Kementan Dorong Potensi Bisnis Kopi Wonosari, Jadikan Desa wisata kopi
Diposting Sabtu, 07 Desember 2024 02:12 pm
Malang – Plt Direktur Jenderal Perkebunan, Heru Tri Widarto dorong Kelompok Tani (Poktan) Serba Usaha agar tingkatkan produksi kopi dan kembangkan bisnis menjadi desa wisata kopi.
Kebun kopi arabika di sekitar Lereng Gunung Kawi tersebar di empat kecamatan yaitu, Kecamatan Wagir, Ngajum, Kromengan dan Wonosari. Untuk kecamatan Wonosari Sentra kopi tersebar di 6 desa dari 8 desa yang ada di kecamatan Wonosari. Kopi yang dibudidayakan kebanyakan jenis kopi robusta dengan clone, yang paling banyak dibudidayakan adalah Kalisari, Tugusari dan Jembel. Desa ini berpotensi menjadi desa agrowisata.
Menurut Heru, setidaknya ini bisa dijadikan wisata desa yang bisa menggaet pelancong lokal serta turis mancanegara apabila dikembangkan atau dikelola dengan baik. “Perkebunan dapat dikembangkan menjadi agrowisata, tidak hanya menjadi tempat rekreasi dan berlibur, melainkan juga memberikan edukasi pertanian khususnya perkebunan kepada masyarakat. Selain itu, keberadaan agrowisata juga sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan di suatu wilayah, sekaligus meningkatkan perekonomian petani maupun masyarakat sekitar. Tingginya antusiasme masyarakat terhadap wisata berbasis pertanian membuat pengembangan kawasan agrowisata di bidang perkebunan masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia,” ujarnya.
Lebih lanjut Heru mengatakan, potensi ini nantinya juga akan mendatangkan lebih banyak wisatawan, baik dari dalam ataupun luar negeri, sehingga roda perekonomian akan berputar lebih optimal.
“Generasi muda milenial pada desa ini mengikuti Program YESS (Youth Enterpreneurship and Employment Support Service). Ini adalah salah satu program Kementerian Pertanian, yang dimaksudkan untuk menciptakan wirausahawan muda di pedesaan dan meningkatkan kompetensi tenaga kerja di bidang pertanian,” ujar Heru saat lakukan kunjungan ke salah satu kebun milik petani kopi di Malang, Jumat, (06/12).
Menurut informasi dari poktan, Poktan Wonosari mengelola kebun seluas 80 ha dan dapat menghasilkan kopi rata-rata mencapai 6.400 kg. Kopi Robusta yang dihasilkan dalam 1 hektar rata-rata bisa menghasilkan sekitar 4-6 Ton chery dan jika dijadikan green bean sekitar 700- 900 Kg. Kedepannya ini perlu dioptimalkan, agar dalam mengelola kebunnya poktan dapat terus tingkatkan hasil dengan menerapkan Good Agricultural Practices (GAP) yang lebih baik lagi.
Diketahui saat lakukan peninjauan, poktan menceritakan tantangan lainnya dari segi pupuk subsidi, dikarenakan adanya beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, sehingga petani hanya mengandalkan pupuk dari kotoran hewan atau pupuk kompos.
Sebagai informasi, hasil panen kopi yang sudah berbentuk Green Bean akan dijual ke tengkulak atau ke PT. Asal Jaya yang menampung hasil kopi dari para petani, dengan harga rata-rata Rp.65.000 – 70.000/kg. Kopi Arabica hanya dibudidayakan di dua desa yaitu Desa Sumberdem dan Desa Kebobang, dimana dua desa tersebut secara ketinggian (800- 1000 Mdpl) mampu untuk ditanami kopi jenis arabika. Kopi Arabika yang di budidayakan antara lain Komasty, Ateng dan Gayo. Kopi jenis arabica ini banyak dibudidayakan dilahan perhutani dibawah tegakkan pohon pinus. Hasil yang didapatkan dari panen kopi arabica ini sekitar 500- 650 kg/ha dalam bentuk ose atau green bean dengan harga jual rata-rata Rp.80.000 – 95.000/kg. Penjualan kopi arabika yang paling banyak adalah pengusaha restoran dan cafe.
“Semoga kedepannya generasi muda dapat terjun langsung geluti bidang perkebunan dan bersinergi dengan berbagai pihak terkait, sehingga dapat kembangkan bisnis perkebunan tak hanya dari hulu hingga hilir, namun juga dioptimalkan sampai menjadi Desa Wisata yang bisa berdampak positif terhadap petani disekitarnya dan memberikan edukasi perkebunan kepada masyarakat luas,” harap Heru.