KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Mendongkrak Kembali Rempah Indonesia.

Diposting     Kamis, 04 Desember 2014 08:12 pm    Oleh    ditjenbun



Bandung (27/11), Indonesia memang pernah menjadi raja rempah di dunia, namun seiring berjalannya waktu, komoditas tersebut terus merosot. Untuk itu waktunya mendongkrak kembali komoditas rempah Indonesia.

Pada abad ke-15 Indonesia pernah merajai perdagangan rempah utama dunia.  Bahkan beberapa daerah di Indonesia telah dikenal sebagai penghasil rempah terkenal, diantaranya Maluku sebagai produsen cengkeh dan pala dunia. Lampung dan Bangka Belitung sebagai pemasok utama pasar lada dunia. Sumatera Barat dan Jambi penghasil kayu manis, NTT penghasil kemiri serta Lampung dan Bali penghasil panili.

Namun dikenalnya rempah asal Indonesia bukan tanpa sebab. Dikenalnya rempah asal Indonesia karena mempunyai cita rasa dan aroma spesifik yang diminati konsumen di pasar dunia. Bahkan dengan dikenalnya rempah asal Indonesia, maka menjadikan rempah asal Indonesia menjadi ekonomis karena bisa dibarter dengan emas, sosiologis karena sebagai indikator kebangsawan dan politis karena penukaran kota jajahan. “Hal itu karena kejayaan rempah di Indonesia pada saat adanya kolonial Belanda,” jelas  Adi Sasono, Ketua Dewan Rempah Indonesia. Hal ini disampaikan pada Acara Pertemuan Rempah Tahun 2014 di Hotel Horison Bandung tanggal 27-29 November 2014.

Namun, Adi menyayangkan, jika komoditas rempah tidak segera dibenahi bukan tidak mungkin komoditas rempah Indonesia akan tergilas. Hal ini dapat dilihat dari negara-negara yang juga penghasil rempah sudah mulai memperbesar baik produksinya ataupun produk turunannya. Seperti negara Korea yang sudah mulai mengembangkan ginseng sebagai komoditas rempah andalannya.

 

 

 

Perbaikan Tata Niaga

Tidak hanya itu, dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang akan berlaku di awal tahun 2015. Karena itu, perlu ada perbaikan tata niaga rempah. Terbukti saat ini Vietnam juga telah menjadi pesaing berat dalam komoditas rempah di Asia Tenggara. “Vietnam unggul dalam sistem produksi rempah, yaitu skala ekonomi, penerapan teknologi, standar mutu, dan pengolahan,” kata Adi.

Melihat hal tersebut, Adi berharap, pemerintah bisa menyediakan teknologi dan inovasi dalam mengembangkan komoditas rempah Indonesia agar bisa bersaing dengan negara produsen rempah lainnya.  Hal itu karena komoditas rempah di Indonesia didominasi petani rakyat dan skalanya kecil. Akibatnya komoditas rempah asal Indonesia sulit menembus pasar international. (humas-djbun)


Bagikan Artikel Ini  

Hari Perkebunan Ke-57 Tahun 2014 : Momentum Mengembalikan Kejayaan Perkebunan.

Diposting        Oleh    ditjenbun



Jakarta (02/12), Sudah bukan rahasia bahwa Indonesia dahulu dikenal dengan hasil perkebunan. Terbukti pada masa kolonial Belanda berbagai komoditi perkebunan seperti rempah-rempah, kopi, teh, tembakau, tebu, rosela, kina, karet dan kelapa sawit telah menjadi tambang emas hijau bagi kolonial Belanda  untuk membangun dan membiayai perang negaranya. Bahkan, perkebunan telah menjadi andalan perekonomian negaranya.

Bukan hanya itu, pendiri Republik ini telah mengajarkan kepada bangsa Indonesia tentang patriotisme yang merupakan dasar bagi solidaritas. Patriotisme melahirkan pemaknaan untuk membela tanah air untuk dapat mencapai kemajuan-kemajuan yang luar biasa melalui tekad dan kualitas pengembangan sumberdaya yang dimiliki.

“Salah satu sifat dan sikap patriotisme tersebut dimanifestasikan pada tanggal 10 Desember 1957,” terang Irmijati Rachmi Nurbahar, Sekretaris Ditjen Perkebunan, dalam Acara Dialog Interaktif Hari Perkebunan Ke-57 Tahun 2014 di Metro TV pada tanggal 2 Desember 2014.

Namun seiring berjalannya waktu beberapa komoditas perkebunan ada yang merosot, meskipun  tidak dipungkiri ada yang yang sampai saat ini masih tetap bertahan mengusasi pasar dunia. Diantaranya yaitu sektor kelapa sawit sebagai penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar didunia, kakao sebagai penghasil nomor tiga di dunia, karet sebagai penghasil nomor dua di dunia dan lainnya.

Meski demikian, Indonesia tidak boleh terlena dengan masih bertenggernya beberapa sektor perkebunan minimal 5 besar di dunia, sebab jika hal tersebut tidak dibenahi tata niaga dan produksinya bukan tidak mungkin hasil perkebunan Indonesia akan disalip oleh negara penghasil perkebunan juga.

“Oleh karena itu, di peringatan Hari Perkebunan yang Ke-57 (tanggal 10 Desember) ini, harus dapat dijadikan momentum dan wahana dalam berkiprahnya insan perkebunan untuk meningkatkan pengabdian dan peran dalam pembangunan perkebunan berkelanjutan,” harap Irmijati.

