KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pengendalian Hama Oryctes Rhinoceros Pada Kegiatan Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat Di Kabupaten Ogan Komering Ilir

Diposting     Selasa, 29 September 2020 02:09 pm    Oleh    ditjenbun



Hama Oryctes rhinoceros atau yang sering disebut kumbang tanduk/badak merupakan salah satu hama utama pada tanaman kelapa sawit. Hama O. rhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam sampai tanaman tua. Pada areal peremajaan (replanting), serangan hama O. rhinoceros dapat mengakibatkan tertundanya masa produksi kelapa sawit sampai satu tahun dan kematian tanaman hingga 25 %

Menindaklanjuti laporan adanya serangan hama O. rhinoceros pada lokasi peremajaan sawit rakyat (PSR) di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 3-5 Agustus 2020 telah dilakukan pengecekan di lokasi serangan. Kunjungan lapangan dilaksanakan oleh Tim dari Direktorat Perlindungan Perkebunan, Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, UPTD Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, serta Dinas Perkebunan dan Peternakan Kabupaten OKI. Kunjungan lapangan dilakukan ke lokasi serangan hama O. rhinoceros yang merupakan kebun peremajaan kelapa sawit yang tergabung dalam KUD/Koperasi Produsen Kelapa Sawit (KPKS) Jaya Bersama di Desa Cahaya Mulya, Kecamatan Mesuji Raya; KUD Lempuing Indah Sejahtera di Desa Lempuing Indah, Kecamatan Lempuing Jaya; dan KUD Panca Sawit Mandiri di Desa Balian Makmur, Kecamatan Mesuji Raya.

Gambar 1. Kunjungan ke lokasi serangan hama O. rhinoceros di (a) KUD PancaSawit Mandiri dan (b) KUD Tekad Mandiri

 

Hasil kunjungan lapangan, yaitu ditemukan tanaman kelapa sawit yang berumur ± 1 tahun setelah tanam terserang oleh hama O. rhinoceros. Gejala serangan hama O. rhinoceros, yaitu adanya potongan pelepah muda yang khas berupa guntingan segitiga berbentuk huruf “V” (terlihat jelas setelah daun membuka), pelepah melintir/tumbuh ke samping, dan matinya pupus/titik tumbuh bahkan dapat dicabut. Selain itu juga ditemukan larva dan imago hama O. rhinoceros di sekitar tanaman kelapa sawit yang terserang dan pada tumpukan cacahan batang kelapa sawit tua (chipping). Larva yang ditemukan pada chipping terdiri dari beberapa stadia/instar, sehingga diduga lokasi tersebut telah diletakkan telur oleh kumbang betina selama beberapa kali. Bahkan di KUD Jaya Bersama dengan luas areal PSR sebesar 522 ha setelah dilakukan pengutipan larva dan imago O. rhinoceros selama 2 bulan mencapai 20 ton.

Gambar 2. (a) Larva O. rhinoceros pada sisa tumpukan tumbang chipping, (b) Lubang bekas gerekan hama O. rhinoceros, (c) Pupus patah, dan (d) Larva dan imago O. rhinoceros hasil pengutipan

 

Sebagian besar tanaman kelapa sawit di lokasi PSR terserang hama O. rhinoceros. Pada saat dilakukan peremajaan akan menjadi sumber bagi perkembangbiakan hama O. rhinoceros. Hal ini disebabkan karena batang kelapa sawit yang tidak terdekomposisi dengan baik akan menjadi tempat yang disenangi oleh hama O. rhinoceros. Untuk memperkecil resiko, sebaiknya segera dilakukan penanaman Legume Cover Crop (LCC) agar semua batang kelapa sawit cepat terdekomposisi akibat tertutup LCC. Selain itu, lokasi PSR berdekatan dengan perkebunan kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM) yang terserang oleh hama O. rhinoceros serta berdekatan dengan ternak sapi, sehingga menjadi endemis dan berpotensi terjadi ledakan hama O. rhinoceros.

Gambar 3. (a) Tumpukan batang kelapa sawit (chipping), (b) Penanaman LCC di lokasi PSR

 

Untuk mengendalikan serangan hama O. rhinoceros pada tanaman kelapa sawit (TBM), perlu rekomendasi pengendalian yang dilakukan secara terpadu dengan mengkombinasikan berbagai teknik pengendalian, antara lain:

1. Kultur Teknis

– Penanaman Legume Cover Crop (LCC) sebanyak 750 biji/ha, antara lain: Mucuna bracteata satu bulan sebelum atau bersamaan dengan penanaman kelapa sawit, dengan curah hujan yang cukup tinggi agar mudah tumbuh.

– Perlu dilakukan pengamatan/monitoring lanjutan terhadap serangan hama rhinoceros di kebun secara berkala (maksimal 1 bulan sekali) terutama dengan memperhatikan dan mencatat jumlah tanaman yang terserang serta jumlah larva dan imago pada tempat-tempat perkembangbiakan hama O. rhinoceros, yaitu di tumpukan batang kelapa sawit (chipping).

– Pengendalian dapat juga dilakukan dengan memberikan butiran garam kasar 200 g/tanaman. Garam dikemas dalam kantong plastik yang ditusuk jarum di beberapa tempat agar saat hujan turun garam yang terkena tetesan air sedikit demi sedikit ke bagian pucuk kelapa.

