KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Kulit Buah Kakao Pun Masih Bermanfaat.

Diposting     Jumat, 11 Juli 2014 10:07 am    Oleh    ditjenbun



BBPPTP Ambon, Buah kakao terdiri dari kulit buah, pulp, keping biji dan plasenta. Kulit buah kakao merupakan bagian terbesar dari buah kakao. Buah kakao terdiri dari 75% kulit buah, 3% plasenta, 22% biji (Wahyudi, et. al., 2008). Dengan demikian semakin meningkatnya produksi biji kakao, mengakibatkan semakin meningkatnya kulit buah kakao yang terbuang. Kulit buah kakao mempunyai komposisi kimia yang cukup kompleks. Salah satu bahan kimia yang dikandungnya adalah fenol. Fenol merupakan senyawa kimia yang bersifat antimikroba. Senyawa antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktifitas mikroba. Berdasarkan hal tersebut, kulit buah kakao memiliki potensi untuk dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif pengendali dalam menghambat pertumbuhan mikroba patogen yang menyebabkan penyakit tanaman. Komposisi kimia kulit buah kakao yaitu Air 12,98%, Total N 32,52%, Protein 9,65%, Lemak 0,15%, Serat kasar 33,9% dan Abu 10,8%.

Senyawa antimikroba

Senyawa antimikroba dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), bakteristik (menghambat pertumbuhan bakteri), fungisidal (membunuh jamur), fungistatik (menghambat pertumbuhan jamur) dan lainnya. Beberapa mekanisme senyawa antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroba adalah sebagai berikut :

  1. Merusak dinding sel sehingga mengakibatkan lisis atau menghambat proses pembentukan dinding sel pada sel yang sedang tumbuh,
  2. Mengubah permeabilitas membran sitoplasma yang menyebabkan kebocoran nutrient dari dalam sel, misalnya yang disebabkan oleh senyawa fenolik, deterjen sintetis, sabun dan senyawa amonium kuartener,
  3. Mendenaturasi protein sel,
  4. Merusak sistem metabolisme di dalam sel dengan cara menghambat kerja enzim intraseluler.

Beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas antimikroba dalam membunuh mikroorganisme atau menghambat pertumbuhan adalah :

  1. Konsentrasi zat antimikroba,
  2. Jenis, jumlah, umur, dan keadaan mikroorganisme,
  3. Suhu,
  4. Waktu,
  5. Sifat fisik dan kimia seperti pH dan kelembapan.

Penggunaan bahan kimia pada konsentrasi tertentu dapat bersifat fungisidal, atau hanya menghambat pada konsentrasi yang lebih rendah atau bahkan tidak efektif. Beberapa senyawa kimia yang dapat berfungsi sebagai antimikroba adalah alkohol, halogen, logam berat dan senyawanya, zat warna, deterjen, senyawa ammonium kuartemer, asam dan basa, gas khemosterilan dan senyawa fenol. Cara kerja senyawa-senyawa ini memiliki perbedaan tetapi bertujuan untuk menghambat dan membunuh mikroba. Mekanisme kerja senyawa fenolik adalah mendenaturasi protein dan merusak membran sel dengan cara melarutkan lemak yang terdapat pada dinding sel karena senyawa ini mampu melakukan migrasi dan fase cair ke fase lemak. Senyawa fenol ini dapat membunuh mikroba dengan merusak membran sel. Hal ini berakibat terjadinya kebocoran sel yang ditandai dengan keluarnya makromolekul seperti protein dan asam nukleat dari dalam sel. Kebocoran sel mikroba dapat disebabkan karena rusaknya ikatan hidrolik komponen penyusun membran sel seperti protein dan fosfolipida serta larutnya komponen-komponen yang berikatan secara hidrolik. Hal ini berakibat meningkatnya permeabilitas sel sehingga memungkinkan masuknya senyawa-senyawa fenol da ion-ion organik ke dalam sel dan keluarnya substansi sel seperti protein dan asam nukleat yang berakibat pada kematian sel. Fenol dapat ditemukan dalam teh, kakao, kopi, apel, dan sebagainya. Kulit buah kakao awalnya berwarna putih, tetapi jika dilukai akan berubah menjadi coklat. Reaksi perubahan warna menjadi coklat sering dijumpai pada buah-buahan yang mengandung substrat senyawa fenolik. Senyawa fenolik akan teroksidasi menjadi senyawa kuinon jika berinteraksi dengan oksigen yang dibantu oleh aktivitas enzim fenol oksidase. Salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah kandungan fenol dalam buah adalah tingkat kematangan buah. Tingkat kematangan buah kakao yang berbeda akan mempengaruhi jumlah kandungan fenol yang berbeda pula.

Phytophthora palmivora

Phytophthora palmivora merupakan salah satu jenis jamur yang paling ganas dalam merusak tanaman kakao. Jamur ini mempunyai sifat saprofit fakultatif. Adapun klasifikasi jamur P. palmivora, yaitu :

Kingdom             : Mycetae

Divisi                   : Eumycota

Kelas                   : Oomycetes

Ordo                    : Pythiales

Famili                  : Pythiaceae

Genus                 : Phytophtora

Spesies               : Phytophtora palmivora

Seluruh bagian tanaman kakao dapat terinfeksi oleh patogen tersebut mulai dari akar, batang, bunga, buah dan daun, tetapi yang paling sering dijumpai adalah batang dan buah. Kerusakan pada batang dapat menyebabkan penyakit kanker batang. Kerusakan pada buah menyebabkan penyakit busuk buah. Namun kerugian yang sangat tinggi disebabkan oleh serangan pada buah.

