KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Peluang Ekspor Perkebunan Masih Bertahan

Diposting     Senin, 21 Desember 2020 08:12 am    Oleh    ditjenbun



Jakarta – Pandemi COVID-19 masih berdampak nyata pada seluruh aspek kehidupan perekonomian nasional bahkan dunia. Penurunan terjadi pada sejumlah sektor ekonomi. Ketika sektor yang lain mengalami penurunan atau perlambatan, sektor Pertanian justru mengalami peningkatan pada kwartal 2 dan 3 tahun 2020. Pada triwulan II PDB sektor pertanian tumbuh 16,24% dan pada triwulan III tumbuh 2,15%. Pertumbuhan sektor pertanian sekaligus membuat kontribusinya terhadap ekonomi nasional terus menguat. Hal ini terlihat dari peningkatan kontribusi pada PDB triwulan III yang makin meningkat menjadi sebesar 571,87 triliun rupiah atau 14,68%.

Salah satu penopang utama pertumbuhan positif PDB sektor pertanian kuartal lalu ialah subsektor perkebunan dengan kontribusi pada triwulan III sebesar 163,49 triliun rupiah atau 28,59%. Ini karena dorongan peningkatan permintaan komoditas perkebunan seperti kakao, karet, cengkeh dan tembakau serta peningkatan permintaan luar negeri untuk komoditas olahan kelapa sawit (CPO). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat ekspor perkebunan pada periode Januari-Oktober 2020 sebesar 359,5 Triliun Rupiah atau naik 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 sebesar 322,1 triliun. Dengan nilai sebesar tersebut, sub sektor perkebunan menjadi penyumbang terbesar ekspor di sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 90,92 persen. Ekspor komoditas perkebunan yang melonjak pada Januari-Oktober paling besar disumbang oleh komoditas kelapa sawit, karet, kakao, kelapa dan kopi. Ekspor perkebunan tertinggi terjadi di bulan Oktober yaitu sebesar 38,46 Triliun Rupiah dengan kenaikan sebesar 8,76 persen dari bulan sebelumnya.

Hal ini menunjukkan bahwa peluang ekspor komoditi perkebunan sebagai salah satu sumber devisa negara masih terus meningkat meskipun ditengah wabah Covid 19 yang tengah melanda dunia. Selain peningkatan ekspor, sesuai data BPS bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) pertanian meningkat tajam dari 99,45 pada Juni 2020 menjadi 102,86 pada November 2020. NTP sub sektor tanaman perkebunan bahkan telah mencapai 110 pada bulan November 2020. Subsektor perkebunan pada November 2020 atau naik sebesar 2,25 persen dari Bulan Oktober. Kenaikan terutama terjadi pada kelompok kelapa sawit dan karet dimana terdapat kenaikan harga komoditas tersebut di pasar internasional.
”Kementerian Pertanian menargetkan peningkatan ekspor pertanian hingga tiga kali lipat melalui program Gerakan Tiga Kali Ekspor (Gratieks). Khusus untuk subsektor perkebunan, Kementan akan fokus pada komoditas strategis perkebunan seperti sawit, kopi, kakao, cengkeh, jambu mete, lada, pala, dan vanili, serta dengan tetap dengan komoditas andalan ekspor yaitu kelapa sawit, karet, kelapa, teh, dan tembakau”, kata Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian dalam sambutannya pada acara Hari Perkebunan Ke-63 Tahun 2020 (10/12/2020).

Pengembangan komoditas-komoditas perkebunan strategis tersebut akan dikoordinasikan dalam kerangka program Gerakan Peningkatan Produksi, Nilai Tambah dan Daya Saing Perkebunan (Grasida). Dalam pelaksanaannya Kementan tidak berkerja sendiri, Kementan akan merangkul berbagai pihak, termasuk BUMN dan swasta, sehingga diharapkan nantinya terbangun Korporasi petani. Petani dan pekebun harus berada dan menjadi mitra Swasta dan BUMN, sehingga petani terangkat pendapatan dan kesejahteraannya.

“Peringatan Hari Perkebunan ke-63 ini diharapkan menjadi momentum yang tepat bagi pemerintah dan stakeholder perkebunan untuk menyusun strategi bersama dalam mengoptimalkan ekspor komoditi perkebunan di era revolusi industri 4.0,” katanya. Tuntutan konsumen, Lanjutnya, dalam e-commerce standar mutu dan traceability harus terukur dan mampu disajikan dalam promosi produk dan jaminan pasar, sehingga kiprah generasi millenial sangat diperlukan dalam mendukung fasilitasi e-commerce, terutama di sub sektor perkebunan. ”Kepada seluruh insan perkebunan dan stakeholder terkait di seluruh pelosok tanah air, saya mengucapkan Selamat Memperingati Hari Perkebunan, semoga cita-cita dan harapan untuk turut serta menggerakkan roda perekonomian dan upaya pemulihannya pasca pandemi covid-19 dapat segera terwujud dengan kerja keras kita bersama. Saya memberi apresiasi yang tinggi kepada seluruh insan perkebunan,” tambahnya.


Bagikan Artikel Ini  


Peluang Akses Pasar Dan Kemitraan Usaha Produk Samping Kelapa Sumatera Selatan

Diposting     Kamis, 12 November 2020 08:11 pm    Oleh    ditjenbun



Komoditas Kelapa berkontribusi cukup besar sebagai sumber devisa negara dari sisi ekspor. Saat ini kelapa berada pada peringkat ke 4 kontribusinya sebagai penyumbang devisa setelah sawit, karet dan kakao. Mengacu pada data BPS, hingga triwulan ke-3 tahun 2020, ekspor kelapa Indonesia sebesar 1,53 juta ton atau senilai USD 819,26 juta. Angka volume ekspor ini tercatat meningkat 14% dan 27% dari sisi nilai ekspor dibandingkan periode yang sama tahun 2019.

Saat ini sebagian besar petani kelapa memproduksi kelapa dalam bentuk kopra, sedangkan potensi produk turunan kelapa lainnya baik produk utama maupun produk samping sangat besar. Untuk itu melalui FGD Peningkatan Akses Pasar Serta Pengembangan Produk Utama dan Produk Samping Kelapa Berbasis Kelompok Tani dilaksanakan di Palembang, 10-11 November 2020 dengan tujuan untuk menggali potensi-potensi produk turunan kelapa di provinsi sentra produksi kelapa khususnya wilayah barat untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia melalui kemitraan produksi dan pemasaran.

Direktur Jenderal Perkebunan, Dr. Ir. Kasdi Subagyono, M.Sc dalam sambutannya menyatakan FGD yang ke-2 ini merupakan rangkaian pertemuan di 2 wilayah sentra produksi kelapa. Pada tanggal 24 September yang lalu di Manado, kita melaksanakan kegiatan untuk sentra kelapa wilayah timur meliputi Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, sebagian Kalimantan, Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat, sedangkan pada hari ini untuk sentra produksi wilayah barat meliputi Sumatera dan Jawa. Melalui FGD kelapa ini yang tuju tidak hanya persoalan nilai tambah produk kelapa tapi bagaimana mencari pasarnya, meningkatkan akses pasarnya. Untuk itu kita mengundang Atase Perdagangan Beijing, China untuk membicarkan potensi pasar dan hambatan ekspor produk kelapa Indonesia terutama di masa pandemic covid19, karena China adalah salahsatu negara tujuan ekspor terbesar kelapa Indonesia.

Direktorat Jenderal Perkebunan terus melakukan upaya-upaya akselerasi peningkatan ekspor 3x lipat (Gratieks) melalui peningkaran produksi, nilai tambah dan daya saing (Grasida), tentunya dengan mengedepankan penguatan kelompok tani berbasis korporasi petani di Kawasan pengembangan. Melalui penguatan kelembagaan petani ini akan ada jaminan standarisasi kualitas dan keberlanjutan usaha hingga peningkatan kesejahteraan petani sebagai outcome yang harus kita tuju. Terakhir kami berharap tercapainya kesepakatan kerjasama pada FGD kelapa yang akan ditandatangani mampu mendorong percepatan ekspor sehingga pada triwulan ke-4 tahun 2020, perekonomian negara dapat terdongkrak naik untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemic terutama di sektor pertanian. Ditambahkan lagi, hingga TW ke-3 tahun 2020 ini, hanya sektor pertanian secara year on year tumbuh positif 2,15% terhadap PDB nasional menurut lapangan usaha, dan sub sektor perkebunan turut berkontribusi besar terhadap pembentukan nilai PDB sektor pertanian.

