KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Manfaat Dan Risiko Pemberian Naungan Pada Tanaman Kakao.

Diposting     Jumat, 18 Juli 2014 10:07 am    Oleh    ditjenbun



BBPPTP Ambon, Tanaman Kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang dapat berbuah sepanjang tahun. Tanaman kakao berasal dari daerah hutan hujan tropis di Amerika Selatan. Habitat asli tanaman kakao yaitu daerah dengan kelembapan udara tinggi, suhu udara tinggi, dan penyinaran matahari teduh. Dari segi produktivitas, kondisi tersebut bukan merupakan kondisi terbaik. Sebaliknya dibutuhkan sinar matahari yang masuk pada perkebunan, namun cahaya yang masuk sekitar 60-80% dari cahaya langsung, dan tergantung pada musim yaitu pada musim kemarau naungan yang diberikan lebih banyak dari musim hujan. Oleh karena itu dalam budidayanya, tanaman kakao memerlukan naungan. Untuk itu perlu dilakukan pengaturan dan pemilihan tanaman naungan yang tepat, agar tanaman kakao mempunyai produktivitas tinggi. Tanaman penaung memiliki fungsi untuk :

  1. Menaungi, meredam suhu maksimum dan suhu minimum yang dapat merusak tanaman kakao. Fungsi naungan dalam hal ini lebih diutamakan pada musim kemarau.
  2. Pemecah/pematah angin. Daun kakao mudah rontok, terutama daun yang lebih muda. Untuk itu diperlukan adanya tanaman naungan agar angin yang berhembus dapat ditahan atau terkena tanaman naungan terlebih dahulu sebelum mengenai tanaman kakao.
  3. Mencegah terjadinya erosi.
  4. Menambah pendapatan sampingan. Hal ini terjadi apabila tanaman penaung yang ditanam merupakan tanaman yang mempunyai nilai jual seperti pisang, kelapa, dan lainnya.

 

Pemanfaatan tanaman penaung

Dalam pengembangan budidaya tanaman kakao memerlukan naungan. Tanaman penaung yang biasanya digunakan adalah Moghania macrophylla sebagai penaung sementara dan, Lamtoro atau Glirisidia sebagai penaung tetap, yang tidak memberikan manfaat ekonomis, sehingga kurang menarik bagi petani. Untuk itu, tanaman penaung dilakukan dengan memanfaatkan tanaman yang mempunyai nilai ekonomis seperti pisang, kelapa, dan sengon atau jati sebagai tanaman tepi. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan tanaman bernilai ekonomis tersebut adalah pengaturan tata tanam agar persaingan antara tanaman kakao dengan tanaman penaung tersebut diusahakan seminimal mungkin, namun tanaman tersebut dapat memberikan naungan yang cukup untuk tanaman kakao.

 

Risiko adanya tanaman penaung

Pada budidaya tanaman kakao diperlukan tanaman naungan, agar tanaman kakao dapat tumbuh berkembang dengan baik. Tanaman penaung harus dilakukan perawatan agar tidak menimbulkan masalah seperti adanya serangan hama dan penyakit yang dapat menurunkan produktivitas tanaman kakao. Pada kelembapan kebun yang tinggi akan menyebabkan meningkatnya serangan penyakit. Penyakit yang ditimbulkan karena tingginya tingkat kelembapan dikebun salah satunya adalah penyakit busuk buah kakao dan kanker batang. Penyakit ini disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora yang dalam perkembangannya sangat menyukai kondisi kebun dengan tingkat kelembapan tinggi. Pada tanaman penaung yang terlalu rimbun juga akan meningkatkan serangan hama, contohnya adalah serangan hama penggerek buah kakao (PBK-Conopomorpha cramerella). Hama ini merupakan serangga nokturnal, yaitu serangga yang aktif pada malam hari. Sedangkan pada siang hari serangga ini bersembunyi ditempat yang terlindung dari sinar matahari, yaitu pada bagian bawah cabang horizontal. Pada tanaman penaung dan tanaman kakao yang tumbuh rimbun akan disukai oleh hama PBK dan mendukung perkembangan hama ini, karena sinar matahari terhalang untuk masuk mengenai cabang, ranting, dan buah kakao. Penanaman tanaman naungan yang tidak diatur dengan jarak tanam yang benar juga akan menimbulkan masalah. Tanaman naungan yang terlalu rapat dengan tanaman pokok akan mempunyai potensi terjadinya persaingan dalam memperoleh unsur hara, air, dan sinar matahari. Risiko terjadinya hal tersebut dapat dicegah dengan cara melakukan pengaturan jarak tanam, baik antar sesama tanaman penaung maupun dengan tanaman pokok. Risiko lain akibat jarak tanam tanaman penaung yang tidak teratur adalah timbulnya efek alelopati. Efek alelopati ini dapat membahayakan tanaman kakao akibat senyawa kimia yang dikeluarkan oleh tanaman penaung, baik melalui eksudasi akar, dekomposisi serasah, dan bahan organik lainnya. Beberapa spesies tanaman penaung yang mempunyai sifat alelopati terhadap tanaman kakao adalah Cassia siamea dan Adenanthera microsperma.

