KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Puncak Hari Perkebunan ke 52.

Diposting     Ahad/Minggu, 15 November 2009 12:11 pm    Oleh    ditjenbun



YOGYAKARTA-Puncak Hari Perkebunan ke 52, Kamis,  tanggal 10 Desember 2009 diperingati di Kampus INSTIPER-Yogyakarta. Acara yang berlangsung di Aula Kampus Institut Pertanian ini   dihadiri sekitar 500 peserta dari berbagai kalangan masyarakat perkebunan. Tampak hadir direksi dari perusahaan perkebunan negara (PT.PN) dan  perkebunan besar swasta (PBS), petani-pekebun, mahasiswa dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinisi dan kabupaten/kota serta kelompok tani. Acara ini juga dihadiri Menteri Pertanian, yang diwakili oleh Staf Ahli Bidang Teknologi, Dr.Ir.Iskandar Andi Nuhung, Dirjen Tanaman Pangan, Sutarto Alimuso yang saat ini juga menjabat Dirut Perum Bulog.

Acara yang berlangsung meriah, diawali dengan pembacaan sejarah panjang perkebunan Indonesia oleh Sudjai Kartasasmita (86 th), seorang pelaku sejarah perkebunan.  Uraian kata-kata, Pak Jai, begitu dia dipanggil didukung dengan tayangan film dokumenter tentang sejarah perkebunan yang berdurasi 5  menit. Penjelasan singkat tapi padat sangat memberi makna bagi undangan yang hadir. Mantan pejabat Dep.Pertanian ini menjelaskan bagaimana kejayaan rempah-rempah Indonesia, sehingga mengundang bangsa Eropa datang ke Indonesia.

Begawan perkebunan Indonesia, demikian dia dihormati oleh kalangan pengusaha perkebunan menguraikan potensi dan perkembangan perkebunan khususnya kelapa sawit. Kelapa sawit sampai dengan tahun 80, arealnya baru sekitar 200 ribu ha, tapi dalam jangka 25 tahun luasnya sudah mencapai 7 juta ha dan sekitar 3 juta (41%) merupakan milik rakyat. Betapa perkebunan   beperan penting dalam mensejahterakan rakyat. Bahkan perkebunan menurut Pak Jai,   mampu mengatasi berbagai isu global yang hangat dibicakan saat ini yaitu masalah penyedian pangan,  energi dan pelestarian lingkungan.

Pada rangkaian acara puncak ini,juga telah diserahkan bantuan. Pertama,  biaya penelitian kepada 26 mahasiswa pertanian yang sedang melakukan penelitian di beberapa perguruan tinggi seperti di UGM, INSTIPER, Universitas Sudirman -Purwokerto, masing-masing sebesar Rp 4 juta. Kedua, bantuan kepada 52 orang anak yatim piatu masing-masing Rp 500 ribu dan satu bahan pakaian, Ketiga, bantuan komputer untuk 5 pondok pesantren.

Yang cukup menarik adalah dinyanyikannya untuk pertama kali Hymne dan Mars Perkebunan. Kedua lagu ini dinyanyikan oleh 12 orang paduan suara karyawan dan karyawati Ditjen Perkebunan. Menurut Dirjen Perkebunan, Achmad Mangga Barani, kedua lagu yang diaransir oleh Aziz Hidayat, alumni Instiper dan Bimo Ario Utomo, memang sengaja dinyanyikan pada acara Puncak Hari Perkebunan 2009 ini. Hal ini dimaksudkan agar para undangan yang hadir dapat mendengarkannya dan meminta persetujuan apakah dapat diterima atau tidak sebagai hymne dan mars perkebunan. Sebab selama ini masyarakat perkebunan tidak punya lagu hymne dan mars. Ternyata,  setelah audien mendengar lirik dan lagu yang dinyanyikan,   secara aklamasi lagu Hymne dan Mars  tersebut disetujui dan ditetapkan sebagai Hymne dan Mars Perkebunan.  