Hal senada juga disampaikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ir. Dedi Junaedi M.Sc dalam pemaparannya bahwa tantangan pengembangan kelapa nasional tidak hanya persoalan produktivitas tetapi juga nilai tambah yang sangat butuh perhatian yang besar. Ditengah pandemic ini, pada hakikatnya produk kelapa seperti VCO semakin meningkat kebutuhannya karena memiliki kandungan antioksidan yang baik untuk daya tahan tubuh. Tentunya perlu inovasi-inovasi yang lebih baik lagi di sisi petani dan pelaku usaha agar produk kelapa ini mendapat branding yang positif dalam hal pemasarannya. Juga sabut kelapa/ coco fibre yang memiliki potensi sangat besar untuk bahan baku industry jok & dashboard kendaraan, media tanaman dan alat rumah tangga lainnya. Tidak kalah potensi nya untuk bahan bakar adalah charcoal yang saat ini banyak diminati di negara Kawasan timur tengah dan eropa.

Ditambahkan Dedi Junaedi bahwa peningkatan daya saing produk perkebunan khususnya kelapa dapat dilakukan selain melalui kegiatan promosi juga melalui upaya diplomasi perundingan baik dalam skema PTA, FTA maupun CEPA yang sedang berjalan dan akan dilakukan upaya inisiatif baru dengan negara lain secara bilateral dan regional. Teknologi Informasi akan menjadi suatu kepatutan dalam sistem perdagangan komoditas ekspor. Penggunaan IT dalam bentuk Marketing Online Platform juga diharapkan dapat mendukung untuk setiap aktivitas Promosi.

FGD kelapa ini juga menghadirkan para narasumber seperti Kepala Dinas Perkebunan Prov. Sumatera Selatan, Ketua Umum Asosiasi Industri Sabut Kelapa Indonesia (AISKI), Atase Perdagangan Beijing China, Manager Riset PT. Pupuk Sriwidjaja, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan & Koperasi Kabupaten Banyuasin dan pelaku usaha produk kelapa di Sumatera Selatan seperti CV. Amran Sulaiman, PT. Raksasa Cipta Niscala, PT. Elang Sriwijaya Perkasa, PT. Kelapa Puncak Nusantara, Kulaku Indonesia dan CV. Agromandiri Internusa. Kegiatan ini juga dihadiri Asisten Deputi Pertanian dan Perkebunan, Kemenkop-UKM, Kadis TP, Hortikultura dan Perkebunan provinsi Bengkulu, dan Kadis Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan.

Pada penutupan acara, Ir. Dedi Junaedi, M.Sc dan Ir. H. Fakhrurrozi Rais selaku Kepala Dinas Perkebunan Prov. Sumatera Selatan menyaksikan secara langsung proses penandatanganan  Kesepakatan Kerjasama/ MoU Pengembangan Kemitraan produksi dan Pemasaran Produk Samping Kelapa Berkelanjutan Berbasis Korporasi Petani Di Provinsi Sumatera Selatan antara Presiden Direktur PT. Mahligai Indococo Fiber (Pelaku usaha Sabut Kelapa/ coco fiber dari Bandar Lampung) dengan Komisaris PT. Raksasa Cipta Niscala; Direktur CV. Amran Sulaiman (pelaku usaha Charcoal dari Sumatera Selatan) dengan 20 petani/ketua kelompok tani kelapa prov. Sumatera Selatan serta Direktur CV. Agro Mandiri Internusa (Pelaku usaha Batok Kelapa dan Kopra dari Sumatera Selatan) dengan 20 petani/ketua kelompok tani kelapa prov. Sumatera Selatan.


Bagikan Artikel Ini  


Nikmati Kopi, Segarkan Mata : Uniknya Agrowisata Kopi Organik Banyuwangi

Diposting     Senin, 19 Oktober 2020 08:10 pm    Oleh    ditjenbun



Ingin Ngopi sambil berwisata? Silahkan datang ke Banyuwangi. Salah satu tempat yang wajib anda kunjungi adalah Kelurahan Gombengsari, Kecamatan kalipuro, Banyuwangi. Kelurahan ini dikenal sebagai Kampung Kopi Gombengsari.

Menurut informasi dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya, Pola tanam kopi di Gombengsari ini dibudidayakan secara Organik, Pertanian organik mengedepankan hubungan yang harmonis antara unsur yang ada di alam. Mayoritas kopi yang ditanam di kampung ini adalah jenis Robusta yang tumbuh pada ketinggian 400-600 mdpl. Diolah melalui proses natural, berada di wilayah geografis alam dan angin yang sangat menguntungkan, perpaduan hembusan angin laut yang membawa unsur garam dan angin gunung yang mengandung unsur belerang menciptakan ciri dan karakter kopi yang khas. Keunikan lainnya bisa kita dapatkan dalam sensasi kekuatan aroma dan flavour yang khas dari kopi robusta ini.

Hal ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) pada kunjungan kerja ke Wonogiri bulan Juli lalu, Mentan menyampaikan bahwa generasi milenial adalah penentu kemajuan pembangunan pertanian di masa depan. Ia meyakini tongkat estafet pembangunan pertanian ada pada pundak generasi muda. Mentan menaruh harapan besar di bidang pertanian untuk para generasi milenial yang berani mendirikan usaha, dimana wisata pertanian menjadi salah satu andalan Indonesia, banyak provinsi di Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan agrowisata.

Salah satu kelompok tani yang mengembangkan kopi organik ini adalah kelompok tani Kopi Rejo binaan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Perbenihan dan Proteksi tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya.

Kresno Suharto, Kepala Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya dalam kunjungan beberapa waktu lalu memberikan apresasi kepada kelompok tani yang telah menjalan program kegiatan desa organik dengan baik, salah satunya yaitu dengan mengintegrasikan perkebunan kopi dan peternakan kambing etawa untuk menjadi wisata edukasi yang menarik.

Adalah Hariono (43) selaku manajer ICS pertanian organik Kelompok tani Kopi Rejo yang menginisiasi membuat agrowisata kopi. Mayoritas warga keluruhan gombengsari ini mata pencaharian adalah petani kopi dan peternak kambing. Selama ini tidak ada perubahan signifikan dalam usahanya, ditambah lagi kesulitan mencari pupuk kimia maka menjadi tekad Hariono dan pemuda desa untuk mengintegrasikan perkebunan kopi dan peternakan kambing etawa.

Pada tahun 2018 salah satu kelompok tani di Keluruhan Gombengsari yaitu kelompok tani kopi rejo mendapat program pertanian organik dari BBPPTP Surabaya sehingga menjadi penambah tekad Hariono untuk menerapkan pertanian organik. Pembinaan mulai dari budidaya, pasca panen dan pemasaran telah diberikan oleh BBPPTP Surabaya. Kelompok tani Kopi rejo ini telah mendapatkan sertifikat organik berstandar eropa. “Ada yang menarik pada pengelolaan kebun kopi di Keluruhan Gombengsari ini karena selain Tanaman Kopi yang tumbuh di Perkambungan penduduk, ditempat ini juga merupakan sentra Peternakan kambing etawa yang menghasilkan susu yang sangat nikmat. Udara yang segar ditemani secangkir kopi dan Susu kambing etawa serta senyuman ramah masyarakat memberi kesan mendalam tentang Kampung Kopi Gombengsari ini. Bila anda berkunjung ke Banyuwangi jangan lewatkan pesona Kampung Kopi Gombengsari,” kata Hariono selaku manajer ICS pertanian organik Kelompok tani Kopi Rejo (19/10/2020).