 

Asosiasi OPT antara tanaman pokok dan tanaman penaung

Pada tanaman kakao yang menggunakan tanaman kelapa sebagai naungan akan berpotensi meningkatkan instensitas serangan penyakit jika tidak dilakukan pencegahan sejak awal budidaya dilakukan. Hal ini disebabkan karena penyakit yang menyerang tanaman kelapa sebagai naungan juga dapat menyerang tanaman kakao, atau dapat terjadi hal sebaliknya. Penyakit tersebut disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora yang pada tanaman kelapa, jamur tersebut menyebabkan penyakit busuk pucuk dan busuk buah. Sedangkan pada tanaman kakao, jamur tersebut menyebabkan penyakit kanker batang dan busuk buah. Pada tanaman kakao kedua penyakit ini belum dilaporkan menyebabkan matinya tanaman, namun penyakit ini dapat menurunkan produktivitas tanaman kakao, terutama penyakit yang menyerang buah kakao.

Busuk pucuk pada tanaman kelapa

Serangan jamur Phytophthora palmivora pada titik tumbuh tanaman kelapa menyebabkan busuk pucuk. Gejala serangan penyakit busuk pucuk yaitu janur berwarna pucat, posisi miring, dan akhirnya rebah bahkan patah. Sedikit demi sedikit daun bagian bawah akan berwarna kuning suram dan akhirnya coklat. Daun rontok, sehingga tanamann hanya mempunyai beberapa daun yang paling bawah dengan beberapa tandan buah. Titik tumbuh akan membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap. Jika dibelah, bagian yang membusuk terlihat berair. Karena titik tumbuhnya membusuk, tanaman yang sakit tidak dapat sembuh kembali, dan akhirnya mengalami kematian. Penyebaran penyakit ini dapat dilakukan oleh serangga, angin, atau percikan air hujan dengan memencarkan spora jamur. Serangga tersebut seperti Oryctes rhinoceros danRhynchophorus sp. yang merupakan serangga penggerek pucuk kelapa. Penyakit ini menyerang pada perkebunan yang cenderung memiliki kelembapan tinggi atau basah. Terkadang ditemui pada kebun yang terletak ditepi sungai. Penyakit ini juga menyerang pada kebun yang sering tergenang air, seperti terkena banjir atau merupakan daerah pasang surut.

Busuk buah kelapa

Serangan jamur P. palmivora pada buah kelapa mengakibatkan busuk buah, sehingga membuat buah kelapa menjadi jatuh/gugur buah. Gejala penyakit gugur buah adalah terdapat bercak berwarna coklat muda kebasahan. Bercak akan membesar, pada pusat bercak akan mengendap dan kering, namun tepi bercak akan tetap kebasah-basahan. Biasanya buah kelapa akan gugur jika bercak mencapai kelopak (tudung bunga). Dalam sabut kelapa, penyakit ini berkembang lebih cepat. Sabut kelapa akan berwarna coklat merah jambu atau coklat kekuningan, dan akhirnya akan berwarna coklat tua. Pada buah kelapa yang gugur akan terbentuk miselium jamur berwarna putih didekat kelopak atau pada luka bekas tangkai. Penyakit ini menyerang buah kelapa yang masih muda dan juga buah kelapa yang telah tua.

Busuk buah kakao

Gejala serangan jamur P. palmivora pada buah kakao mengakibatkan warna buah berubah yang awalnya terdapat bercak coklat kehitaman dan menjadi busuk berwarna hitam, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Perubahan warna tersebut merupakan akibat dari pembusukan jaringan yang terserang P. palmivora. Pada keadaan udara lembap pembusukan dengan cepat meluas ke seluruh bagian buah, sehingga buah berwarna hitam. Pada permukaan buah yang telah busuk sebagian atau seluruhnya ditumbuhi miselium jamur berwarna putih seperti tepung yang agak kasar. Serangan pada buah muda, yaitu pada saat biji masih menempel pada daging buah, mengakibatkan biji mengkerut dan terhambat pertumbuhannya. Serangan pada buah yang hampir masak menyebabkan biji berwarna hitam, sehingga menurunkan kualitasnya. Namun, apabila jamur ini menyerang pada buah yang telah masak, maka biji kakao yang ada didalamnya masih dapat diselamatkan/dipanen.