2. Fisik dan Mekanis

– Pengumpulan/pengutipan imago rhinoceros secara manual di sekitar tanaman kelapa sawit yang terserang. Tindakan ini dilakukan tiap bulan apabila populasi imago O. rhinoceros 3 – 5 ekor/ha, setiap 2 minggu jika populasi imago O. rhinoceros mencapai 10 ekor/ha, dan setiap hari apabila populasi atau serangan sudah sangat tinggi (eksplosif).

– Pembongkaran rumpukan bahan organik yang tidak terdekomposisi sempurna karena menjadi tempat makan dan sarang perkembangbiakan (breeding site) bagi hama rhinoceros dengan cangkul dan dilakukan pengutipan ulat/larva O. rhinoceros secara manual, kemudian dikumpulkan dan dimatikan.

– Tumpukan batang kelapa sawit serta tunggul – tunggul tanaman lain yang sudah melapuk dapat dilakukan pelindasan dengan menggunakan alat berat (bila tersedia), kemudian disebarkan tipis secara merata di permukaan sehingga tidak menjadi tempat/sarang perkembangbiakan hama rhinoceros

– Pemasangan perangkap feromon berbahan aktif ethyl-4-methyloctanoat untuk memerangkap imago rhinoceros dengan dosis 1 sachet feromon/ha. Feromon dapat bertahan selama 2 bulan di lapangan. Pemasangan perangkap feromon dilakukan berulang sampai serangan hama O. rhinoceros menurun/terkendali. Pengamatan dilakukan maksimal setiap 1 minggu sekali dengan cara menurunkan perangkap feromon dan menghitung jumlah kumbang O. rhinoceros yang terperangkap. Beberapa lokasi pemasangan perangkap feromon, yaitu:

  1. Perangkap feromon dipasang pada daerah dengan serangan hama rhinoceros tinggi, misalnya di pinggir jalan karena imago O. rhinoceros sangat tertarik oleh cahaya/lampu.
  2. Perangkap feromon dipasang pada daerah perbatasan dengan kebun lain atau dengan areal pemukiman penduduk, sehingga imago rhinoceros akan terperangkap.

Gambar 4. Perangkap feromon untuk pengendalian hama O. rhinoceros

3. Hayati/Biologi

– Larva rhinoceros yang ditemukan mati atau terinfeksi jamur Metarhizium anisopliae atau virus Baculovirus oryctes dikumpulkan secara terpisah. Larva O. rhinoceros tersebut kemudian diblender atau dihancurkan, lalu ditambahkan air 100 kali berat larva O. rhinoceros yang ditemukan terinfeksi. Contoh jika larva O. rhinoceros yang ditemukan terinfeksi oleh M. anisopliae atau B. oryces seberat 100 g, maka air pencampurnya sebanyak 10 l. Larutan larva O. rhinoceros tersebut kemudian disiramkan kembali ke tempat/sarang O. rhinoceros agar larva O. rhinoceros pada sarang tersebut juga terinfeksi oleh M. anisopliae atau B. oryces dan mati.

– Sisa – sisa tumpukan tumbang chipping ditaburi dengan jamur anisopliae dengan dosis 25 g/m2 atau disemprot larutan jamur M. anisopliae hingga cukup basah dengan dosis 10 g/l air.

4. Kimiawi

Penggunaan insektisida butiran yang mengandung bahan aktif karbosulfan 5% maupun karbofuran 5% yang bersifat kontak dan sistemik efektif mengendalikan kumbang O. rhinoceros. Cara penggunaannya dengan cara ditabur di bagian pucuk tanaman dengan dosis 10-15 g/pucuk/pangkal pelepah tanaman muda (TBM) dengan interval 3 minggu hingga 1 bulan. Dosis dapat ditingkatkan sesuai umur tanaman.

             

Penulis : Yuni Astuti, SP. (POPT Ahli Muda)

 

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Y. 2020. Pengenalan dan Pengendalian Hama Utama Tanaman Kelapa Sawit. Direktorat Perlindungan Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan. Kementerian Pertanian. Jakarta.

Hamdani. 2020. Antisipasi Gangguan Hama Kumbang Tanduk pada Kegiatan Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Kabupaten Landak. Balai Proteksi Tanaman Perkebunan Pontianak. Kalimantan Barat. Dikutip dari https://balaipontianak.ditjenbun.pertanian.go.id/web/page/title/886/antisipasi-gangguan-hama-kumbang-tanduk-pada-kegiatan-peremajaan-sawit-rakyat-psr-di-kabupaten-landak, dan diakses pada tanggal 7 Agustus 2020.

Ida, R.T.U.S., Syahnen, dan Sry E.P. 2019. Monitoring dan Evaluasi Pengendalian Oryctes rhinoceros pada Lahan Peremajaan Kelapa Sawit Rakyat (PSR) di Desa Selayang, Kecamatan Selesai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan. Sumatera Utara. Dikutip dari: https://balaimedan.ditjenbun.pertanian. go.id/tempatupload/monev%20oryctes%20langkat.pdf, dan diakses pada tanggal 7 Agustus 2020.


Bagikan Artikel Ini