Hariono Menambahkan, bahwa bentuk wisata kopi di kelurahan gombengsari ini berupa tour kebun kopi, mengenal jenis-jenis kopi, petik kopi (saat panen), belajar memproses kopi secara traditional (Sangrai, menumbuk dan menyeduh) perah susu kambing etawa, memberi minum kambing dengan dot serta kesenian masyarakat banyuwangi. Dalam sebulan, Lanjut Hariono, berbagai tamu mulai dari pejabat kabupaten, propinsi, hingga pusat, BUMN, Perbankan serta turis dari mancanegara telah berkunjung ke Gombengsari. Banyaknya kunjungan dari berbagai pihak tentunya dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan bagi masyarakat Gombengsari.

Turis dari USA Ashley dan Sinead yang pernah berkunjung di agrowisata ini mengaku cukup senang karena bisa belajar kopi mulai dari hulu hingga hilir, udaranya sejuk, makanannya nikmat, Kopinya mantap dan masyarakatnya ramah. Mewakili Kelompok tani Kopi Rejo Hariono berharap ada dukungan dari berbagai pihak untuk mengembangkan wisata kopi ini yaitu dengan tambahan gazebo dan ruang pertemuan di areal pertanaman kopi, promosi dan peralatan cafe dan pasca panen, karena selama ini kelompok tani hanya mengandalkan peralatan tradional untuk mengolah kopi hingga menjadi bubuk.

Prinsip pertanian organik yang diterapkan di kelompok tani ini yaitu:

Ekologi
Konsep ekologi menitikberatkan pada lingkungan dan keseimbangan alam, oleh karena itu Petani Gombengsari menerapkan pertanian organik. Budidaya  pertanian  organik  menggunakan pendekatan  ekosistem  yang  selaras  dengan proses  ekologi dan  biologi,  seperti  hubungan dalam  jaringan  makanan,  pemeliharaan  kesuburan  tanah,  pengendalian  organisme pengganggu  tumbuhan  (OPT)  secara  alami  dan penganekaragaman  makhluk  hidup  lain  dalam ekosistem.

Edukasi
Kebun kopi kelompok tani Kopi Rejo ini dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan. Pengunjung agrowisata dapat belajar dan praktek pengelolaan kebun kopi secara organik. Sistem edukasi menganut prinsip Learning by doing sehingga pengunjung dapat menambah pengetahuan mereka tentang cara budidaya kopi dari hulu hingga ke hilir.

Estetika
Agrowisata Kopi Organik Gombengsari ini di desain sedemikian rupa sehingga mempunyai daya tarik tersendiri. Selain belajar tentang bertanam kopi, dibulan-bulan tertentu ketika kopi mulai masak, pengunjung diperbolehkan untuk memetik buah kopi sendiri.

Ekonomi
Ekonomi adalah ujung dari sederet proses yang sudah dilakukan. Petani akan mendapatkan keuntungan materiil dari setiap usaha yang dilakukan. Keuntungan secara ekonomi tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan petani sehingga taraf hidup dan kesejahteraan petani semakin meningkat.

 

Bagi yang berminat mengunjungi kampung kopi organik Gombengsari Banyuwangi silahkan menghubungi Hariono : 085204932960


Bagikan Artikel Ini  


Calon Sumber Benih Nilam Varietas Lhokseumawe di Kabupaten Aceh Utara

Diposting     Rabu, 14 Oktober 2020 04:10 pm    Oleh    ditjenbun



Di tengah pandemic covid 19 petani nilam di Kabupaten Aceh Utara sangat antusias untuk menanam nilam. Berdasarkan informasi dari petani nilam, bahwa saat ini harga minyak nilam Rp.600.000 /kg. Masyarakat Aceh Utara khususnya petani nilam menyambut baik kerjasama antara pemerintah Kabupaten Aceh Utara dengan Atsiri Research Centre (ARC) untuk memudahkan ekspor minyak nilam ke luar negeri. Saat ini ARC Unisyah telah menyusun peta jalan (roadmap) Sistem Inovasi Daerah (SIDa) untuk pengembangan Agribisnis tanaman nilam di Aceh Utara (media Acehonline.co).

Untuk memenuhi kebutuhan benih nilam, tim Penilaian dan Penetapan Kebun Sumber Benih Tanaman Nilam Varietas Lhokseumawe  telah melakukan Penetapan Kebun Sumber Benih Tanaman Nilam Unggul Varietas Lhokseumawe yang berlokasi di Desa Pase Sentosa, Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh.

Tim Penilaian dan Penetapan terdiri dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Pemulia Nilam dari Balittro-Bogor, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPHP) Provinsi Aceh, dan Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Aceh Utara.

Lokasi kebun benih sumber nilam di Desa Pase Sentosa, Kecamatan Simpang Keuramat, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh seluas 1 ha dengan populasi sebanyak 8.000 rumpun, dengan faktor koreksi 20%, sehingga jumlah rumpun ada 6.400 rumpun, menghasilkan rata-rata per rumpun sebanyak 100 setek pucuk. Jadi taksasi produksi adalah 6.400 x 100 setek pucuk = 640.000 setek pucuk.

Rekomendasi dari tim penetapan kebun sumber benih nilam di Kabupaten Aceh Utara bahwa pemangkasan (pengambilan setek pucuk) pertama dilakukan pada  6 bulan dan untuk pemangkasan selanjutnya umur 4-5 bulan sekali dan setelah pemangkasan harus diikuti pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang/kompos sebanyak 1-2 kg/rumpun, untuk menjaga pertumbuhan dan kualitas setek selanjutnya.

Berdasarkan hasil penilaian terhadap dokumen administrasi dan kondisi kebun sumber benih nilam atas kebun ini layak ditetapkan sebagai Kebun  Benih  Sumber Nilam Varietas Lhokseumawe di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh, dengan Keputusan atas nama Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 59/KB.020/9/2020, tanggal 8 September 2020 tentang Penetapan Kebun Benih Sumber Nilam Varietas Lhlokseumawe di Kabupaten Aceh Utara Provinsi Aceh. (Iswandi)

 

Sumber:

Laporan Penetapan Kebun Sumber Benih Nilam Varietas Lhokseumawe di Kabupaten Aceh Utara Tahun 2020.

Media Acehonline.co. Minyak Nilam Aceh Utara Terbaik Kedua di Dunia, Warga Simpang Keuramat Produksi Parfum, Tahun 2019.


Bagikan Artikel Ini  


Ramalan Luas Serangan Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha Cramerella) Triwulan I Tahun 2021

Diposting        Oleh    ditjenbun



Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan yang memiliki peranan cukup nyata dan dapat diandalkan dalam mewujudkan program pembangunan pertanian, khususnya dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendorong pengembangan wilayah, peningkatan kesejahteraan petani, dan peningkatan devisa negara. Perkebunan kakao di Indonesia tersebar dari pulau Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Berdasarkan angka tetap statistik perkebunan tahun 2018, luas areal tanaman kakao di Indonesia mencapai 1.611.014 hektar yang tersebar di provinsi, dengan produksi sebesar 767.280 ton dan produktivitas 729 kg/ha (Angka Tetap Statistik Perkebunan Indonesia tahun 2018). Apabila dibandingkan dengan produksi kakao dunia yang mencapai 4.850.000 ton, produksi kakao di Indonesia masih jauh lebih rendah. Produksi kakao Indonesia hanya sekitar 16% dari produksi dunia. Salah satu yang menjadi penyebab rendahnya produksi kakao di Indonesia yaitu, adanya serangan Penggerek Buah Kakao (PBK). Serangan PBK sangat khas dan sulit dideteksi karena imago betina meletakkan telur pada buah kakao yang masih muda dan gejala baru terlihat pada saat buah siap dipanen. Kehilangan hasil akibat hama PBK diperkirakan mencapai 60-84% dengan potensi kerugian hasil diperkirakan mencapai 117 miliar rupiah.

