasnya tinggi juga memiliki nilai ekstaksi tinggi dan pertumbuhan,” kata Dr. Kees Breure, PT. ASD Bakrie.

Kees Breure menambahkan, benih yang dihasilkan PT. ASD itu produktivitasnya tinggi, nilai ekstaksinya tinggi dan menunjukkan pertumbuhan yang melambat dibanding yang lain.

Pada kesempatan yang sama, Ir. Zulheirman Sembiring, Dr. Dwi Asnono dan Dr. Suroso menyampaikan bagaimana mekanisme dan sertifikasi benih unggul bersertifikat, karena kondisi saat ini selisih benih asalan dan benih sertifikasi masih mencapai 50%, dan peredaran benih palsu masih marak di kalangan petani. “Oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan benih untuk menjaga standar mutu benih yang meliputi mutu genetis, mutu fisiologis dan mutu fisik,” katanya.

PT Sampoerna Agro dengan terbuka menerima kunjungan Ditjen. Perkebunan untuk melaksanakan pelatihan dan nursery check di kebun sumber benih milik PT Sampoerna Agro. Ditjen. Perkebunan akan segera menyiapkan beberapa tim untuk pelatihan secara berkala.


Bagikan Artikel Ini