KEMENTERIAN PERTANIAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Cokelatku Budayaku Indonesiaku : TUMBUHKAN BUDAYA KORPORASI PEKEBUN KAKAO

Diposting     Ahad/Minggu, 06 Oktober 2019 09:10 am    Oleh    ditjenbun



Solok – Komoditas kakao merupakan salah satu komoditas unggulan perkebunan Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia yakni sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja, mendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah.

“Saat ini luas areal pengembangan kakao mencapai 1,6 juta hektar dengan produksi sekitar 593 ribu ton menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen terbesar dunia (posisi ke-4),” kata Kasdi Subagyono Direktur Jenderal Perkebunan dalam sambutannya pada acara Peringatan Hari Kakao Indonesia Tahun 2019 di Kampus Universitas Muhammad Yamin Kab Solok Padang (5/10/2019).

Kasdi Subagyono menambahkan, Komoditas kakao juga merupakan komoditas sosial, dalam arti usaha perkebunan kakao tersebut hampir 97% diusahakan oleh perkebunan rakyat yang melibatkan sekitar 1,7 juta KK. Disisi lain komoditas kakao memberikan sumbangan dalam perolehan devisa sebesar US$ 1,24 milyar dan merupakan penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet.

Dilihat dari perkembangan produksi, Lanjutnya, Indonesia diharapkan dapat meningkatkan volume dan mutu produksinya. Beberapa faktor pendukung potensi tersebut antara lain luas lahan yang cukup sesuai untuk kakao, minat pekebun cukup tinggi, tersedianya bahan tanam unggul, tersedianya paket teknologi, tersedianya SDM peneliti yang berkualitas, dukungan pemerintah pusat dan daerah yang tinggi serta potensi pasar yang besar.

Produksi kakao dunia saat ini mencapai sekitar 4,79 juta ton yang sebagian besar dipasok oleh Pantai Gading (43%), Ghana (20%), Ekuador (6%), Indonesia (6%) dan sisanya oleh negara-negara produsen lainnya yang relatif kecil.

“Pada kondisi ekonomi saat ini, kita harus pandai menangkap peluang terbukanya pasar baru untuk komoditas kakao seperti China, Rusia, India, Jepang dan Timur Tengah disamping negara pengimpor lama seperti Eropa dan Amerika Serikat yang cukup memberikan dampak positif dalam perekonomian nasional,” tambahnya.

Di Indonesia, kakao merupakan salah satu komoditi unggulan perkebunan dari 16 komoditi unggulan lainnya yang mempunyai peran ekonomi yang cukup strategis. Menurut data  statistik perkebunan tahun 2018 (angka sementara) menunjukkan bahwa areal kakao nasional mencapai 1.678.000 ha dengan produksi mencapai 593,83 ton, sedangkan untuk produktivitas kakao nasional rata-rata sebesar 737 kg/ha. Dari total areal nasional tersebut, Sumatera Barat memiliki areal kakao seluas 157.856 Ha (9,41%). Produksi kakao di wilayah Sumatera Barat sendiri mencapai 52,15 ton yang menyumbang sharing 8,78% terhadap produksi kakao nasional. Produksi ini masih berpotensi untuk ditingkatkan dengan melakukan intensifikasi intensif di kebun.

Kinerja komoditas kakao saat ini menunjukkan performance yang cukup prospektif dipandang dari aspek agribisnis karena pertumbuhan konsumsi dunia cenderung meningkat signifikan. Namun konsumsi kakao masyarakat Indonesia saat ini relatif rendah yaitu rata-rata 0,4 kg/kapita/tahun sedangkan negara-negara Eropa sudah mencapai 8 kg/kapita/tahun.

Pengembangan perkebunan kakao nasional saat ini belum optimal, masih banyak kendala baik di hulu maupun di hilir yang memerlukan penanganan yang lebih intensif, terintegrasi dan berkelanjutan.