Gambar 1. Peta ramalan luas serangan PBK Triwulan I Tahun 2021

Peta di atas menunjukkan ramalan/prediksi luas serangan PBK menurut provinsi di Indonesia pada Triwulan 1 Tahun 2021. Hama PBK Conopomorpha cramerella (Snellen) termasuk dalam ordo Lepidoptera dan famili Gracillariidae. Hama PBK merupakan penyebab utama kehilangan hasil pada tanaman kakao dan merugikan pengusahaan kakao di negara-negara Asia Tenggara dan Papua New Guinea. Kerugian akibat serangan PBK mengakibatkan penurunan berat biji, peningkatan persentase biji kualitas rendah, dan meningkatnya biaya panen diakibatkan sulitnya memisahkan biji yang terserang dari kulit buah. Kondisi lembab yang disebabkan curah hujan tinggi sangat disukai oleh hama PBK.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk menekan perkembangan dan luasnya serangan hama PBK pada masa yang akan datang yaitu dengan metode peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Peramalan OPT merupakan komponen penting dalam strategi pengelolaan hama dan penyakit tanaman, sebab dengan adanya peramalan bermanfaat sebagai sistem peringatan dini mengenai tingkat dan luasnya serangan. Ramalan OPT dilakukan dengan mengolah data hasil pengamatan OPT secara kontinyu dan konsisten dengan interval waktu tertentu dan bertujuan untuk mendapatkan rumus ramalan yang dapat menggambarkan kondisi OPT pada waktu yang akan datang. Hasil ramalan OPT tersebut dapat dijadikan acuan untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian OPT yang tepat di lapangan.

Ramalan luas serangan PBK pada tanaman kakao disusun berdasarkan laporan serangan OPT yang diterima oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan dari provinsi-provinsi di Indonesia selama kurun waktu 10 tahun terakhir. Provinsi yang melaporkan adanya serangan PBK terlampir pada Tabel 1.

Ramalan luas serangan PBK triwulan 1 tahun 2021 dihitung berdasarkan model peramalan luas serangan yang disusun dengan metode runtun waktu dari data luas serangan PBK di Indonesia tahun 2011-2020. Model peramalan yang didapatkan adalah, y=10^(0.2746+0.8861*LOG(X+10))-10.

Tabel 1. Ramalan Luas Serangan PBK

Triwulan 1/2021 menurut Provinsi di Indonesia

Gambar 2. Grafik ramalan luas serangan PBK Triwulan I Tahun 2021

Berdasarkan tabel dan grafik 1 di atas, diprediksikan provinsi Sulawesi Tengah akan mengalami luas serangan PBK paling tinggi, meski hasil ramalan menunjukkan penurunan luas serangan sebesar 45.1% dibandingkan dengan kejadian luas serangan pada triwulan 1/2020. Selanjutnya, diikuti oleh provinsi Sulawesi Selatan, Sumatera Utara, dan Aceh yang diramalkan akan mengalami luas serangan hama PBK cukup tinggi, kisaran 6.875 – 20.625 ha. Berikut adalah beberapa alternatif pengendalian hama PBK untuk menekan populasi PBK tersebut sehingga kehilangan hasil dapat diminimalisir, yaitu:

1. Penggunaan tanaman resisten

Keuntungan menggunakan varietas resisten dalam pengendalian hama antara lain, mengendalikan populasi hama tetap di bawah ambang kerusakan dalam waktu yang cukup lama, tidak berdampak negatif pada lingkungan, tidak membutuhkan alat dan teknik aplikasi tertentu, dan tidak membutuhkan biaya tambahan lain.

2. Pengendalian secara hayati

Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan organisme hayati yaitu semut hitam (Dolichoderus thoracicus) untuk menekan populasi hama dengan memangsa telur dan pupa PBK. Semakin banyak semut hitam pada permukaan buah terserang PBK, semakin banyak telur atau pupa yang dimangsa sehingga diharapkan pengendalian lebih efektif. Pemanfaatan cendawan patogen serangga seperti Verticillium tricorpus, Metarhizium spp., dan Beauveria bassiana.

3. Pengendalian secara kultur teknis

Metode pengendalian dengan pemangkasan dilakukan dengan cara memangkas tunas air dan cabang lain secara selektif untuk mengatur kedudukan cabang, mengurangi kelembaban sehingga diharapkan berkurangnya tingkat serangan hama. Metode pengendalian dengan cara panen sering, pemangkasan, sanitasi, dan pemupukan atau dikenal dengan metode PSPSP terbukti efektif mampu mengendalikan hama PBK. Pengendalian dengan pemupukan urea yang dibarengi dengan sanitasi kebun terbukti dapat menurunkan persentase serangan sebesar 34,6% dan kerusakan biji sebesar 38,4%. Dan juga Metode pengendalian dengan cara meningkatkan ketahanan alami tanaman, misalnya dengan aplikasi silika (Si) dan biokaolin.

4. Pengendalian secara fisik dan kimiawi

Pengendalian fisik dan mekanik adalah tindakan langsung atau tidak langsung dengan cara merubah kondisi lingkungan yang dapat menekan populasi hama. Beberapa teknik pengendalian fisik dan mekanik yang dapat dilakukan untuk mengendalikan PBK, antara lain teknik penyarungan buah muda dan penggunaan perangkap serangga imago jantan dengan memanfaatkan feromon seks.

5. Pengendalian dengan pestisida nabati

Pengendalian dengan pestisida nabati adalah teknologi pengendalian hama dengan memanfaatkan bahan dari tumbuhan, baik berupa ekstrak, tepung atauminyak. Pestisida nabati yang terbukti efektif untuk mengendalikan PBK antara lain, ekstrak mimba, ekstrak buah maja Crecentia cujete, minyak cengkeh dan serai wangi, ekstrak daun bandotan, bawang putih, minyak kemiri sunan, ekstrak umbi gadung, jeringau, dan brotowali.

Ketepatan hasil perhitungan dari ramalan dengan kejadian serangan OPT di lapangan dipengaruhi oleh faktor biotik dan abiotik lingkungan kebun yang mendukung perkembangan OPT, dan berbagai upaya tindakan pengendalian yang dilakukan oleh petani maupun pelaku usaha perkebunan. Namun, hal utama yang perlu ditekankan adalah melakukan pembinaan dan bimbingan kepada petani agar mau melakukan tindakan preventif seperti metode PSPSP dengan baik yang terbukti efektif mampu mengendalikan hama PBK untuk menekan perkembangan hama PBK tersebut.

 

Penulis : Aidha Utami, S.Si

 

Sumber:

Laporan Data OPT Kakao tahun 2011-2020

Angka Tetap Statistik Perkebunan Indonesia tahun 2018.


Bagikan Artikel Ini  


Memperkuat Kemitraan Pemasaran Kopi Minang Dimasa Pandemik

Diposting     Senin, 12 Oktober 2020 03:10 pm    Oleh    ditjenbun



Kopi “Minang” provinsi Sumatera Barat berpeluang untuk dilakukan peningkatan akses pasar dan ekspor ditengah kondisi pandemic covid19. Hal ini didukung dengan diinisiasinya kegiatan Bussiness Matching antara Pelaku usaha/ Eksportir kopi dengan kelompok tani kopi minang provinsi Sumatera Barat pada tanggal 6-7 Oktober 2020 di Kota Padang. Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat, Ir. Syafrizal menyambut baik pelaksanaan Bussiness Matching ini. Hal ini menjadi momentum penguatan pasar kopi di Provinsi Sumatera Barat walaupun saat ini dimasa pandemic terdapat beberapa kendala pasar ekspor kopi, tetapi kedepan melalui kegiatan ini diharapkan ekspor kopi Sumatera Barat bisa meningkat signifikan. Potensi perkebunan Sumatera Barat selain kopi juga dilakukan pengembangan komoditas kakao, kelapa, karet, sawit, teh, dan rempah-rempah perlu terus digali pengembangan hulu hilir dan ekspor.

Kami jajaran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan terus mendukung Ditjen. Perkebunan dalam akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan di Sumatera Barat, utamanya kopi di 7 sentra produksi kabupaten seperti Agam, Tanah Datar, Solok, Solok Selatan, Pasaman, 50 Kota dan Pasaman Barat. Ditambahkan juga menurut data Dinas TPHortiBun, ekspor kopi minang hingga bulan September 2020 dengan volume 275 ton atau senilai Rp. 6,45 milyar ke Malaysia, Korea Selatan, Hongkong dan beberapa negara Timur Tengah.