Kenapa 10 Desember

Pilihan tanggal 10 Desember 1957 sebagai Hari Perkebunan yang disepakati untuk diperingati dan dikenang menurut Dirjenbun punya sejumlah pertimbangan.  Salah satu diantaranya adalah berlangsungnya peristiwa bersejarah yaitu pengambil alihan seluruh Perkebunan ex Belanda menjadi Perkebunan Nasional yang lebih di kenal ”Nasionalisasi Perkebunan.

Proses perjalanan pembangunan perkebunan sampai mampu mencapai pengembangan perkebunan seperti yang ada sampai saat ini,  memberi gambaran bahwa peristiwa ambil alih perusahaan perkebunan Belanda pada tanggal 10 Desember 1957 mempunyai nilai strategis dengan perkembangan usaha perkebunan rakyat serta perkebunan besar swasta. Dengan demikian maka dapat dipahami dan diterima peristiwa tanggal 10 Desember sebagai harinya seluruh masyarakat perkebunan untuk dikenang dan diperingati setiap tahun. Oleh sebab itu tanggal 10 Desember 2009 ini merupakan hari perkebunan yang ke-52, namun peringatannyayang pertama kalinya.

Pendekatan pengembangan pembangunan yang meletakkan perkebunan rakyat sebagai tulang punggung pembangunan dengan dukungan Perkebunan Besar, telah meningkatkan kinerja perkebunan yang ditunjukkan dengan meningkatnya luas areal.  Areal perkebunan yang tahun 1969 baru mencapai 4,6 juta ha, pada tahun 2008 telah meningkat menjadi lebih dari 18,8 juta ha.

Sampai saat ini perkebunan telah mampu menunjukkan peran dan keunggulannya dalam perekonomian nasional. Dalam 5 tahun terakhir, Produk Domestik Bruto (PDB) Perkebunan tumbuh 5,42% lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pertanian yang mencapai 4,41%. Sejalan dengan peningkatan luas areal, penerimaan ekspor komoditas perkebunan pada tahun 2008 mencapai US $ 18,85 milyar (atau sekitar 190 trilyunrupiah), disamping itu, pendapatan dari cukai rokok sekitar Rp. 52 trilyun dan pungutan ekspor CPO lebih dari Rp. 13,5 trilyun.

Selain sebagai komoditi ekspor, komoditi perkebunan juga berperan dalam mendukung penyediaan bahan baku industri dalam negeri, seperti industri ban, sarung tangan, minyak goreng, oleo-kimia, rokok, minuman, biofuel, tekstil, cokelat dan sebagainya. Disamping itu, sebagai salah satu kegiatan ekonomi yang berbasis di pedesaan, usaha agribisnis perkebunan menjadi sumber pendapatan dan lapangan kerja bagi 19,4 juta orang di on-farm. Serapan ini belum termasuk tenaga kerja yang terlibat di industri pengolahan lanjutan dan jasa.

Pembangunan perkebunan juga terbukti mampu untuk mendukung pengembangan wilayah. Berbagai wilayah dengan penggerak ekonomi wilayah utama perkebunan saat ini telah berkembang menjadi wilayah yang maju, bahkan telah meningkat statusnya dari semula hanya desa menjadi kecamatan, kecamatan telah menjadi kabupaten.

Tanaman perkebunan yang berupa pohon juga berfungsi dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Pengembangan perkebunan dapat memanfaatkan lahan atau padang alang-alang yang sudah terbuka, dapat melakukan fiksasi CO2 menjadi O2 serta dalam pelaksanaan teknis juga  kaidah-kaidah konservasi.

Dengan ditetapkannya Hari Perkebunan, masyarakat perkebunan dapat mempunyai satu hari yang layak untuk dikenang dan disyukuri, karena dapat dipandang sebagai  bagian dari perjuangan kemerdekaan dan sekaligus meletakkan dasar dari pembangunan perkebunan, sehingga mampu mencapai seperti yang ada sekarang ini. Peringatan Hari Perkebunan tidak berhenti disini, tapi  diperingati setiap tahunnya di setiap unit kerja.  Dengan demikian, Hari Perkebunan benar-benar menjadi hari berbangga hati, hari bersyukur, dan hari berbakti kepada masyarakat Indonesia (e&p-djbun).


Bagikan Artikel Ini