KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Strategi pengelolaan gulma pada kelapa sawit

Diposting     Jumat, 13 Agustus 2021 03:08 pm    Oleh    ditjenbun



Gulma merupakan tumbuhan yang dapat tumbuh hampir dimana saja, namun keberadaannya sangat tidak diinginkan di areal pertanaman.  Pada tanaman kelapa sawit gulma akan bersaing dalam mendapatkan unsur hara, cahaya, iklim mikro, menyumbat saluran drainase yang dapat menyebabkan areal terendam air, hingga menyulitkan evakuasi hasil panen dan pada akhirnya menurunkan produktifitas kebun.  Pertumbuhan gulma pada Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) akan sangat cepat dikarenakan intensitas cahaya yang sampai permukaan tanah masih tinggi dan memicu perkecambahan benih-benih gulma yang terdapat di sekitar pertanaman.

Jenis gulma yang tumbuh dominan pada perkebunan kelapa sawit berbeda antara  satu  tempat  dengan  tempat  lainnya, dominansi gulma disebabkan  adanya  perbedaan  karakteristik lingkungan  antara  satu  tempat dengan  tempat  lainnya. Jenis gulma pada tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan pada lahan basah/gambut berbeda dengan gulma yang tumbuh sekitar kelapa sawit yang dibudidayakan di lahan kering, sehinggga penanganan yang dilakukan juga berbeda. Penanganan gulma tergantung pada fisiologis dan jenis gulma, kararakteristik lahan serta umur tanaman.

Jenis-jenis gulma yang tumbuh pada lahan kering umumnya adalah gulma berdaun lebar seperti Mikania micrantha, Ageratum conyzoides, Asystasia gangetica, Borreria alata tunggul/anak kayu dan gulma berdaun sempit. Sedangkan dilahan basah pada umumnya didominasi oleh gulma berdaun sempit, pakis dan teki. Pengendalian gulma yang baik dilakukan dengan teknik pengelolaan yang tepat, ramah lingkungan dan ekonomis sehingga dapat menyediakan lingkungan yang baik untuk tumbuh pohon Kelapa Sawit.  Pengendalian gulma sangat perlu memahami karakteristik gulma, fisiologis gulma, pertumbuhan gulma serta ketersediaan alat pengendali yang dimiliki. Disisi lain gulma juga merupakan tempat berkembangnya penyakit dan hama atau disebut sebagai tanaman inang bagi OPT. Beberapa gulma yang berbunga dan menghasilkan nectar bisa menjadi tempat hidupnya serangga peredator atau tempat berkembangnya peredator, sehingga pengelolaan gulma yang bijak dapat menguntungkan petani perkebunan kelapa sawit.

 

Pengelolaan gulma di area piringan berbeda dengan di area gawangan, pengelolaan di area yang tepat sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman kelapa sawit kedepannya. Pengelolaan gulma yang baik dilakukan sesuai dengan kebutuhan area, pada lahan kelapa sawit disetiap bagian/area dilakukan dengan cara yang berbeda.  Pengendalian gulma di area piringan harus selalu dilakukan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya persaingan unsur hara dan cahaya.  Gulma yang sering mengganggu di area piringan adalah gulma yang pertumbuhannya merambat, contohnya sembung rambat atau Mikania micrantha, bahkan legume cover crops dapat dikategorikan sebagai gulma bila tumbuh di area piringan. Area piringan Tanaman menghasilkan juga disarankan supaya benar-benar bersih karena guma di piringan dapat mengganggu saat pemanenan. Pengendalian gulma di area piringan dapat dilakukan dengan interval setiap 4-8 minggu atau sesuai dengan kondisi di lapangan.

Pengendalian gulma di area piringan disarankan dengan menggunakan cara manual atau mekanik, karena bila dilakukan dengan kimia/herbisida dikhawatirkan akan mempengaruhi pertumbuhan kelapa sawit.

Pada tanaman menghasilkan terdapat gulma yang tumbuh di bagian batang kelapa sawit contohnya pakis, anak kayu dan gulma daun lebar lainnya sehingga akan menganggu saat panen serta tempat tersisipnya brondolan buah sawit.  Brondol yang tersisip di area batang dan di tanah harus di ambil karena bila tidak di ambil selain terjadi kehilangan hasil panen, brondol yang tumbuh akan menjadi gulma.

Pengelolaan gulma di area gawangan (Inter-row) perlu diperhatikan karena area tersebut merupakan area perkembangan peredator alami bahkan inang bagi OPT, oleh karena itu perlu dilakukan seleksi dalam pengendaliannya.  Gulma ringan seperti Ottochloa nodosa, Paspalum conyugatum, Axonopus compresus, Cynodon dactylon, Digitaria fuscense dll dapat di toleransi, sedangkan anak kayu, ilalang, teki, mikania dan gulma lain yang perkembangannya cepat dan mendominasi harus dikendalikan.

Pengendalian gulma pada area gawangan disarankan menggunakan cara mekanis dan dilakukan dengan selektif.  Apabila secara ekonomis tidak mungkin dilakukan dengan mekanis maka dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida kontak atau sistemik. Pengendalian gulma pada lahan miring disarankan untuk menggunakan herbisida kontak dan tidak menggunakan herbisida sistemik, karena permikaan tanah mudah terjadi erosi. Contoh herbisida kontak yang biasa digunakan adalah berbahan aktif adalah Paraquat. Herbisida Paraquat efektif untuk mengndalikan gulma ringan berdaun lebar seperti Ageratum conyzoides, Asystasia gangetica, Borreria alata, berdaun sempit Ischaemum timorense Ottochloa nodosa Setaria plicata. Herbisida Paraquat hanya mengendalikan di bagian gulma di atas tanah sehingga tidak menyebabkan erosi, namun dalam penggunaanya harus dilakukan oleh aplikator/petugas yang bersertifikat karena Paraquat termasuk dalam pestisida terbatas pakai.  Untuk jenis gulma yang memiliki perkembangan vegetatifnya di dalam tanah seperti ilalang atau teki dapat dikendalikan dengan menggunakan herbisida sistemik contohnya Glyfosat dengan cara wiping atau stopspot menyesuaikan kondisi gulma dengan dosis seuai anjuran.  Untuk pengendalian anak kayu dan gulma daun lebar dapat menggunakan herbisida berbahan aktif Triklopir atau 2,4-D Dimetil Amina (namun untuk penggunaan 2,4-D disarankan untuk tanaman yang lebih dari 48 bulan).  Pengendalian gulma menggunakan herbisida perlu kehati-hatian dengan dosis yang dianjurkan dikarenakan kesalahan dalam aplikasi dapat menyebabkan kematian pada tanaman dan berbahaya bagi pengguna.

Gulma di area gawangan yang perlu dipertahankan keberadaanya adalah gulma Turnera subulata atau gulma lain yang memiliki bunga penghasil madu, karena tanaman/gulma berbunga tersebut dapat menjadi tempat populasi Sycanus spp. (predator hama) pemakan daun seperti (Mahasena corbetti, Setora nitens, dll).

Sumber:
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fdocplayer.info.  Diakses 24 Mei 2021
https://scienceofagricultur.blogspot.com/2014/03/gulma-mikania-mikania-micrantha.html Diakses 24 Mei 2021
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fimg.wattpad.com. Diakses 24 Mei 2021
https://idnmedis.com/turnera-subulata Diakses 24 Mei 2021.  Diakses 25 Mei 2021
https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fsawitnotif.pkt-group.com Diakses 25 Mei 2021

Penulis:
Tulus Tri Margono,SP. MP.
Yani Maryani, SP.


Bagikan Artikel Ini