Acara ini dihadiri oleh pelaku usaha/ eksportir kopi dari Bandung yaitu PT. Surya Indo Singa melalui Direktur Utama, Lily ratnasari yang sudah berpengalaman lebih dari 3 tahun menjalankan bisnis ekspor kopi. Beliau mengapresiasi dengan diadakannya kegiatan Bussiness Matching ini, walaupun ditengah pandemic, permintaan kopi masih terus berdatangan meski jumlahnya belum signifikan, dalam waktu dekat saya mendapat order ekspor dari Korea dan Eropa dari jenis Robusta dan Arabika sehingga saya mengharapkan mendapat pasokan kopi dari Sumatera Barat. Saya juga mengapresiasi semangat para petani yang hadir pada acara ini hingga saat mengunjungi sentra kopi solok radjo. Selanjutnya saya mengharapkan petani kopi di Sumatera Barat dapat mempertahankan kualitas kopi untuk memenuhi selera pasar.

Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ir. Dedi Junaedi, M.Sc dalam sambutannya menyatakan ditengah kondisi perekonomian Indonesia yang defisit 5,32%, sub sektor perkebunan tumbuh positif dan menjadi jaminan pemulihan ekonomi nasional dari sektor pertanian. Tercatat PDB sektor Pertanian tumbuh 16,24% pada TW 2 tahun 2020, khusus komoditas kopi, ekspor Indonesia ke dunia meningkat 12% dari sisi volume ekspor jika dibandingkan TW 2 tahun 2019. Ini menjadi angin segar bagi pengembangan komoditas perkebunan Indonesia terutama kopi minang, Sumatera Barat. Saya harapkan kedepan komitmen Bersama antara Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov Sumatera Barat, Ditjen. Perkebunan dan para pelaku usaha dalam mengakselerasi peningkatan ekspor komoditas kopi, selain itu Bersama-sama dalam memperbaiki rantai pasok kopi, mutu produk, nilai tambah dan memperkuat kemitraan petani.

Pada kegiatan business matching ini juga dihadiri oleh perwakilan dari Direktorat Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan, yang akan terus mendorong akses pasar kopi Indonesia terutama melalui promosi serta penyederhaan tata niaga dan prosedur-prosedur ekspor. Selain itu juga dipaparkan perkembangan pemasaran kopi Minang di Sumatera Barat oleh Ketua Asosiasi Kopi Minang Sumatera Barat yang selama ini di masa pandemic untuk kebutuhan dalam negeri masih belum ada kendala yang signifikan terkait pemasaran. Permintaan terus berdatangan untuk skala kecil dan menengah ke beberapa kota di Indonesia dan stok kopi Minang masih mencukupi untuk memenuhi permintaan tersebut. Juga dihadirkan ketua Kelembagaan Ekonomi Usaha KSPU-Solok Radjo yang membahas mengenai success story pembinaan petani kopi arabika dan pemasarannya di Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

Direktur Jenderal perkebunan, Kasdi Subagyono mengucapkan selamat kepada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat atas pelaksanaan business matching ini yang akan mendorong mensukseskan peningkatan ekspor komoditas perkebunan Indonesia utamanya produk kopi dalam rangka akselerasi program Gratieks yaitu Gerakan 3x lipat ekspor hingga tahun 2024. Ditjen. Perkebunan terus memfasilitasi petani untuk memberikan bantuan sarana alat pascapanen dan pengolahan untuk menghasilkan produk-produk kopi bernilai tambah tinggi, juga dalam hal pembinaan dan pendampingan petani. Saat ini hanya tercatat Kopi Bareh Solok di tahun 2018 (dikenal dengan Sumatera Arabica Minang Solok) yang memperoleh sertifikat Indikasi Geografis, kami mendorong penetapan kopi-kopi di Sumatera Barat lain yang memiliki kekhasan dari sisi geografis yang dihasilkan melalui perbedaan rasa dan aroma. Saya mencatat ada potensi jenis kopi Sumbar yang diperdagangkan dengan nama dagang Solok Rajo, Lasi, Robusta/Arabica Equator Talu, Kopi Kajai Spesialty, Charmintoran Coffee, kopi Payo dan lain-lain untuk mendapat pengakuan spesifik dari Indikasi Geografis. Pengakuan indikasi geografis pada suatu produk diyakini akan membawa banyak dampak positif, terutama dari segi aspek perekonomian dan sosial antara lain mampu menghasilkan produk berday saing dan pada akhirnya mandongrak nilai jual suatu produk secara signifikan.

Diakhir acara ditutup dengan ditandatanganinya kesepakatan kerjasama kemitraan pemasaran kopi Minang Prov. Sumatera Barat antara PT. Surya Indo Singa dengan 16 Ketua Kelompok Tani Kopi Minang dari Kabupaten Solok Selatan, Pasaman Barat, Solok, 50 Kota, Agam, dan Tanah Datar dengan disaksikan Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Kasubdit Pemasaran Hasil, Kelapa Seksi Pemasaran Internasional dan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Prov. Sumatera Barat beserta jajarannya.


Bagikan Artikel Ini  


Petani Milenial Buktikan Sukses Harumkan Kopi Indonesia

Diposting     Rabu, 07 Oktober 2020 01:10 pm    Oleh    ditjenbun



Pasuruan – Kerja keras petani berbuah manis, salah satunya petani milenial asal Desa Sekarmojo, Kecamatan Purwosari, kabupaten Pasuruan yang sukses memetik hasilnya dalam mengembangkan komoditas perkebunan khususnya kopi.

Heri Tahan Muji (36), salah petani milenial yang giat dan tekun melaksanakan program yang diberikan oleh Ditjen perkebunan melalui Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya. Menurut Kresno Suharto Kepala BBPPTP Surabaya, bahwa pada tahun 2018 Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya memilih kelompok tani Candi Mulyo untuk bergabung dalam program Sertifikasi Desa Pertanian Organik berbasis komoditas perkebunan, berbagai kegiatan pembinaan mulai dari budidaya, pengendalian Hama dan Penyakit secara Organik, Peralatan Pasca Panen dan Pemasaran telah diberikan kepada kelompok tani candi mulyo.

Heri tahan muji merupakan Anggota kelompok tani Candi mulyo. Kelompok tani Candi Mulyo merupakan Binaan Ditjen Perkebunan pada program Sertifikasi Desa Pertanian Organik berbasis komoditas perkebunan. “Saya menanam kopi mulai tahun 2002 sampai sekarang,” ujar Heri saat dihubungi oleh tim POPT BBPPTP Surabaya (5/10/2020).

Heri menuturkan, bahwa dirinya mulai menanam kopi bersama anggota kelompok tani lainnya mulai dari luasan 1 ha dan saat ini telah mencapai 15 ha. Pada awalnya kelompok tani Candi Mulyo ini menjual kopi dalam bentuk buah cery kepada tengkulak dengan harga yang relatif murah yaitu untuk robusta dihargai 5 rb/kg dan arabika dihargai 8 rb/kg, kami menjual kopi dalam bentuk buah cerry karena tidak memiliki pengetahuan serta peralatan pasca panen.

Pelan tapi pasti, Heri yang ditugasi oleh Kelompok tani candi mulyo dibagian Pasca panen dan pemasaran kini membuktikan dapat menghasilkan kopi dengan berbagai Jenis olahan mulai dari Natural, Semiwash, fullwash, Wine dan Honey baik robusta maupun arabika. Semua hasil panen kopi anggota kelompok tani dibeli oleh Heri untuk diproses hingga menjadi kopi yang enak dan nikmat. Dalam satu bulan heri mampu menjual kopi hingga 2500 kg/bulan dengan omset rata2 100 jutaan. Selain itu turut membuka lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu dan pemuda masyarakat sekitar untuk membantu dalam proses pasca panen mulai dari sortasi buah, fermentasi, Soratasi biji, sangrai, packing, promosi dan pemasaran.

Heri memberi nama kopinya dengan merk “Kopi Lesung Arjuno”. Kopi ini memiliki kualitas premium yang ditanam di lereng gunung arjuno dengan ketinggian 1300 mdpl menjadikan rasa kopi yang khas dan berkarater. Kopi lesung dibudidayakan oleh Kelompok Tani Candi Mulyo dan saat ini telah mendapatkan sertifikat Organik berstandar Eropa.

Bayu Aji Nugroho selaku POPT BBPPTP Surabaya dan pendamping Desa organik mengatakan bahwa untuk mencapai ini dibutuhkan komitmen dan sinergi yang solid dari seluruh anggota kelompok tani. Perlunya anak muda seperti heri ini karena sangat menginspiratif, dapat memotivasi dan tekun mengembangkan kopi sehingga dapat menghasilkan kopi yang berkualitas dan menambah pendapatan petani.

Sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, pada peringatan Hari Tani Nasional di Jakarta, September lalu (24/9), menyatakan bahwa Peran petani milenial amat dinanti negara untuk bisa menciptakan inovasi pertanian dari hulu ke hilir sehingga menciptakan nilai tambah komoditas pertanian. Para petani milenial harus terus didukung agar bisa memacu tumbuhnya petani-petani muda yang baru.


Bagikan Artikel Ini  


Tingkatkan Nilai Perekonomian Pekebun, Kementan Dorong Budidaya Serai Wangi Di Brebes

Diposting     Sabtu, 03 Oktober 2020 04:10 am    Oleh    ditjenbun



BREBES – Tak dapat dipungkiri hasil olahan komoditas perkebunan selalu diminati dunia dan kaya akan manfaatnya, tanpa terkecuali serai wangi, komoditas perkebunan ini cukup digemari saat ini. Manfaat minyak serai wangi sangat beragam antara lain sebagai bahan baku industri sabun, parfum, kosmetik, antiseptik, aromaterapi, dan sebagai bahan aktif pestisida nabati. Adapun saat ini perusahaan besar banyak menggunakan minyak serai wangi sebagai bahan baku industri rumah tangga seperti sabun atau produk lain.

Kementerian Pertanian terus berupaya mendorong petani untuk melakukan pengembangan komoditas maupun agribisnis tanaman pertanian termasuk perkebunan dengan terus meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil secara optimal dan berkesinambungan.

Sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo pada kunjungannya ke Provinsi Maluku akhir Mei lalu. Mentan meminta jajarannya agar sigap melakukan pendampingan dan terus berupaya menjaga ketersediaan dan stabilitas pasokan serta peningkatan produksi maupun produktivitas komoditas pertanian termasuk perkebunan. “Tingkatkan nilai tambah, daya saing dan keunggulan setiap komoditas pertanian, harus memperkuat sektor hulu dan mengembangkan sektor hilir sehingga ada nilai tambah,” ujar Mentan Syahrul.

Menindaklannjuti arahan Mentan, maka Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Tim Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah melakukan pengawalan dan monitoring pengembangan komoditas perkebunan, salah satunya komoditas serai wangi di Jawa Tengah pada bulan Juli lalu.

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu sentra pengembangan kapas dan komoditi Atsiri, diantaranya komoditi nilam dan serai wangi. Tanaman serai wangi turut dikembangkan di Provinsi Jawa Tengah, yang saat ini luasnya mencapai 278,45 Ha dengan jumlah produksi 23,812 Ton minyak/ Pertahun. Pada Provinsi Jawa Tengah dikembangkan di Kab. Semarang, Cilacap, Purbalingga, Brebes, Batang, Boyolali dan Kendal, namun Kabupaten yang mendapatkan APBN TA 2020 hanya Kabupaten Brebes dan Kendal.

Adapun pengembangan Serai Wangi seluas 10 Ha di alokasikan di Kabupaten Kendal 5 Ha sedangkan Kabupaten Brebes seluas 5 Ha dan telah realisasi. Kabupaten Brebes merupakan salah satu sentra pengembangan Nilam dan Serai Wangi di Provinsi Jawa Tengah.

Menurut data Ditjen Perkebunan, luas areal dan produksi Nilam perkebunan rakyat Tahun 2018 di Kabupaten Brebes mencapai 47,70 Ha dengan Produksi 1.097 Ton Daun Kering sedangkan Serai Wangi luasnya mencapai 69,60 Ha dengan produksi 68.40 Ton Daun Kering.

Kecamatan Larangan Desa Pamulihan dan Wilahar merupakan salah satu Kecamatan yang merupakan sentra tanaman serai wangi, dengan CPCL kelompok Tani Tani Maju dan Watu Geni yang tadinya beranggotakan kurang lebih 50 orang sampe sekarang tinggal beberapa orang yang masih menanam sereh wangi.

Serai wangi di Kabupaten Brebes telah dikembangkan, walau dihadapkan dengan berbagai tantangan, tak mematahkan semangat pekebun untuk terus mengembangkan serai wangi. Salah satunya, saat ini Petani serai wangi bermitra dengan Solidaritas Perempuan untuk Perempuan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM).

Solidaritas Perempuan untuk Perempuan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM) telah berdiri sejak 20 November 1998 sampai sekarang yang saat ini di pimpin oleh Ibu Rahayu Purwaningsih. SPEK-HAM memiliki fokus isu salah satunya pada pemberdayaan ekonomi masyarakat untuk pengentasan kemiskinan melalui pengelolaan potensi lokal dimaksudkan untuk pemberdayaan masyarakat melalui program pelatihan pengolahan sereh wangi.

“Melalui SPEK-HAM ini petani serai wangi di Brebes dapat mengikuti pelatihan dan pemberdayaan untuk mengembangkan hasil olahan minyak serai wangi sehingga memiliki nilai jual lebih,” kata Rahayu Purwaningsih selaku direktur utama SPEK-HAM. Saat ini hasil olahan tersebut berupa sabun, karbol, pewangi ruangan dan produk turunan dari minyak serai wangi lainnya.

SPEK-HAM bekerjasama dengan Dinas Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BAPPERLITBANGDA) KAB. BREBES mengadakan pelatihan produk hilir/turunan sereh wangi Sabun mandi Sereh wangi pada tanggal 13 Maret 2019 di Aula kantor kecamatan larangan yang di ikuti oleh 30 peserta dari Desa Cenang Kec. Songgom dan Desa Wlahar Kec. Larangan. Beberapa bulan kemudian SPEK-HAM dengan DINAS BAPPERLITBANGDA mengadakan pelatihan produk hilir/turunan sereh wangi yaitu Karbol Sereh wangi untuk pembersih lantai pada tanggal 19 Juli 2019.

Menurut Rahayu Purwaningsih, Dengan adanya SPEK-HAM diharapkan kedepannya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat/petani agar lebih kreatif dalam mengolah hasil panen untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.

Harapan petani serai wangi kedepannya menginginkan agar harga minyak sereh wangi dapat stabil tidak seperti sekarang ini, mudah dalam pemasaran, dan mengharapkan dukungan dari Pemerintah pusat melalui APBN dan Dinas terkait terkait lainnya dalam bentuk bantuan sarana pertanian/alat-alat pertanian salah satu contohnya Pompa air untuk perawatan sereh wangi di saat musim kemarau.

Selain itu, perlunya pemasaran untuk produk yang telah dihasilkan sehingga produk tak hanya dijual lewat kalangan terbatas, tapi bisa menjangkau pasar lebih luas. Untuk itu diharapkan kedepannya Pemerintah dapat lebih mensupport produk-produk hasil turunan serai wangi.

Tentunya baik pemerintah pusat maupun daerah akan terus berupaya dalam mendukung/mendorong para pekebun sehingga hasil olahan komoditasnya memiliki nilai tambah yang berdaya saing serta dapat membantu pendapatan dan mensejahterakan pekebun.

Pada kesempatan yang berbeda, Yulia Hendrawati, selaku Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Brebes menuturkan bahwa salah satu peran dinas kabupaten antara lain melakukan pendampingan dan pembinaan budidaya serta pascapanen sereh wangi. Selain itu dinas juga turut mempromosikan produk melalui pameran dan memfasilitasi Alsin untuk budidaya.


Bagikan Artikel Ini  


Keistimewaan Kebun Entres UPTD Perkebunan Walambenowite sebagai Satu-satunya Kebun Entres Jambu Mete di Indonesia

Diposting     Selasa, 29 September 2020 02:09 pm    Oleh    ditjenbun



Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale L.) merupakan tanaman perkebunan penghasil kacang mete.  Kacang yang diambil dari buah jambu mete ini memiliki kalori yang cukup tinggi, serta mengandung karbohidrat, protein, lemak, dan serat. Kacang mete juga mengandung vitamin K, vitamin E, folat, dan vitamin B, kalsium, natrium, kalium, magnesium, fosfor, zinc, dan zat besi.