Hal senada Soedjai Kartasasmita, Ketua Dewan Pembina GPPI, bahwa dihari Perkebunan ini bisa menjadi tonggak kembalinya kejayaan perkebunan Indonesia. Namun menurunnya komoditas perkebunan nasional bukan tanpa sebab.

Berdasarkan catatannya, menurunnya komoditas perkebunan karena merosotnya permintaan sebagai akibat dari melambatnya  pertumbuhan ekonomi di negara-negara konsumen. Kemudian efek dari  turunnya harga minyak bumi dari sekitar USD 120 menjadi kurang lebih USD 70/barrel (Brent) sekarang ini.

“Lalu, persaingan dari produk-produk tandingan seperti kedelai untuk minyak kelapa sawit dan setelah anjloknya harga BBM karet sintetik untuk karet alam.,” terang Soedjai.

Namun, menurut Soedjai untuk mengembalikan kejayaan tersebut tidaklah semudah membalikan tangan. Ada berbagai tantangan berat baik di tingkat nasional maupun global, diantaranya yaitu adanya masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) ditahun 2015.

Sehingga dalam hal ini menyebabkan beberapa stakeholders yang merasa resah. Namun  pelaku perkebunan tidak boleh mengambil sikap pesimistis karena dibalik tantangan pasti ada peluang-peluang  yang positif bagi industri perkebunan.

“Untuk itu perlu ada pemikiran-pemikiran baru, diikuti dengan langkah-langkah penjabarannya supaya perkebunan di Indonesia tetap berjaya dan tetap mampu untuk bertahan sebagai pilar ekonomi Indonesia,” pungkas Soedjai(humas-djbun)


Bagikan Artikel Ini  

ICO : Prospek Kopi Dunia Masih Cerah.

Diposting     Selasa, 02 Desember 2014 09:12 pm    Oleh    ditjenbun



Banda Aceh– Prospek kopi dunia masih cerah karena adanya pertumbuhan permintaan yang tinggi 2,5% sampai 3%, demikian disampiakan oleh Mr. Mauticioo Galindo dari International Coffee Oganization (ICO) salah satu narasumber pada simposium kegiatan Indonesian Internasional Coffee Symposium (IICS) di Banda Aceh yang diselenggarakan 16-21 November 2014.

Lebih lanjut dikatakan bahwa tingginya pertumbuhan permintaan kopi disebabkan pertumbuhan produksi tidak sebanding dengan permintaan sehingga ratio stock/use terus menurun dan dikawatirkan akan tinggal 3 bulan stock, pertumbuhan permintaan akibat tingginya pertumbuhan konsumsi di negara produsen dan negara-negara pasar baru serta adanya perubahan persepsi positif terkait manfaat kopi bagi kesehatan, tegas Mr. Mauticioo Galindo

Selain Mr. Mauticioo Galindo dari International Coffee Oganization (ICO) Pada simposium ini mendatangkan narasumber dari dalam maupuan luar negeri yang sang sangat kompeten tentang perkopian, yaitu, Dr. Jeff Neilson dari Sydney University, Mr. Matt Ross dari Sejahtera Coffee Harrosds London, serta Dr. Nguyen Van Toan dari Northern Mountainous Agriculture and Forestry Science Institute Vietnam, Arif Havas Oegroseno, Dubes RI untuk Belgia,  Ir.Azwar AB, Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar Kementan, Prof. Dr. Bustanul Arifin Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Ir.Nasaruddin, MM, Bupati Aceh  Tengah, Ir.T.Thurmizi,M.Si Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Aceh, Dr. Pujiyanto Puslitkoka dan beberapa nara sumber lainnya. Selanjutnya


Bagikan Artikel Ini  

Website Ditjen Perkebunan Berhasil Menembus Juara 2 .

Diposting     Senin, 01 Desember 2014 09:12 pm    Oleh    ditjenbun



Jakarta (1/12) – Pada Tahun 2014 website Ditjen Perkebunan berhasil menjadi juara 2 dalam lomba website kategori eselon I lingkup Kementerian Pertanian, hal ini tidak lepas dari hasil kerja tim website Ditjen Perkebunan dalam mengembangkan beberapa inovasi baru yang memberikan kontribusi yang signifikan. Piagam penghargaan diberikan Menteri Pertanian Republik Indonesia pada saat upacara peringatan ulang tahun KORPRI 43 yang dilaksanakan di lapangan kantor pusat Kementerian Pertanian pada tanggal 1 Desember 2014.

Selama enam tahun terakhir, Web Direktorat Jenderal  Perkebunan masuk tiga terbaik yaitu secara beturut-turut memperoleh Juara II pada tahun 2009, Juara III pada tahun 2010, Juara II pada tahun 2011, Juara II pada tahun 2012, Juara  III pada tahun 2013 dan pada tahun 2014 ini kembali berhasil menduduki peringkat II.

Selain itu, jajaran Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) subsektor perkebunan yang memperoleh penghargaan Lomba Situs Web tingkat Provinsi adalah Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat memperoleh juara Ke I dan Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur memperoleh juara II sedangkan Dinas Perkebunan Kabupaten Kuantang Singingi Provinsi Riau memperoleh Juara Ke II katagori SKPD Kabupaten/Kota.


Bagikan Artikel Ini