Kanker batang pada tanaman kakao

Gejala serangan jamur P. palmivora pada batang mengakibatkan penyakit kanker batang. Bagian batang yang terserang penyakit kanker berwarna lebih gelap. Pada varietas tanaman yang rentan terhadap penyakit ini, maka bagian batang yang terserang akan mengeluarkan cairan kemerahan dan nampak lapisan karat pada permukaan kulit. Gejala ini terkadang tidak terlihat karena tertutup oleh lapisan luar kulit, namun apabila lapisan tersebut dikorek maka akan nampak lapisan kulit bagian dalam yang berwarna merah kecoklatan (Haryono Semangun, 2008). P. palmivora ini bertahan didalam tanah, dan dapat terbawa lewat percikan air hujan ke buah yang ada didekat permukaan tanah atau terangkut oleh serangga seperti semut hingga berpindah ke buah yang lebih tinggi. Setelah menginfeksi selama beberapa hari, jamur akan menghasilkan sporangium. Dengan sporangium ini, maka jamur akan menyebar oleh percikan air, angin, atau terbawa oleh serangga ke buah atau bagian tanaman yang lain. Penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembap. Jamur P. palmivora yang menyerang buah kakao akan menyebar dengan menyerang bantalan buah dan berkembang hingga menyebabkan kanker batang, yang kemudian akan menyerang buah kakao kembali. Sekali patogen berhasil menginfeksi buah, maka tidak ada perlakuan apapun yang mampu mencegah perkembangan penyakit di dalam buah. Buah yang busuk karena serangan jamur ini akan menjadi sumber inokulum yang sangat potensial. Untuk itu jika ditemukan buah kakao yang terserang jamur P. palmivora segera dipetik untuk mengurangi semakin parahnya serangan jamur ini.

Pengelolaan tanaman naungan

Pengelolaan tanaman naungan perlu dilakukan mengingat risiko yang ditimbulkan oleh tanaman penaung yang tidak dilakukan pemeliharaan seperti yang telah diinformasikan diatas. Sebaiknya tanaman penaung yang digunakan bukan merupakan tanaman inang dari jamur P. palmivora, seperti yang telah disebutkan yaitu tanaman kelapa. Namun, jika tanaman kelapa telah ada dikebun tersebut sebelum pengaturan jarak tanam ditentukan, maka langkah yang dilakukan adalah menyesuaikan jarak tanam dengan tanaman kelapa (penaung) yang telah ada. Selain itu juga perlu dilakukan tindakan perawatan kebun yang dilakukan secara rutin. Tindakan tersebut salah satunya adalah perlakuan pemangkasan. Setidaknya pemangkasan dilakukan setahun sekali dan sebaiknya dilakukan pada musim penghujan. Pengurangan populasi tanaman penaung secara berangsur-angsur setelah tajuk tanaman kakao mulai menutup. Pengurangan populasi dilakukan dengan cara mendongkel tanaman penaung tersebut. Pengurangan tanaman penaung tersebut dilakukan pada tanaman seperti pisang, lamtoro, dan gamal. Untuk tanaman penaung berupa tanaman kelapa tidak perlu dilakukan penjarangan populasi tanaman, fungsi naungan dengan tanaman kelapa dapat diatur dengan melakukan siwingan (pangkasan) pelepah daun bila penaungannya terlalu gelap, terutama pada musim hujan. Demikian pula ada tanaman kelapa yang sudah cukup tua dan tinggi, apabila penaungannya kurang dapat ditambah tanaman penaung lain misalnya dengan lamtoro yang ditanam pada diagonal tanaman kelapa. Syarat tanaman penaung yang ideal adalah sebagai berikut :

  1. Bukan merupakan inang dari hama atau penyakit;
  2. Tahan terhadap tiupan angin kencang;
  3. Tidak memiliki sifat alelopati;
  4. Idealnya berasal dari suku Leguminosa.

Dalam budidaya tanaman kakao tidak terlepas oleh adanya tanaman penaung. Untuk itu sebelum penanaman kakao diperlukan naungan yang baik. Tanpa persiapan naungan yang baik, pengembangan tanaman kakao akan sulit diharapkan keberhasilannya. Penggunaan tanaman penaung yang mempunyai nilai ekonomis seperti pisang, kelapa, jati, dan sengon dapat diberikan. Namun, penggunaan penaung tersebut perlu disusun dengan jarak tanam yang tepat, sehingga dapat memberikan produksi yang optimal. Selain perawatan pada tanaman pokok dalam hal ini adalah tanaman kakao, juga perlu dilakukan perawatan pada tanaman penaung seperti yang telah disebutkan diatas. Diharapkan petani kakao dapat menerapkan informasi seperti tersebut diatas sehingga dapat diperoleh tanaman kakao dengan pertumbuhan baik dan produksi yang tinggi.


Bagikan Artikel Ini