KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Dirjen Perkebunan : Atasi Perubahan Iklim 2011 .

Diposting     Selasa, 05 April 2011 11:04 pm    Oleh    ditjenbun



JAKARTA-Dirjen Perkebunan Ir. Gamal Nasir, MSakan meningkatkan antisipasi anomali perubahan iklim pada tahun 2011. Peningkatan tersebut akan dilakukan melalui upaya penataan varietas dan penyediaan benih bermutu, mengembangkan varietas yang tahan terhadap perubahan iklim. “ Anomali iklim yang semakin sulit diprediksi mengakibatkan pergeseran musim sehingga dapat berdampak terhadap kacaunya sistem produksi. Hal ini akan berdampak pada menurunnya produksi pada tanaman perkebunan baik pada tanaman tahunan maupun tanaman perkebunan semusim “

Selain itu, tambahnya, akibat perubahan iklim yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terjadinya peningkatan serangan hama penyakit tanaman yang berpotensi memicu terjadinya eksplosi atau out-break. Saat ini, Ditjen Perkebunan bekerjasama dengan Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian serta Kementerian Pekerjaan Umum dalam pembangunan saluran drainase dan irigasi serta perbaikan jalan produksi dan jalan usaha tani sehingga proses paska panen tidak terganggu akibat iklim. Selain itu, pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman perkebunan melalui SLPHT petani perkebunan serta pencegahan kebakaran, adaptasi dan mitigasi dampak perubahan iklim.

Di sisi lain, lanjutnya, permintaan pasar domestik dan luar negeri terhadap produk perkebunan diproyeksikan semakin meningkat seperti gula dan minyak goreng akibat bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya industry makanan.

Kebutuhan gula dalam negeri pada tahun 2014 diperkirakan akan mencapai 5,7 juta ton, sementara kebutuhan CPO dunia semakin meningkat. Ekspor CPO dan produk turunannya ke China terus mengalami peningkatan hingga mencapai 216.000 ton dan ke India 2,5 juta ton.

Diperkirakan permintaan China akan CPO Indonesia akan terus meningkat hingga mencapai 6 juta ton guna memenuhi bahan baku industri makanan dan bio diesel. Demikian juga dengan kakao, kebutuhan dunia terhadap kakao diproyeksikan mencapai 300.000 ton.

Sementara itu, Deputi Bidang Usaha Industri Primer Kementerian BUMN, Megananda Daryono mengatakan tahun 2010 lalu perubahan iklim menyebabkan menurunnya produksi perkebunan. “Karena itu, diharapkan pada tahun 2011 penurunan produksi tersebut dapat diatasi”, ungkapnya pada Seminar Dampak dan Adaptasi Perubahan Iklim pada Usaha Perkebunan. Dengan kejadian tersebut, tambahnya, pemerintah sudah melakukan langkah-langkah terhadap perusahaan BUMN yang bergerak di bidang perkebunan (PT. Perkebunan Nusantara/PTPN) untuk menghadapi perubahan iklim dengan pengembangan industri hilir. Dia mencontohkan PTPN III, PTPN VII, PTPN VIII, PTPN IX dan PTPN XII telah mengembangkan industri benang karet, sarung tangan maupun ban serta produk-produk turunan kelapa sawit.

Menurut Megananda, BUMN tersebut juga akan bekerjasama dengan swasta dalam membangun industri dan pengembangan perkebunan tersebut. “Seperti pada sawit, kita akan perluas lahan perkebunan dan sudah disiapkan di Kalimantan Barat sekitar 10.000 hektar, sementara di Jawa Bara akan dibangun industry karet,”katanya.  (mediabun)


Bagikan Artikel Ini