KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Tak Heran, Komoditas Perkebunan Selalu Berhasil Dongkrak Devisa Negara & Terbukti Solusi Tepat Hadapi Krisis Pangan Global

Diposting     Kamis, 24 November 2022 11:11 am    Oleh    ditjenbun



Komoditas perkebunan selalu jadi primadona andalan bagi pendapatan nasional dan salah satu penyumbang terbesar devisa negara Indonesia. Terbukti dari nilai ekspor Indonesia sepanjang Tahun 2021 mengalami peningkatan sebesar 41,88 persen dibandingkan tahun sebelumnya dengan nilai sebesar US$ 231,54 miliar. Untuk sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 1,83 persen dari total ekspor Indonesia atau senilai US$ 4,24 miliar, meningkat 2,86 persen dari tahun 2020.

“Kontribusi sub sektor perkebunan terhadap perekonomian nasional semakin meningkat dan diharapkan dapat memperkuat pembangunan perkebunan secara menyeluruh. Selain Kelapa Sawit, komoditas unggulan perkebunan lain yang berkontribusi cukup besar dalam menyumbang devisa negara melalui ekspor adalah Kelapa. Pada tahun 2021 nilai ekspor kelapa mencapai 2,1 juta ton dengan nilai US$ 1,6 milyar atau setara dengan Rp. 24,3 Trilyun,” ujar Andi Nur Alam Syah, Direktur Jenderal Perkebunan, Kementan.

Andi Nur menambahkan, Pemerintah terus memacu peningkatan produksi, produktivitas serta ekspor komoditas perkebunan termasuk kelapa, agar meningkatkan pendapatan petani dan para pelaku usaha terkait lainnya, diantaranya melalui program kegiatan pengembangan kelapa setiap tahunnya mulai dari peremajaan, perluasan, dan intensifikasi. Diharapkan kedepan dapat terus meningkatkan dan bermutu kualitas baik secara berkelanjutan, serta tentu perlu terus didorong pemanfaatan pembiayaan lain seperti KUR, APBD, CSR Perusahaan dan lainnya.

“Untuk menambah daya saing dan nilai tambah bagi petani dan pelaku usaha, maka arah kebijakan pengembangan kelapa tidak hanya di hulu saja, namun harus terintegrasi hingga hilirnya, tentu tidak dapat dilakukan sendiri oleh pemerintah, harus bersinergi bersama melibatkan seluruh pihak terkait lainnya,” ujarnya.

Ia menjelaskan, Kita harus sigap hadapi ancaman krisis pangan global, sesuai arahan Presiden RI dan Menteri Pertanian, yang meminta jajarannya memperkuat ketahanan pangan keluarga, maka Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan mengembangkan 1 juta batang kelapa genjah di pekarangan dan lahan usaha tani dalam Program “KEJAR 1 JUTA BATANG”, dengan memberikan bantuan benih unggul yang mempunyai karakteristik dan keunggulan bervariasi serta sarana produksi kepada petani.

“Terpilihnya kelapa genjah, karena selain pemeliharaannya relatif mudah, panen lebih cepat, dan tanaman pendek. Tak hanya itu produk turunan yang dihasilkan sangat beragam manfaat dan menguntungkan, bahkan nira yang dihasilkan dari penyadapan mayang/bunga kelapa dapat diolah menjadi gula semut, pasar ekspornya semakin meningkat,” jelasnya.

Menurut Andi Nur, Lokasi yang menjadi target kejar satu juta batang seperti wilayah Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.

“Untuk mendukung pencapaian swasembada pangan, program Kejar 1 juta batang ini juga dilaksanakan di lokasi Food Estate (FE) dan Integrated Farming (IF), yang telah dicanangkan oleh Presiden RI, yaitu di Provinsi Kalimantan Tengah (Kab. Kapuas dan Pulang Pisau) dengan bantuan benih genjah sebanyak 178.000 batang setara dengan 1.483 ha, di Provinsi NTT (Kab. Belu dan Sumba Tengah) total sebanyak 33.100 batang setara dengan 276 ha, sedangkan untuk lokasi Integrated Farming (IF) yaitu di Provinsi Jawa Tengah (Kab. Boyolali dan Karanganyar) dengan total bantuan benih kelapa genjah sebanyak 33.300 batang atau setara dengan 325 ha,” jelasnya.

Andi Berharap, “Selain mendukung pencapaian dan mempertahankan swasembada pangan nasional, Program Kejar 1 juta batang diharapkan dapat mendongkrak perekonomian daerah, karena kegiatan ini melibatkan banyak pihak dari petani/poktan pemilik sumber benih dan penangkar, penyedia transportasi, produsen saprodi (pupuk, pembenah tanah pestisida, APK) hingga bantu petani dengan berikan bantuan benih unggul dan saprodi, untuk meringankan modal usaha tani kelapanya,” harap Andi.

Setiap tahun Pemerintah melalui APBN Ditjen Perkebunan telah mengucurkan dana tidak kurang dari Rp. 150 Milyar untuk merealisasikan program ini. Pendampingan dan pembinaan dilakukan oleh Tim Teknis Pusat (Ditjen Perkebunan) dan daerah yang diusulkan oleh Kepala Dinas yang membidangi perkebunan daerah baik provinsi dan kabupaten.

Tak ada habisnya membahas potensi keunggulan kelapa Indonesia, karena sangat melimpah, salah satunya, kelapa genjah mampu berbuah mulai umur 2,5 tahun dan berbatang pendek (lambat bertambah tinggi) sehingga memudahkan dalam panen baik panen buah (butir) maupun jika akan disadap niranya untuk dibuat gula.

Beberapa kelapa genjah unggul yang diminati petani dan pengusaha diantaranya Genjah Entog Kebumen, yang warnanya hijau segar dan memiliki ukuran buah sedang sangat cocok untuk dijual sebagai buah segar. Selain itu, ada kelapa genjah pandan wangi dari Sumatera Utara yang memiliki warna buah hijau segar dan bercitarasa pandan sehingga menjadi pilihan tersendiri bagi penyuka selera pandan. Ditambah lagi, kelapa genjah kopyor dari Pati Jawa tengah khas kopyor daging buahnya dan nilai jualnya cukup tinggi, sedangkan untuk pilihan para petani penyadap, ada kelapa genjah kuning Nias, genjah Bali genjah tebing tinggi yang mempunyai potensi nira 1,5 s/d 2 liter per pohon per hari.


Bagikan Artikel Ini