KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Jambu Mete, komoditas mewah (luxury) di Pasar Global

Diposting     Kamis, 24 November 2022 11:11 am    Oleh    ditjenbun



Jakarta – Siapa yang tak kenal jambu mete, salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai strategis dalam pembangunan agribisnis. Kacang mete di pasar dunia termasuk salah satu produk kacang-kacangan (nuts) yang paling banyak diperdagangkan dan termasuk komoditas mewah (luxury) bila dibandingkan dengan kacang tanah atau almond.

“Peluang pasar gelondong mete dan kacang mete masih sangat luas. Era globalisasi dan perdagangan bebas berkembang pesat merupakan tantangan dan sekaligus peluang besar bagi pengembangan komoditas jambu mete karena sebagian produk jambu mete diekspor,” ujar Andi Nur Alam Syah, Direktur Jenderal Perkebunan, Kementan.

Diketahui bahwa, Nilai ekspor produk mete Indonesia rata-rata tahun 2017-2020 mencapai US$ 119,938.25 per tahun. Pada tahun 2020 volume ekspor gelondong mete dan kacang mete masing-masing adalah 85.584 ton dengan nilai US$ 149.75 juta.

Andi Nur menambahkan, Jambu mete memiliki potensi besar, daya tarik industri hilir semakin diminati pasar global. Selain sebagai bahan baku industri makanan, Cashew Nut Shell Liquid (CNSL) digunakan sebagai bahan baku industri seperti industri otomotif (kanvas rem. serbuk friksi. campuran ban), industri kontruksi (anti karat peralatan/bahan di darat dan laut) hingga pakan ternak.

Tak hanya itu, Lanjut Andi Nur, jambu mete merupakan tanaman konservasi pada lahan-lahan marginal beriklim kering, kerap kali ditemui di Indonesia Timur. Tak dapat dipungkiri, jambu mete, bisa sebagai salah satu solusi atasi kemiskinan di daerah tersebut.

Ia mengatakan bahwa, Hampir seluruh areal pengembangan jambu mete merupakan perkebunan jambu mete (99,71%) perkebunan rakyat. Tentunya, pemerintah terus berupaya mendorong agar agribisnis jambu mete dapat menarik perhatian pengusaha perkebunan besar dan akses pasarnya semakin terbuka lebar.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, untuk areal pengembangan tahun 2020, telah mencapai angka 479.726 ha dengan produksi 165.868 ton.

Dalam pengembangan jambu mete tentu tak dapat dipungkiri dihadapkan berbagai tantangan, baik tantangan dari sisi on-farm seperti masih ditemui benih asalan, lingkungan tumbuh belum sesuai, penerapan teknologi budidaya anjuran belum optimal, serta adanya gangguan hama penyakit yang bersifat eksplosif, sedangkan dari sisi off-farm terjadi alih fungsi lahan untuk pengembangan komoditas pangan dan pemukiman yang berdampak pada penurunan areal tanam yang cukup signifikan, adanya tataniaga/kebijakan pasar belum berpihak kepada petani serta belum maksimal kelembagaan petani, hal tersebut akan berdampak pada pendapatan petani.

Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai penghasil mete dibandingkan dengan negara lain, diantaranya musim panen yang berbeda yaitu pada bulan Nopember sampai Desember, sedangkan India, Vietnam dan negara penghasil lainnya di Benua Afrika panen pada bulan Pebruari sampai April. Selain itu, kualitas gelondong mete lebih baik, dan sebagai pengekspor gelondong mete, letak geografis Indonesia lebih dekat ke Vietnam dan India yang merupakan pengolah gelondong mete dibandingkan negara pengekspor gelondong mete dari Benua Afrika, sehingga lebih murah biaya transportasinya.

Namun keunggulan komparatif tersebut keuntungannya belum secara maksimal dinikmati para petani, karena disebabkan oleh posisi tawar petani yang masih rendah karena terbatasnya modal yang mereka miliki, menyebabkan petani segera menjual hasil panennya berapapun harga yang mereka terima.

Tentunya pemerintah tidak tinggal diam, terus berupaya mencari solusi strategi yang tepat guna untuk petani dalam menghadapi tantangan tersebut, salah satunya pemerintah mengeluarkan regulasi kebijakan yang melindungi hak dan kewajiban baik petani maupun pelaku usaha perkebunan, melakukan pembinaan dan pengawalan dari hulu hingga hilir, termasuk meminimalisir dan antisipasi terhadap peredaran benih asalan. Salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman di tingkat petani adalah penggunaan benih bermutu. Saat ini masih terbatasnya ketersediaan dan aksebilitas terhadap benih unggul bermutu dikawasan pengembangan. Dalam upaya menghasilkan benih jambu mete bermutu dan unggul, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Perkebunan khususnya Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tabanan Perkebunan (BBPPTP) Surabaya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bombana Propinsi Sulawesi Tenggara sejak Tahun 2019 telah membangun nursery untuk komoditas jambu mete.

Pada tahun 2022, produksi benih jambu mete dari Nursery Bombana sebanyak 100.000 batang terdiri dari 82.000 batang seedling dan 12.000 batang grafting dengan varietas populasi Muna yang dapat digunakan untuk perluasan dan peremajaan seluas 900 ha. Bibit jambu mete akan disalurkan pada sentra jambu mete di propinsi Sulawesi tenggara pada tahun 2022.

Selain itu, juga dilakukan Program pengembangan jambu mete mulai dari penelitian sampai dengan pengembangannya, diupayakan agar diarahkan pada aspek efektifitas dan efesiensi usahatani. Dalam perjalanannya, tentu perlu didukung oleh teknologi peningkatan produksi dan produktivitas serta mutu produk, sesuai kebutuhan industri dan mampu bersaing di pasar global.

Dalam mendukung peningkatan produksi dan produksivitas jambu mete telah dilaksanakan program pengembangan pengembangan jambu mete melalui kegiatan perluasan, peremajaan dan intensifikasi jambu mete melalui anggaran dukungan pemerintah pusat maupun daerah, melalui bantuan kepada petani jambu mete baik dalam bentuk benih maupun sarana produksi lainnya.

Tak hanya itu, pemerintah terus berupaya mendorong agar petani meningkatkan produktivitas jambu mete dengan teknis penerapan teknologi penyambungan yang tepat dengan menggunakan entres unggul pada kegiatan pengembangan, peremajaan dan rehabilitasi. Teknologi penyambungan di pembibitan maupun penyambungan langsung dilapang (top working) sudah tersedia dengan tingkat keberhasilan tinggi (> 80%).

“Kedepannya diharapkan kualitas mutu jambu mete baik itu hasil produksi, produktivitas dan produk turunannya semakin berkualitas baik, berdaya saing dan bernilai tambah, dengan tentunya menggunakan benih bersertifikat resmi, akses pasar semakin meluas diiringi dengan harga yang berimbang saling menguntungkan, serta dapat teratasi kendala dilapangan dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” harapnya.


Bagikan Artikel Ini