Pengembangan jambu mete sudah lama dilakukan di Indonesia terutama pada lahan marginal beriklim kering di wilayah Timur dan Barat Indonesia, hingga saat ini pengembangan tanaman jambu mete masih menggunakan cara generatif baik dari Kebun Induk maupun Blok Penghasil Tinggi. Penggunaan benih generatif berupa biji memiliki kekurangan berupa penurunan sifat, karena jambu mete melakukan penyerbukan silang  dari pohon sendiri maupun pohon lain di sekitarnya, sehingga keturunannya bisa berbeda dengan kedua asal tetuanya.

Sejumlah faktor yang diperkirakan menjadi penyebab rendahnya produktivitas mete Indonesia antara lain penggunaan bahan tanaman asalan, serangan hama dan penyakit, serta manajemen kebun yang masih sederhana. Upaya untuk meningkatkan produktivitas tanaman melalui penggunaan bahan tanaman unggul bermutu cukup berpeluang, karena inovasi teknologi dengan bibit sambungan (grafting) telah tersedia, walaupun tingkat keberhasilan yang masih bervariasi (Saefuddin, 2009).

Benih mete sambungan adalah teknologi penggabungan karakter unggul dari dua individu berbeda, yaitu individu untuk batang bawah yang mempunyai keunggulan sistem perakaran yang dalam dan mampu beradaptasi dengan baik di daerah pengembangan dan individu untuk batang atas (entres) yang mempunyai keunggulan produksi yang tinggi. Oleh karena itu, dengan penggunaan benih grafting diharapkan akan diperoleh individu baru tanaman jambu mete dengan perakaran yang dalam dan telah beradaptasi baik di daerah pengembangan dan produktivitasnya tinggi dan stabil.

Di Indonesia terdapat satu-satunya kebun induk jambu mete yang berasal dari benih grafting, yaitu kebun induk jambu mete UPTD Perkebunan Walambenowite milik Dinas TPH Perkebunan Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara, ini adalah keistimewaan pertama. Kebun induk tersebut secara bertahap ditanam atas anggaran Direktorat Jenderal Perkebunan pada tahun 2012 dan 2014.

Keistimewaan kedua, karena berasal dari benih grafting maka pada usia lebih dari 3 tahun kebun ini telah bisa ditetapkan sebagai kebun induk, berbeda dengan kebun jambu mete yang berasal dari biji harus memenuhi usia 10 tahun baru bisa ditetapkan sebagai kebun induk.  Mengacu pada Kepmentan Nomor 327/Kpts/KB.020/10/2015 tentang  Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) maka  kebun induk jambu mete UPTD Perkebunan Walambenowite milik Dinas TPH Perkebunan Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara ditetapkan sebagai kebun induk biji dan kebun induk entres pada tahun 2019 dengan Nomor Keputusan Menteri Pertanian RI No.13/Kpts/KB.020/2/2019 tgl 1 Februari 2019 Tentang Penetapan Kebun Induk dan Kebun Entres Jambu Mete Varietas Populasi Muna di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara. Keistimewaan ketiga, selain sebagai satu-satunya kebun induk hasil grafting, kebun ini juga satu-satunya kebun entres jambu mete di Indonesia.

Gambar 1. Kebun Sumber Benih Mete UPTD Perkebunan Walambenowite milik Dinas TPH Perkebunan Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pada saat penetapan kebun induk UPTD Perkebunan Walambenowite milik Dinas TPH Perkebunan Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara terbagi atas 2 kebun sumber benih mete, yaitu kebun sumber biji seluas 4 Ha, dengan potensi produksi benih gelondong sebanyak 765.022 gelondong per tahun, dan kebun sumber entres seluas 1,5 Ha dengan ppotensi produksi benih berupa entres sebanyak 260.945 entres per tahun.

Satu lagi yang menambah keistimewaan dari kebun induk jambu mete UPTD Perkebunan Walambenowite milik Dinas TPH Perkebunan Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara ini adalah kreativitas dari UPTD dalam memelihara kebun tersebut. Seperti kita ketahui, anggaran negara terkait perawatan kebun sumber benih semua komoditas perkebunan di seluruh Indonesia tentu terbatas, untuk mengatasi hal tersebut UPTD Perkebunan Walambenowite bekerjasama dengan penduduk sekitar. Masyarakat diizinkan untuk menanam nanas khas Kabupaten Muna yang bentuknya besar, berstektur kasar, manis dan berair di lahan kebun. Dengan syarat, piringan sekitar akar tanaman mete harus steril dari tanaman nanas agar perakaran tidak terganggu. Tentu saja hal ini merupakan simbiosis mutualisme, karena : (1) Nanas yang dipupuk, secara tidak langsung pupuknya juga meresap ke dalam perakaran tanaman mete, (2) Rasa memiliki (self belonging) dari masyarakat sekitar akan lahan tersebut, membuat mereka serta merta menjaga keutuhan lahan, demi kelangsungan hidup mereka, dan (3) Lahan bersih dari gulma, karena saat penduduk merawat kebun nanas mereka sekaligus merawat kebun sumber benih jambu mete.

Ke depannya Direktorat Jenderal Perkebunan terus berupaya mengembangkan kebun sumber benih jambu mete yang bermutu agar produksi, produktivitas, dan mutu tanaman mete sebagai penghasil jambu mete kita terus meningkat. (UFA)

 

 

Daftar Pustaka :

Adrian, Kevin. 2019. Manfaat Kacang Mete untuk Kesehatan. [Daring]. Tersedia : https://www.alodokter.com/7-manfaat-kacang-mete-yang-segurih-rasanya. Html. Diakses tanggal 26 Mei 2019.

Keputusan Menteri Pertanian Nomor 327/Kpts/KB.020/10/2015 tentang Pedoman Produksi, Sertifikasi, Peredaran dan Pengawasan Benih Tanaman Mete (Anacardium occidentale L.).

Keputusan Menteri Pertanian RI No.13/Kpts/KB.020/2/2019 tgl 1 Februari 2019 Tentang Penetapan Kebun Induk dan Kebun Entres Jambu Mete Varietas Populasi Muna di Kabupaten Muna Provinsi Sulawesi Tenggara.

Ruhnayat, Agus dan M. Syakir. 2014. Penyediaan Benih Jambu Mete Unggul secara Cepat Melalui Mikro Grafting. Sirkuler Informasi Teknologi Tanaman Rempah dan Obat. Kementerian Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.

Saefudin. 2009. Inovasi Teknologi untuk Meningkatkan Keberhasilan Sambung Pucuk pada Tanaman Jambu Mete. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri : Vol. 15 Nomor 3, Desember 2009.


Bagikan Artikel Ini  


Pengendalian Hama Oryctes Rhinoceros Pada Kegiatan Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Di Kabupaten Ogan Komering Ilir

Diposting        Oleh    ditjenbun



Hama Oryctes rhinoceros atau yang sering disebut kumbang tanduk/badak merupakan salah satu hama utama pada tanaman kelapa sawit. Hama O. rhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam sampai tanaman tua. Pada areal peremajaan (replanting), serangan hama O. rhinoceros dapat mengakibatkan tertundanya masa produksi kelapa sawit sampai satu tahun dan kematian tanaman hingga 25 %

Menindaklanjuti laporan adanya serangan hama O. rhinoceros pada lokasi peremajaan sawit rakyat (PSR) di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 3-5 Agustus 2020 telah dilakukan pengecekan di lokasi serangan. Kunjungan lapangan dilaksanakan oleh Tim dari Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, UPTD Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, serta Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI. Kunjungan lapangan dilakukan ke lokasi serangan hama O. rhinoceros yang merupakan kebun peremajaan kelapa sawit yang tergabung dalam KUD/Koperasi Produsen Kelapa Sawit (KPKS) Jaya Bersama di Desa Cahaya Mulya, Kecamatan Mesuji Raya; KUD Lempuing Indah Sejahtera di Desa Lempuing Indah, Kecamatan Lempuing Jaya; dan KUD Panca Sawit Mandiri di Desa Balian Makmur, Kecamatan Mesuji Raya.