“Tahun 2020 Indonesia telah ditunjuk sebagai host country dalam penyelenggaraan World Cocoa Conference (WCC) ke 5 yang mewakili negara Asia. WCC merupakan konferensi internasional yang saat ini akan fokus pada petani kakao di semua wilayah penghasil kakao seluruh dunia serta menyoroti peluang dan tantangan spesifik sektor kakao di Asia sebagai tuan rumah konferensi,” katanya.

Seiring dalam pengembangan kakao, tak dapat dipungkiri ditemui kendala atau permasalahan seperti dampak perubahan iklim, kondisi tanaman yang sudah tua dan tidak produktif, dan lainnya, namun pemerintah tentunya terus berupaya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkebunan telah melakukan berbagai upaya antara lain Gernas Kakao (Tahun 2009 – 2013) dan pengembangan kakao berkelanjutan yang hingga tahun 2019 telah mencapai lebih dari 477 ribu ha melalui kegiatan utama perluasan, peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi. Pada tahun 2019 ini, telah dialokasikan kegiatan pengembangan kakao seluas 7.730 ha melalui kegiatan peremajaan dan perluasan yang didukung operasional substation dan pilot project fertigasi kakao. Selain itu juga telah diluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) khusus perkebunan yang dapat dimanfaatkan oleh seluruh petani di Indonesia.

“Benih merupakan salah satu faktor penting dalam mendongkrak peningkatan produksi. Oleh karena itu, Ditjen Perkebunan saat ini sedang membuat Grand Design BUN500 untuk memenuhi kebutuhan benih sepuluh komoditi unggulan perkebunan salah satunya adalah kakao melalui pembangunan logistik benih, nursery modern dan kebun induk di sentra pengembangan komoditi. Program besar ini memerlukan dukungan seluruh stakeholder perkakaoan nasional,” katanya.

Peringatan Hari Kakao Indonesia tahun ini, Lanjutnya, diselenggarakan di kebun petani yang pada tahun 2018 meraih penghargaan sebagai Juara 1 dalam lomba kebun kakao berproduksi tinggi. Langkah ini mencerminkan tingginya apresiasi kita terhadap prestasi petani dalam usaha taninya. “Tahun ini kami mengapresiasi kepada para pemenang lomba kebun kakao berproduksi tinggi. Selamat kami ucapkan pula kepada Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi maupun kabupaten serta Bupati yang menjadi pembina dan telah mengantarkan petani kakaonya menjadi juara. Harapan kami semoga prestasi ini menjadi langkah awal bagi peningkatan produksi dan produktivitas kakao di wilayah-wilayah penghasil kakao nasional lainnya,” tambahnya.

Kasdi Subagyono menambahkan, Kami menghimbau agar para pelaku usaha, petani dan lembaga penelitian bersama-sama pemerintah baik pusat maupun daerah bersinergi serta bekerja sama secara intensif dalam mewujudkan kebun kakao berproduksi tinggi dan berkelanjutan. “Diharapkan agar semua pemangku kepentingan kakao bersama-sama dalam sesi Talkshow dengan tema “Korporasi Pekebun Menuju Peningkatan Produksi dan Produktivitas Kakao Nasional” ini dapat mendiskusikan seluruh aspek terkait pengembangan agribisnis kakao secara utuh dan terintegrasi khususnya di sektor hulu sehingga dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan kinerja komoditi kakao nasional secara signifikan. Adapun tema ini menurut saya sangat tepat karena korporasi merupakan solusi tepat untuk mewujudkan kemandirian petani dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas dengan prinsip keberlanjutan produksi,” tambahnya.

“Sekali lagi saya mengucapkan selamat dan sukses kepada para petani, dinas maupun bupati yang telah mendapatkan penghargaan dalam lomba kebun kakao berproduksi tinggi, semoga prestasi yang telah dicapai ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan serta semoga memberikan manfaat bagi kita semua,” katanya.


Bagikan Artikel Ini