KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Perkebunan Indonesia Kian Dilirik Pasar Global, Peluang Besar Berinvestasi Terbuka Lebar

Diposting     Jumat, 23 Desember 2022 07:12 am    Oleh    ditjenbun



Jakarta – Kenaf, salah satu komoditas perkebunan yang berhasil dilirik pasar global. Permintaan dunia akan serat kenaf semakin tinggi. Tanaman kenaf biasa digunakan dalam industri otomotif, maupun untuk industri dibidang serat nabati lainnya.

Peluang kenaf yang besar ini ditangkap oleh Pelaku Usaha Perkebunan yaitu PT. Sahabat Mitra Strategis yang berhasil menjalin kemitraan dengan buyer asal korea selatan, PT. Gaong Daol Indonesia untuk mengembangkan kenaf skala besar dengan nilai kerjasama USD 14,8 juta untuk luasan 1.000 ha di beberapa daerah potensi tanaman kenaf.

Direktur Jenderal Perkebunan, Andi Nur Alam Syah, pada kegiatan Forum Investasi dan Business Matching Komoditas Perkebunan, mengapresiasi kemitraan-kemitraan yang terjalin khususnya komoditas kenaf karena akan menjadi peluang ekspor untuk devisa perkebunan.

“Kementerian Pertanian terus berupaya mendorong peningkatan investasi di sub sektor perkebunan dan perluasan akses pasar pelaku usaha perkebunan melalui Business networking antara pelaku usaha dan off-taker atau buyer komoditas perkebunan,” ujarnya.

Diketahui bahwa, ada Investor dari Jepang tertarik berinvestasi, berupaya menggunakan biomassa tanaman kenaf untuk sumber energi dengan memanfaatkan teknologi nano. Biomassa sisa penyeratan kenaf, yaitu core kenaf, dapat dimanfaatkan untuk ban bioethanol G2, kertas, paper dan bahan lain yang memerlukan sedikit selulosa.

Untuk pemasaran komoditas kenaf, dibutuhkan sistem pemasaran yang strategis, sehingga pengembangan komoditas dapat memenuhi kebutuhan industri baik dalam negeri maupun luar negeri.

Ditjen Perkebunan terus berupaya berkontribusi terhadap sumber devisa ekspor nasional dari sektor non migas hingga tahun 2024 yang menjadi target besar dari Bapak Menteri Pertanian. Komoditas unggulan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, rempah-rempah dan lainnya tetap diarahkan untuk pencapaian target nilai ekspor hingga 1.400 triliun tahun 2024, dari kondisi saat ini devisa negeri dari ekspor perkebunan baru mencapai 400-500 triliun per tahun.

“Potensi-potensi komoditas spesifik daerah lainnya seperti pinang, gambir, aren, stevia, kelor dan tanaman atsiri termasuk kenaf perlu terus didorong karena semakin meningkatnya kebutuhan dunia,” ujarnya.

“Berharap kedepannya akses pasar semakin yang lebih luas untuk komoditas perkebunan sehingga terciptanya iklim investasi yang berdampak positif di sub sektor perkebunan,” harap Andi Nur.


Bagikan Artikel Ini