Gambar 1. Kunjungan ke lokasi serangan hama O. rhinoceros di (a) KUD PancaSawit Mandiri dan (b) KUD Tekad Mandiri

 

Hasil kunjungan lapangan, yaitu ditemukan tanaman kelapa sawit yang berumur ± 1 tahun setelah tanam terserang oleh hama O. rhinoceros. Gejala serangan hama O. rhinoceros, yaitu adanya potongan pelepah muda yang khas berupa guntingan segitiga berbentuk huruf “V” (terlihat jelas setelah daun membuka), pelepah melintir/tumbuh ke samping, dan matinya pupus/titik tumbuh bahkan dapat dicabut. Selain itu juga ditemukan larva dan imago hama O. rhinoceros di sekitar tanaman kelapa sawit yang terserang dan pada tumpukan cacahan batang kelapa sawit tua (chipping). Larva yang ditemukan pada chipping terdiri dari beberapa stadia/instar, sehingga diduga lokasi tersebut telah diletakkan telur oleh kumbang betina selama beberapa kali. Bahkan di KUD Jaya Bersama dengan luas areal PSR sebesar 522 ha setelah dilakukan pengutipan larva dan imago O. rhinoceros selama 2 bulan mencapai 20 ton.

Gambar 2. (a) Larva O. rhinoceros pada sisa tumpukan tumbang chipping, (b) Lubang bekas gerekan hama O. rhinoceros, (c) Pupus patah, dan (d) Larva dan imago O. rhinoceros hasil pengutipan

 

Sebagian besar tanaman kelapa sawit di lokasi PSR terserang hama O. rhinoceros. Pada saat dilakukan peremajaan akan menjadi sumber bagi perkembangbiakan hama O. rhinoceros. Hal ini disebabkan karena batang kelapa sawit yang tidak terdekomposisi dengan baik akan menjadi tempat yang disenangi oleh hama O. rhinoceros. Untuk memperkecil resiko, sebaiknya segera dilakukan penanaman Legume Cover Crop (LCC) agar semua batang kelapa sawit cepat terdekomposisi akibat tertutup LCC. Selain itu, lokasi PSR berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM) yang terserang oleh hama O. rhinoceros serta berdekatan dengan ternak sapi, sehingga menjadi endemis dan berpotensi terjadi ledakan hama O. rhinoceros.

Gambar 3. (a) Tumpukan batang kelapa sawit (chipping), (b) Penanaman LCC di lokasi PSR

 

Untuk mengendalikan serangan hama O. rhinoceros pada tanaman kelapa sawit (TBM), perlu rekomendasi pengendalian yang dilakukan secara terpadu dengan mengkombinasikan berbagai teknik pengendalian, antara lain:

1. Kultur Teknis

– Penanaman Legume Cover Crop (LCC) sebanyak 750 biji/ha, antara lain: Mucuna bracteata satu bulan sebelum atau bersamaan dengan penanaman kelapa sawit, dengan curah hujan yang cukup tinggi agar mudah tumbuh.

– Perlu dilakukan pengamatan/monitoring lanjutan terhadap serangan hama rhinoceros di kebun secara berkala (maksimal 1 bulan sekali) terutama dengan memperhatikan dan mencatat jumlah tanaman yang terserang serta jumlah larva dan imago pada tempat-tempat perkembangbiakan hama O. rhinoceros, yaitu di tumpukan batang kelapa sawit (chipping).

– Pengendalian dapat juga dilakukan dengan memberikan butiran garam kasar 200 g/tanaman. Garam dikemas dalam kantong plastik yang ditusuk jarum di beberapa tempat agar saat hujan turun garam yang terkena tetesan air sedikit demi sedikit ke bagian pucuk kelapa.

2. Fisik dan Mekanis

– Pengumpulan/pengutipan imago rhinoceros secara manual di sekitar tanaman kelapa sawit yang terserang. Tindakan ini dilakukan tiap bulan apabila populasi imago O. rhinoceros 3 – 5 ekor/ha, setiap 2 minggu jika populasi imago O. rhinoceros mencapai 10 ekor/ha, dan setiap hari apabila populasi atau serangan sudah sangat tinggi (eksplosif).

– Pembongkaran rumpukan bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna karena menjadi tempat makan dan sarang perkembangbiakan (breeding site) bagi hama rhinoceros dengan cangkul dan dilakukan pengutipan ulat/larva O. rhinoceros secara manual, kemudian dikumpulkan dan dimatikan.

– Tumpukan batang kelapa sawit serta tunggul – tunggul tanaman lain yang sudah melapuk dapat dilakukan pelindasan dengan menggunakan alat berat (bila tersedia), kemudian disebarkan tipis secara merata di permukaan sehingga tidak menjadi tempat/sarang perkembangbiakan hama rhinoceros

– Pemasangan perangkap feromon berbahan aktif ethyl-4-methyloctanoat untuk memerangkap imago rhinoceros dengan dosis 1 sachet feromon/ha. Feromon dapat bertahan selama 2 bulan di lapangan. Pemasangan perangkap feromon dilakukan berulang sampai serangan hama O. rhinoceros menurun/terkendali. Pengamatan dilakukan maksimal setiap 1 minggu sekali dengan cara menurunkan perangkap feromon dan menghitung jumlah kumbang O. rhinoceros yang terperangkap. Beberapa lokasi pemasangan perangkap feromon, yaitu:

  1. Perangkap feromon dipasang pada daerah dengan serangan hama rhinoceros tinggi, misalnya di pinggir jalan karena imago O. rhinoceros sangat tertarik oleh cahaya/lampu.
  2. Perangkap feromon dipasang pada daerah perbatasan dengan kebun lain atau dengan areal pemukiman penduduk, sehingga imago rhinoceros akan terperangkap.

Gambar 4. Perangkap feromon untuk pengendalian hama O. rhinoceros

3. Hayati/Biologi

– Larva rhinoceros yang ditemukan mati atau terinfeksi jamur Metarhizium anisopliae atau virus Baculovirus oryctes dikumpulkan secara terpisah. Larva O. rhinoceros tersebut kemudian diblender atau dihancurkan, lalu ditambahkan air 100 kali berat larva O. rhinoceros yang ditemukan terinfeksi. Contoh jika larva O. rhinoceros yang ditemukan terinfeksi oleh M. anisopliae atau B. oryces seberat 100 g, maka air pencampurnya sebanyak 10 l. Larutan larva O. rhinoceros tersebut kemudian disiramkan kembali ke tempat/sarang O. rhinoceros agar larva O. rhinoceros pada sarang tersebut juga terinfeksi oleh M. anisopliae atau B. oryces dan mati.

– Sisa – sisa tumpukan tumbang chipping ditaburi dengan jamur anisopliae dengan dosis 25 g/m2 atau disemprot larutan jamur M. anisopliae hingga cukup basah dengan dosis 10 g/l air.

4. Kimiawi

Penggunaan insektisida butiran yang mengandung bahan aktif karbosulfan 5% maupun karbofuran 5% yang bersifat kontak dan sistemik efektif mengendalikan kumbang O. rhinoceros. Cara penggunaannya dengan cara ditabur di bagian pucuk tanaman dengan dosis 10-15 g/pucuk/pangkal pelepah tanaman muda (TBM) dengan interval 3 minggu hingga 1 bulan. Dosis dapat ditingkatkan sesuai umur tanaman.

             

Penulis : Yuni Astuti, SP. (POPT Ahli Muda)

 

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Y. 2020. Pengenalan dan Pengendalian Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hamdani. 2020. Antisipasi Gangguan Hama Kumbang Tanduk pada Kegiatan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Kabupaten Landak. Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak. Kalimantan Barat. Dikutip dari https://balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/web/page/title/886/antisipasi-gangguan-hama-kumbang-tanduk-pada-kegiatan-peremajaan-sawit-rakyat-psr-di-kabupaten-landak, dan diakses pada tanggal 7 Agustus 2020.

Ida, R.T.U.S., Syahnen, dan Sry E.P. 2019. Monitoring dan Evaluasi Pengendalian Oryctes rhinoceros pada Lahan Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR) di Desa Selayang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan. Sumatera Utara. Dikutip dari: https://balaimedan.ditjenbun.pertanian. go.id/tempatupload/monev%20oryctes%20langkat.pdf, dan diakses pada tanggal 7 Agustus 2020.


Bagikan Artikel Ini