Gejala serangan jamur P. palmivora pada buah kakao mengakibatkan warna buah  berubah yang awalnya terdapat bercak coklat kehitaman dan menjadi busuk berwarna hitam, biasanya dimulai dari ujung atau pangkal buah. Perubahan warna tersebut merupakan akibat dari pembusukan jaringan yang terserang P. palmivora. Pada keadaan udara lembap pembusukan dengan cepat meluas ke seluruh bagian buah, sehingga buah berwarna hitam. Pada permukaan buah yang telah busuk sebagian atau seluruhnya ditumbuhi miselium jamur berwarna putih seperti tepung yang agak kasar. Suhu yang berkisar 27-30°C dan ditunjang oleh tingkat kelembapan 70-85% sangat mendukung (kondusif) dalam perkembangan maupun pertumbuhan spora yang begitu cepat. Serangan pada buah muda, yaitu pada saat biji masih menempel pada daging buah, mengakibatkan biji mengkerut dan terhambat pertumbuhannya. Serangan pada buah yang hampir masak menyebabkan biji berwarna hitam, sehingga menurunkan kualitasnya. Namun, apabila jamur ini menyerang pada buah yang telah masak, maka biji kakao yang ada didalamnya masih dapat diselamatkan/dipanen.

Gejala serangan jamur P. palmivora pada batang mengakibatkan penyakit kanker batang. Bagian batang yang terserang penyakit kanker berwarna lebih gelap. Pada varietas tanaman yang rentan terhadap penyakit ini, maka bagian batang yang terserang akan mengeluarkan cairan kemerahan yang setelah mengering akan nampak lapisan karat pada permukaan kulit. Gejala ini terkadang tidak terlihat karena tertutup oleh lapisan luar kulit, namun apabila lapisan tersebut dikorek maka akan nampak lapisan kulit bagian dalam yang berwarna merah kecoklatan (Haryono Semangun, 2008).

P. palmivora ini bertahan didalam tanah, dan dapat terbawa lewat percikan air hujan ke buah yang ada didekat permukaan tanah atau terangkut oleh serangga seperti semut hingga berpindah ke buah yang lebih tinggi. Setelah menginfeksi selama beberapa hari, jamur akan menghasilkan sporangium. Dengan sporangium ini, maka jamur akan menyebar oleh percikan air, angin, atau terbawa oleh serangga ke buah atau bagian tanaman yang lain. Penyakit ini berkembang dengan cepat pada kebun yang mempunyai curah hujan tinggi dengan kondisi lembap. Jamur P. palmivora yang menyerang buah kakao akan menyebar dengan menyerang bantalan buah dan berkembang hingga menyebabkan kanker batang, yang kemudian akan menyerang buah kakao kembali. Sekali patogen berhasil menginfeksi buah, maka tidak ada perlakuan apapun yang mampu mencegah perkembangan penyakit di dalam buah. Buah yang menjadi busuk akan menjadi sumber penularan penyakit yang sangat potensial. Untuk itu jika ditemukan buah kakao yang terserang jamur P. palmivora segera dipetik untuk mengurangi semakin parahnya serangan jamur ini.

Pembuatan ekstrak kulit buah kakao

Pembuatan ekstrak dari kulit buah kakao dilakukan dengan cara kulit buah kakao segar dicuci, dirajang, dan ditimbang sebanyak 500 gram, kemudian diblender dan disaring dengan kain kassa. Jumlah air yang ditambahkan saat pemblenderan adalah 500 ml. ekstrak yang diperoleh diambil, sedangkan ampasnya dibuang.

Pengaruh ekstrak kulit buah kakao terhadap pertumbuhan jamur P. palmivora

Pada media yang diberi ekstrak kulit buah kakao, pertumbuhan jamur P. palmivora lebih rendah bila dibandingkan dengan media yang tidak ditambahkan ekstrak kulit buah kakao. Hal ini menunjukkan bahwa didalam ekstrak kulit buah kakao tersebut terdapat komponen antimikroba yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur P. palmivora.Kemampuan ekstrak kulit buah kakao untuk menghambat pertumbuhan jamur ini disebabkan karena adanya senyawa-senyawa antimikroba pada kulit buah kakao, seperti fenol. Namun, untuk lebih jelasnya perlu dilakukan pengujian lebih lanjut. Selain itu, mungkin disebabkan karena aktivitas senyawa kuinon. Senyawa kuinon merupakan senyawa fenolik yang teroksidasi dengan bantuan aktivitas enzim fenol oksidase. Kulit buah kakao yang masih mentah mempunyai kandungan fenol lebih tinggi bila dibandingkan dengan kulit buah kakao yang telah masak.

Dari informasi diatas menunjukkan bahwa kulit buah kakao sebagai limbah dari perkebunan kakao masih dapat memberikan manfaat. Namun, pemanfaatan kulit buah kakao untuk diolah menjadi ekstrak sehingga dapat digunakan untuk pengendalian jamur P. palmivora perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut untuk aplikasi pada tanaman dilapang. Selain itu, ekstrak tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan nilai guna dari kulit buah kakao yang terkadang hanya digunakan sebagai pakan ternak atau bahan pembuatan pupuk kompos.


Bagikan Artikel Ini