KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTAN : PALA ORGANIK INDONESIA MAKIN MELEJIT.

Diposting     Rabu, 01 Mei 2019 04:05 pm    Oleh    ditjenbun



MALUKU – Tahun 2019, menjadi tahun yang berat sekaligus membanggakan bagi insan perkebunan, karena Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan mendapatkan tanggung jawab untuk mengembalikan kejayaan rempah Indonesia, khususnya Pala, Lada dan Cengkeh. Pala merupakan salah satu komoditi rempah yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Pemintaan pasar dunia akan pala setiap tahun terus meningkat dan tidak kurang 60% kebutuhan pala dunia didatangkan dari Indonesia. Pala Indonesia lebih disukai oleh pasar dunia karena memiliki rendemen minyak yang tinggi dan aroma yang khas.

Pala organik Indonesia semakin melejit dan diharapkan dapat mendunia, dibuktikan dengan Kementerian Pertanian melakukan launching ekspor pala organik di Provinsi Maluku pada tanggal 30 April 2019, bertempat di halaman Lantamal IX Ambon. “Saya menyambut baik pelaksanaan launching ekspor ini. Saya berharap melalui kegiatan ini dapat menjadi wahana untuk menyakinkan petani bahwa pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk membantu pemasaran produk-produk perkebunan organik.  Selanjutnya untuk dapat menembus pasar ekspor, masih banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh petani antara lain sertifikasi produk baik nasional maupun internasional, mutu dan kontinuitas produk, manajemen pergudangan dan lainnya. Untuk dapat memenuhi hal-hal tersebut, diperlukan kerja sama dan dukungan yang kuat dari semua pihak terkait,” kata Kasdi Subagyono, Direktur Jenderal Perkebunan pada acara launching ekspor pala organik di Provinsi Maluku (30/04/2019).

Kasdi Subagyono menambahkan, Pelaksana kegiatan pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan di Provinsi Maluku sebanyak 6 (enam) kelompok tani telah mendapatkan dua jenis sertifikat organik yaitu organik SNI dan organik ekspor (standar Eropa/EU). Untuk pemasaran/penjualan pala organik tersebut, telah disepakati perjanjian kerja sama antara kelompok tani dengan salah satu eksportir yaitu PT. Kamboti Pusaka Maluku.

Kerjasama dilakukan untuk jual beli produk pala yaitu biji dan bunga bersertifikat organic, dimana biji pala yang dibeli adalah biji pala grade ABCD dan SS, sedangkan untuk bunga pala adalah grade whole (utuh) dan broken (kondisi patah). Untuk bunga pala organik grade whole dan broken disepakati penambahan harga sebesar Rp. 5.000/kg. Saat ini harga pasaran biji pala sebesar Rp. 125.000 s.d 135.000/kg, sedangkan untuk bunga pala sebesar Rp. 210.000/kg. Sedangkan biaya transportasi pengangkutan biji dan bunga pala dari petani ke gudang milik eksportir ditanggung oleh pihak eksportir.

“Untuk tahun pertama (2019) disepakati pembelian pala dari 6 kelompok tani pelaksana kegiatan pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan sebanyak 83 ton untuk biji pala dan 60 ton untuk bunga pala dengan negara tujuan ekspor Belanda, Dubai dan India. Nilai total ekspor pala organik sebesar Rp. 24.075.000.000, dengan rincian untuk masing-masing yaitu Biji pala sebesar Rp. 11. 475.000.000 dan Fulli sebesar Rp.12.600.000.000,” katanya.

Salah satu tujuan ekspor pala Indonesia adalah Uni Eropa Konsumen terbesarnya yaitu negara Belanda. Tahun 2016 luas areal tanaman pala mencapai 168.801 ha dengan total produksi 34.322 Ton. Ekspor Pala tahun 2016 sebesar 11.549 Ton dengan nilai US$ 64.398. Capaian kinerja eksport tersebut, masih dapat terus ditingkatkan terutama melalui peningkatan produktivitas dan peningkatan produk perkebunan specialty seperti produk yang sudah mendapatkan sertifikat  IG dan organik.

Dirjenbun juga turut menyampaikan bahwa, Disamping itu kita juga mempunyai cita-cita yang besar untuk menghasilkan benih perkebunan yang berkualitas dan bersertifikat. Pengembangan benih tersebut kita namakan dengan program “BUN 500” yaitu program produksi benih sebanyak 500 juta batang dari tahun 2019 s.d 2024. Melalui program BUN 500 tersebut. “Dalam upaya mengembalikan kejayaan rempah Indonesia, upaya strategis yang dilakukan oleh Pemerintah antara lain penyediaan bibit pala yang tersertifikasi, peremajaan, rehabilitasi, intensifikasi dan perluasan areal, pengembangan budidaya pala organik, mendorong pembangunan rempah Indonesia untuk kembali ke zaman keemasan melalui pengembangan diversifikasi produk untuk memperoleh nilai tambah, upaya peningkatan mutu, daya saing dalam memenuhi pasar ekspor, mendorong kemitraan yang saling menguntungkan, mendorong keberlanjutan pembangunan rempah dengan memperhatikan kelestarian lingkungan,” tambahnya.

Launching penjualan komoditas perkebunan dilaksanakan dalam rangka Ekspose kegiatan penjualan perdana produk perkebunan organik hasil kelompok tani pelaksana kegiatan desa organik, sarana/wahana untuk menyakinkan petani bahwa pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk membantu pemasaran produk-produk perkebunan organik, selanjutnya petani menjadi lebih bersemangat untuk melaksanakan kegiatan perkebunan organiknya, Membangun komitmen antara kelompok tani pelaksana kegiatan pengembangan desa pertanian organik berbasis komoditas perkebunan dengan pengusaha/trader produk organik dalam pemasaran produk organik perkebunan dan Membangun komitmen pemerintah daerah setempat dalam meningkatkan produksi/produktivitas dan mutu produk organik perkebunan.

“Dalam upaya pengembangan pala organik tentunya akan banyak tantangan yang dihadapi petani, untuk itu upaya dan langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam pengembangan perkebunan organik antara lain melalui pembangunan sentra perkebunan organik, pendampingan dan pelatihan petani dalam penerapan sistem pertanian organik, sertifikasi berbasis lahan, dan membuka peluang pasar dengan cara menghubungkan petani dengan trader. Semoga berbagai upaya kita akan mampu menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapi oleh sub sektor perkebunan  yang kita cintai,” katanya.

Pada acara launching sekaligus dilaksanakan penandatanganan prasasti Nursery Modern dan penyerahan benih kepada petani.


Bagikan Artikel Ini